Minat masyarakat terhadap ruang kerja komunal (co-working space) dirasa besar selama beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ruang ini pun signifikan, khususnya di Jakarta. Tren ini dimanfaatkan operator ruang untuk mencanangkan transformasi.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
Minat masyarakat terhadap ruang kerja komunal (co-working space) semakin besar beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ruang ini pun signifikan, khususnya di Jakarta. Tren ini dimanfaatkan operator ruang untuk mencanangkan transformasi.
Menurut konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) dalam laporan Jakarta Property Market Update Triwulan I-2019, ada 47 operator ruang kerja komunal di DKI Jakarta. Beberapa operator itu adalah CoHive, WeWork, Regus, dan GoWork (Kompas, 10/5/2019).
Adapun pertumbuhan ruang ini mencapai 115 persen selama tiga tahun terakhir. JLL mencatat, ada 74.000 meter persegi ruang kerja komunal di DKI Jakarta pada 2016. Pada triwulan I-2019, luasnya 160.000 meter persegi.
Pertumbuhan signifikan juga dialami operator ruang kerja terbesar, CoHive. Luas ruang kerja yang dikelola pada April 2017 tercatat 450 meter persegi. Pada Desember 2018, luasnya berkembang 120 kali lipat menjadi 54.000 meter persegi.
”Hingga Mei 2019, ruang kerja bersama kami tersebar di 31 lokasi dengan total luas 65.000 meter persegi. Ruang ini tersebar di empat kota, yaitu Jakarta, Medan, Yogyakarta, dan Bali,” kata CEO CoHive Jason Lee di Jakarta, Rabu (19/6/2019) malam.
Ruang ini banyak digemari generasi muda, khususnya para pelaku usaha rintisan. Biaya sewa gedung kantor yang mahal dirasa tidak efisien bagi usaha rintisan. Belum lagi personel usaha tersebut tidak banyak. Eman-eman dan buang-buang uang.
Konsep ruang kerja komunal lebih sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha rintisan. Ruangan beragam ukuran dengan fasilitas lengkap sudah tersedia. Konsumen bebas memilih ruangan yang dibutuhkan. Menyewa satu lantai juga bisa.
Apabila diibaratkan, konsep ini mirip dengan sistem penjualan eceran. Tetapi, produknya berupa ruangan.
Jason mengatakan, ada sekitar 9.000 anggota CoHive yang terdaftar di seluruh lokasi ruang kerja bersama mereka. Dari angka itu, sekitar 80 persen merupakan perusahaan rintisan (start up) serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari beragam sektor industri.
Peluang pertumbuhan ruang kerja bersama dipandang masih luas. Selain kebutuhan akan ruang kerja, operator juga melihat kebutuhan di bidang komersial, tempat tinggal, dan tempat penyelenggaraan acara.
Transformasi
Transformasi itu dilakukan oleh CoHive. Sebelumnya, CoHive yang mulai beroperasi pada 2015 ini dikenal dengan nama EV Hive. Pada Rabu, EV Hive resmi berganti nama menjadi CoHive. Hal itu sekaligus menandai dimulainya era baru ruang kerja komunal.
CoHive menangkap peluang di bidang komersial, tempat tinggal, dan tempat penyelenggaraan acara. Peluang itu lalu dirumuskan jadi produk baru yang terintegrasi dengan konsep ruang kerja bersama: CoLiving, CoRetail, dan CoHive Event Space.
Chief of Strategy Officer CoHive Carlson Lau mengatakan, efisiensi merupakan ide di balik transformasi tersebut. CoLiving atau tempat tinggal yang terintegrasi dengan ruang kerja, misalnya.
”Banyak freelancer, pegawai muda, dan sebagainya yang mencari tempat tinggal yang lokasinya strategis dan murah. Kami ingin membuat ruang yang lebih efisien dan terjangkau,” kata Carlson.
Di Gedung CoHive 101, Kuningan, Jakarta Selatan, ada 18 lantai yang bisa digunakan para konsumen. Menurut Head of Corporate Communication CoHive Kartika Octaviana, tingkat okupansi gedung ini ialah 80-90 persen. Mayoritas konsumen disebut menyewa ruang kerja rata-rata selama setahun.
Ada pula ruang yang disediakan untuk kegiatan komersial di gedung ini. Ide transformasi ini diharapkan bisa mengintegrasikan sejumlah kebutuhan konsumen. Selain itu, diharapkan integrasi ini menjadi ekosistem besar pembentuk komunitas usaha-usaha rintisan.
CoHive berencana membuka sembilan ruang kerja baru di beberapa kota pada 2019. Mereka menargetkan total 40 ruang kerja hingga pengujung tahun. Kota-kota itu antara lain Surabaya, Bandung, dan Makassar.
Pesona ruang kerja komunal telah sukses menjadikannya primadona bagi pelaku usaha rintisan. Pesona itu dirasa akan lebih besar setelah operator ruang mencanangkan transformasi. Fasilitas akan semakin lengkap. Efisiensi jarak dan waktu akan semakin terpenuhi. Kalau begini, pelaku usaha rintisan akan semakin jatuh hati.