Jangan Takut Rumah Putih
Warna putih menjadi pilihan Ami Utami ketika membangun rumahnya. Putih memberikan kesan luas. Seperti kertas kosong, warna putih mudah dicoret. Ketika putih menjadi dominan, setitik kotoran dengan mudah dideteksi. ”Sssttttt”, sekali lirik, noda segera dihilangkan dari pandangan.
”Rumah bisa mendidik orang. Ketika rumahnya warna kusam, membuat orang malas beres-beres. Telanjur kusam jadi makin kusam. Rumah putih, saya bisa lihat ada item sekecil apa pun. Sssst... ssst... ada setitik harus bersih,” kata Direktur Operasional Hadiprana ini.
Ketika keponakan atau sahabat dekat berkunjung, rumah ini otomatis juga mendidik tamunya untuk membiasakan diri hidup bersih. ”Ketika rumah kotor, perlakuan orang juga ikut. Kalau terang menjadi tersugesti harus cuci tangan dulu. Buka sepatu. Membawa orang supaya hidup lebih bersih,” tambahnya.
Keponakannya yang masih kecil, misalnya, ikut mencintai kebersihan dan segera melarang temannya memegang tembok. Pada saat ada setitik kotoran cicak di dinding, si keponakan pun segera berseru memanggil Ami. ”Ponakan saya bilang, rumahnya ada andeng-andengnya tuh mami. Jangan takut rumah putih. Orang jadi aware supaya bersih terus,” ujar Ami.
Ibarat kanvas, rumah putih mempermudah Ami mengatur setiap sudut rumah yang dibelinya dari tahun 1989 di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, itu. Di kertas kanvas putihnya itu, ia lantas memberikan sentuhan serba hijau di lantai satu yang diibaratkannya sebagai bumi. Untuk lantai atas, sentuhan warna biru menghadirkan nuansa langit.
Begitu memasuki gerbang rumah, atmosfer resor segera menyapa. Suara gemericik air berpadu dengan hijaunya tanaman. Suara air dan tanaman dihadirkan untuk membawa penghuninya menyatu dengan alam. Di batang pohon kamboja di halaman muka tergantung aneka tanaman paku-pakuan. Termasuk jenis tanaman pegunungan, paku-pakuan memberikan kesan dingin.
Teras rumah sekaligus menjadi tempat sarapan. Meja kursi mungil diletakkan di sudut teras dekat dengan tanaman anggrek bulan yang sedang mekar dan tanaman pakis monyet yang tergolong langka.
”Setiap hari saya menghitung batang tanaman pakis monyet itu. Tanaman merasa kalau dicintai,” ujarnya.
Sistem berlapis
Ruang tamu dibagi menjadi dua kategori, yaitu ruang tamu bagi tamu yang hanya singgah sebentar dan ruang tengah bagi tamu dekat yang bisa berlama-lama ngobrol. Lukisan kuda yang melambangkan energi digantung di dinding ruang tamu depan berseberangan dengan cermin besar untuk memberikan kesan luas.
Ruang tengah terasa hangat oleh sofa empuk di depan televisi. Sebuah lukisan cat minyak karya Ami berupa gambar bunga cantik memenuhi dinding ruang tengah. Warna hijau segar semakin terasa dengan kehadiran vas-vas keramik hijau selada. Keramik dari Timur dipadukan dengan kehadiran lis pigura Eropa memberikan kesan ”east meet west”.
Bersebelahan dengan ruang tengah ini terdapat dapur dan meja makan. ”Dapur harus bersih. Nggak punya dapur kotor. Kalau lagi masak, lebih lama membersihkan kompornya daripada masaknya,” kata Ami.
Jika sedang tidak ada jamuan makan, set peralatan makan tetap diletakkan di atas meja dengan aneka buah-buahan artifisial. Bahkan, tempat telur pun diisi dengan telur yang sangat mirip dengan telur asli. Gelas-gelas dibiarkan penuh dengan air putih plus selipan potongan jeruk di bibir gelas.
”Kalau lagi nggak punya buah, tempat buah harus selalu terisi. Saya beli karena kayak aslinya,” ujarnya.
Sistem pintu berlapis menjadi pemisah sekaligus penyatu antara ruang tengah dengan bagian yang lebih privat, yaitu kamar mandi dan ruang tidur. Ketika lapis atau layer dinding dibuka, para tamu bisa menikmati keindahan lukisan karya Ami lainnya berupa sepasang ikan yang dipajang di dinding toilet.
Terbukanya layer juga memberikan kesan lebih luas pada ruang tengah. Sistem layering diadopsi dari arsitektur bangunan kerajaan yang memisahkan antara ruang publik, semipublik, hingga ruang privat dan sangat privat. ”Terbuka, tapi tidak terbuka sekali. Tertutup, tapi tidak tertutup sekali,” ucapnya.
Lukisan kecubung segera menghampiri begitu memasuki ruangan yang sangat pribadi. Ada dua kamar tidur yang diperuntukkan kamar tidur jika ibunda Ami datang menginap. Ruang tidur utama di rumah tersebut terletak di pojokan depan dekat teras yang menyatu dengan ruang khusus merias diri.
Salon pribadi
Ketika bangun pagi hari dan ingin sarapan di teras, Ami tinggal membuka pintu kamar tidurnya. Kenyamanan di rumah itu semakin terasa karena tak ada barang yang berserakan di luar tempat penyimpanannya. Ami tahu betul di mana ia meletakkan pernak-pernik yang seluruhnya sudah tertata di dalam laci dan lemari.
Seusai digunakan, semua barang akan kembali ke tempatnya. Pada laci dinding di bagian paling belakang dari rumah yang sekaligus menjadi ruang kerja, ia menata seluruh file data dengan sangat rapi. Di lemari dokumen itu antara lain terdapat map tebal dengan penanda keterangan: pemakaman San Diego Hills. ”Saya sudah punya. Kalau gimana-gimana keluarga saya bisa cari. Memudahkan semua orang,” katanya.
Nuansa hijau segera tergantikan serba biru begitu kaki melangkah ke atas. Terdapat dua tempat tidur dan dua sofa empuk yang bisa dialihfungsikan sebagai tempat tidur di lantai dua. Agar semua kasur terisi, Ami sering kali suka tidur berpindah-pindah kamar. ”Saya suka tidur pindah-pindah supaya semua keisi. Kalau liburan, semua pulang, baru ramai,” kata Ami.
Sudut lain untuk memanjakan diri terletak di salah satu sudut di lantai dua. Di ruang tersebut Ami memiliki salon pribadi lengkap dengan bak pencuci rambut dan peralatan untuk creambath ataupun make up.
Petugas salon yang rutin merawatnya adalah istri dari sopirnya yang dikursuskan oleh Ami. ”Saya panggil buat nyuciin, ngeblowin,dan creambath di rumah. Nggak pernah ke salon. Semua di rumah,” ujar Ami.
Untuk menjamu sahabat dekatnya, Ami juga punya ruang makan di lantai dua. Setiap sudut meja dilengkapi dengan papan nama sehingga setiap tamu yang diundang akan tahu harus duduk di sebelah mana. ”Saya suka serba simetrik karena rapi, enak dilihat, teratur. Persis kayak orangnya. Semuanya harus terkontrol serba rapi. Teratur. Itu hidup saya. Saya banget,” kata Ami.
Pepatah ”rumahku istanaku” adalah cerminan rumah Ami. Rumah jadi tempat istirahat sekaligus ruang menjamu keluarga dan sahabat. Rumah selalu membuatnya kangen. Diundang ke rumah Ami pun membuat kita mengenal lebih dekat sosok si empunya rumah.