Selama bertahun-tahun, merek Jeep sudah telanjur melekat dengan citra kendaraan serbaguna yang bisa melalui medan apa pun. Hampir setiap model yang meluncur di Tanah Air selalu menjadi legenda dunia otomotif, mulai dari Jeep Willys dari era Perang Dunia II; Jeep CJ-5; Jeep CJ-7; Jeep Wrangler; Jeep Cherokee, sampai era Jeep Wrangler Rubicon.
Begitu identiknya merek Amerika ini dengan mobil segala medan sehingga pihak berwajib di Indonesia pun pernah menyebut kategori mobil sport utility vehicle (SUV) seperti itu dengan sebutan resmi ”jip”. Citra itu pun melekat hingga abad ke-21 saat ini.
Maka, saat Kompas menguji kendara anggota terkecil di keluarga Jeep, yakni Jeep Compass, pertengahan Februari 2019, semua orang langsung berdecak kagum begitu melihat wajah Compass yang ditandai dengan tujuh ”pilar” khas Jeep di bagian grilnya. ”Wow, ini Cherokee terbaru, ya? Tapi, kok kecil, ya? Mau dites offroad di mana?” demikian seru seorang teman saat pertama melihat mobil berwarna putih ini.
Gerak roda depan
Demikianlah, Jeep identik dengan offroad meski Jeep yang satu ini dibuat untuk menyasar pasar yang berbeda. Satu hal mendasar, sistem penggeraknya adalah penggerak roda depan (front wheel drive/FWD), bukan gerak empat roda seperti saudara-saudara semereknya.
Paling tidak Hascar Group sebagai distributor resmi merek Jeep di Tanah Air saat ini hanya memasukkan satu varian Compass, yakni Jeep Compass Longitude yang berpenggerak roda depan. Compass dengan sistem penggerak empat roda (4WD) hanya dipasarkan untuk negara-negara tertentu.
Pun jika dijual di Indonesia, tentunya harga versi 4WD akan melonjak dengan sistem pajak kendaraan di negeri ini.
Jeep Compass ini juga tidak lagi made in USA seperti para pendahulunya, tetapi dirakit di India, tepatnya di pabrik Ranjangaon dekat Pune, India bagian barat. Pabrik ini dirancang sebagai pusat perakitan mobil-mobil Jeep bersetir kanan untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia di negara-negara bersetir kanan, seperti Inggris, Australia, India, dan tentu saja Indonesia.
Mari kita sekilas simak lembar spesifikasi Jeep Compass terbaru ini. Unit yang kami coba ini adalah Jeep Compass generasi kedua yang pertama kali diperkenalkan di Brasil tahun 2016. Mobil ini berbagi platform dengan mobil kompak Jeep lainnya, yakni Jeep Renegade.
Jeep Compass Longitude yang dipasarkan di Indonesia dibekali mesin bensin empat silinder Multiair Turbo 1.4 liter (1.368 cc). Multiair adalah sebutan bagi mesin berteknologi klep variabel elektro-hidrolik yang dimiliki aliansi otomotif Fiat Chrysler Automobile (FCA), di mana Jeep adalah salah satu anggotanya.
Mesin berturbo ini mampu melepas tenaga 163 HP pada putaran mesin 5.500 rpm dengan torsi puncak 250 Nm pada 2.500 rpm. Tenaga mesin disalurkan ke roda depan melalui transmisi kopling ganda kering (Dry Dual Clutch Transmission/DDCT) 7 tingkat percepatan.
Ukuran mobil bisa dibilang kompak, yakni panjang 4,394 meter (m); lebar 1,819 m; tinggi 1,635 m; dan ground clearance 19,8 sentimeter. Walau memiliki sudut overhang depan (approach angle) yang tak terlalu besar, yakni 15 derajat, Jeep Compass masih lumayan percaya diri untuk diajak masuk jalan rusak walau jelas tidak untuk bermain offroad beneran.
Kompak
Tidak begitu lama untuk melakukan penyesuaian diri dengan kabin dan panel-panel yang disematkan para desainer Compass. Lingkar kemudi yang pas dalam genggaman, posisi duduk yang nyaman dan pandangan ke depan yang cukup luas membuat pengemudi dengan mudah menyesuaikan diri dan membawanya ke jalan raya.
Harus diakui membawa Compass agak sedikit berbeda dengan mobil Eropa atau Jepang. Butuh sedikit ekstra untuk mengajak mobil ini berlari karena tidak seresponsif yang diduga. Akselerasi tidak spontan, terasa agak terlambat di putaran bawah.
Kadang gas harus diinjak hingga 3.000-4.000 rpm sampai tendangan tenaga mesin terasa signifikan. Walau begitu, bagi pengemudi yang memang ingin menikmati suasana di sekeliling alias berjalan perlahan, mobil ini mungkin bisa menjadi pilihan.
Akan tetapi, ketika berada di trek lurus, khususnya di jalan bebas hambatan dan mesin dalam kondisi ”panas”, Compass akan enak diajak berlari. Dengan tenaga sebesar 163 hp dari mesin ”hanya berkekuatan” 1400 cc, Compass nyaman dan stabil diajak berlari di atas 100 kilometer per jam.
Dengan dimensi yang lebih kecil dari saudara tuanya, Rubicon atau Cherokee-Grand Cherokee, mobil ini mampu diajak meliuk-liuk di jalanan Jakarta yang padat atau bahkan ketika Kompas membawanya ke wilayah Kota Tangerang hingga ke Tanjung Kait. Posisi mengemudi yang baik membuat pengemudi juga tidak mudah lelah untuk mengendalikan Compass di tengah kemacetan Jakarta atau kawasan industri yang tidak bisa terprediksi.
Bagaimana ketika berada di jalanan yang tidak rata? Secara umum, khususnya bagi pengguna SUV sejenis, suspensi mobil cukup mampu untuk meredam guncangan. Namun, perasaan yang berbeda akan dirasa oleh pengguna sedan atau city car yang mungkin memiliki suspensi yang lebih empuk.
Melihat spesifikasi ini sekilas, dan posisi harganya di Rp 539 juta (off the road), terlihat bagaimana Jeep Compass Longitude ini hendak diposisikan untuk bertarung di segmen SUV kecil premium.
”Positioning-nya berdasarkan brand Jeep, Compass akan bersaing dengan BMW X1, Audi Q3, VW Tiguan, dan Mercy GLA. Pada umumnya segmen premium SUV,” ujar Arry B Wibowo, General Manager Marketing Communication Hascar Group, Selasa (12/3/2019).
Selain itu, Jeep Compass juga menyasar pasar sekunder untuk memberikan alternatif bagi SUV-SUV kelas menengah buatan Jepang atau Korea Selatan, seperti Mazda CX-5, Honda CR-V, Nissan X-Trail, dan Hyundai Santa-Fe. (MHD/DHF)