”Spider-Man: Far From Home”, Pahlawan Super Generasi Baru
Sesuai dengan anjuran tokoh utama dalam trailer, Peter Parker (diperankan oleh Tom Holland), film Spider-Man: Far From Home hanya boleh dinikmati setelah menonton Avengers: Endgame. Tentu anjuran ini tidak mutlak.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Sesuai dengan anjuran tokoh utama dalam trailer, Peter Parker (diperankan oleh Tom Holland), film Spider-Man: Far From Home hanya boleh dinikmati setelah menonton Avengers: Endgame. Tentu anjuran ini tidak mutlak. Namun, kisah Spider-Man kali ini bisa bikin antiklimaks jika Avengers: Endgame belum ditonton.
Setelah Avengers berhasil mengalahkan Thanos dan mengembalikan separuh populasi bumi yang lenyap, masih ada satu yang tetap hilang: Tony Stark alias Iron Man. Kematiannya meninggalkan bekas yang dalam buat Parker.
Kehilangan mentor dan teman baik tidak membuat hidup Parker berhenti. Ia harus kembali menjadi anak sekolah di Queens, New York City. Peran sebagai pemberantas kejahatan masih ia lakoni sesekali. Ia juga berkawan dengan para polisi.
Cerita heroik Parker yang sebenarnya dimulai ketika Nick Fury (Samuel L Jackson) menghubunginya. Telepon dari Fury berarti satu hal buat Parker: ada masalah rumit. Parker tidak mau terlibat dalam hal yang bikin pusing.
Parker lalu mengabaikan Fury dan pergi ke Eropa. Sekolahnya mengadakan perjalanan musim panas ke beberapa tempat, seperti Venice dan Praha. Tentu Parker tidak mau melewatkan masa ini, terlebih perempuan yang ia taksir ikut dalam rombongan.
Michelle ”MJ” Jones (Zendaya), nama perempuan itu, merupakan teman sekolah Parker. Tidak hanya menawan, MJ juga cerdas dan tegas dalam berucap. Dalam suatu wawancara, Zendaya berkata, persamaan antara dirinya dan karakter MJ adalah sama-sama canggung. Selain itu, keduanya juga tidak yakin bagaimana cara memulai obrolan dengan orang yang disukai.
Orang pertama yang Parker ajak berdiskusi soal cinta ialah sang sahabat, Ned Leeds (Jacob Batalon). Walaupun sama-sama pencinta amatir, keduanya saling mendukung.
Kisah cinta remaja Parker rupanya sulit. Lebih sulit dibandingkan dengan kisah remaja pada umumnya. Sebagai pahlawan super, Parker diminta Fury untuk membantu menyelamatkan dunia. Menyetujui ajakan Fury sama dengan mengubur impian manis untuk berkencan dengan MJ.
Rekan baru
Dalam dilema Parker antara cinta dan tugas mulia, hadir pahlawan super baru, Quentin Beck alias Mysterio (Jake Gyllenhaal). Fury mengenalkan Beck sebagai pahlawan dari bumi yang bukan bumi mereka. Artinya, Beck berasal dari dunia paralel atau multiverse. Dunia ini muncul sebagai konsekuensi dari jentikan jari super di Avengers: Endgame.
Mereka dihadapkan pada sosok monster jahat destruktif yang tak segan menghancurkan apa pun. Monster ini berupa elemen, seperti air dan api. Cukup sulit mengalahkannya. Sejauh ini hanya Beck yang bisa jadi tandingan sang monster.
Walaupun dibekali kekuatan berupa energi hijau dari seluruh badan, Beck tidak bisa menghadapi musuhnya sendirian. Ia butuh Parker. Namun, Parker ogah untuk ikut campur. Kehidupan normalnya sebagai remaja jatuh cinta tidak akan sama lagi jika ikut campur. Selain itu, dengan menjadi pahlawan super, ia merasa selalu membahayakan nyawa teman-temannya.
Bergabung dengan Avengers dirasa lebih mudah untuk diputuskan buat Parker. Itu wajar mengingat sang teman—dan idola—ada dalam tim, yaitu Iron Man. Namun, keadaan semakin mendesak. Parker harus menentukan sikap, baik sebagai Spider-Man maupun sebagai Peter Parker.
Awal yang segar
Spider-Man: Far From Home menjadi film pertama setelah seri terakhir Avengers usai. Kematian Iron Man di film terakhir membuat sebagian penonton gemas. Menurut para penggemar Marvel, Iron Man pantas mendapat akhir yang bahagia.
Hal ini akhirnya disuarakan melalui petisi untuk menghidupkan kembali Tony Stark. Petisi ini dibuat secara daring melalui laman change.org. Hingga hari ini, Senin (1/7/2019) pukul 18.00, ada lebih dari 61.000 orang yang menandatangani petisi ini.
Entah bagaimana cara Marvel menjawab keinginan para fans Iron Man. Yang jelas, Marvel membuka lembaran baru yang segar melalui Spider-Man. Langkah ini cukup strategis mengingat ada kedekatan batin antara Iron Man dan Spider-Man.
Dalam trailer ada beberapa dialog yang memaksa Parker merenung. Dalam kerinduannya kepada Stark, Parker diberi pilihan untuk mengeksplorasi bakatnya sebagai pahlawan super. Selama ini hanya Stark yang bisa melihat potensi Parker dan memercayainya. Ada kesempatan buat Parker menjadi pahlawan super generasi baru. Tapi, pilihan Parker baru dapat disaksikan saat film ini tayang di bioskop Indonesia, Rabu (3/7/2019).
Film ini juga menjadi awal baru untuk film superhero besutan Marvel. Konflik utama dalam film berkisar pada permasalahan anak remaja—yang kebetulan juga pahlawan super. Walaupun pokok konfliknya sama dengan film terdahulunya, Spider-Man (2002), Spider-Man: Far From Home terasa lebih segar dengan selipan komedi di sana-sini.
Animo masyarakat terhadap film ini tergolong tinggi. Menjelang penayangan perdana, tiket film ini sudah laku diborong masyarakat. Kebanyakan membeli tiket pre-sale melalui aplikasi daring.
Mengutip dari Forbes pada 30 Juni 2019, pendapatan Spider-Man: Far From Home mencapai 111 juta dollar AS. Angka ini diperoleh setelah penayangan secara bertahap di seluruh dunia sejak minggu lalu. Sementara itu, total dana yang dihabiskan untuk membuat film ini diklaim mencapai 160 juta dollar AS.