BMW X4 dan Candi-candi Sunyi Itu...
Ratusan candi yang tersebar di berbagai pelosok negeri ini menunjukkan bagaimana Nusantara memiliki masa lalu yang gemilang dan menarik. Sayang, hanya sedikit dari kita yang mengetahui atau tertarik untuk mengunjungi satu demi satu candi-candi ini.
Alhasil, saat ditanya tentang candi-candi di Nusantara, jawaban yang meluncur pun hanya berkisar pada candi-candi besar yang telanjur termasyhur, seperti Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, Dieng, Gedongsongo, atau Muara Takus.
Sisanya paling hanya kita temui di buku-buku pelajaran dan baru kita cari saat harus menjawab pertanyaan di ujian. Padahal, ada ratusan candi di Pulau Jawa saja, yang sudah diungkap para arkeolog, dan bahkan sudah tertata rapi menjadi lokasi tujuan wisata.
Kompas bersama All New BMW X4, akhir Februari 2019 pun masuk ke mode ”Indiana Jones” untuk melacak keberadaan candi-candi ”tersembunyi” ini. Tentu belum bisa semua. Kami memfokuskan pencarian di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, tempat Candi Borobudur dan Prambanan berada, untuk mengungkap apa yang akan kita temukan saat kaki melangkah lebih jauh ke balik candi-candi besar itu.
Sementara BMW X4 generasi kedua kami pilih untuk menemani perjalanan panjang ini karena mengusung berbagai fitur yang dibutuhkan untuk menempuh medan-medan tak terduga. Ground clearance tinggi (20,4 sentimeter), sudut overhang besar, hingga sistem penggerak empat roda variabel permanen xDrive terbaru menjadi berbagai fitur untuk diuji unjuk kerjanya dalam uji jarak jauh ini.
Versi emosional
Seperti biasa, perjalanan dari Jakarta ditempuh dengan melintasi variasi lalu lintas di Jalan Tol Trans-Jawa sekaligus sebagai tahap familiarisasi mobil. Kesan pertama mengendarai All New X4 ini adalah sensasi. Sebagaimana spesies bernomor genap lain dari BMW, X4 adalah mobil yang dirancang untuk melecut emosi positif penggunanya, lebih dari versi standarnya yang bernomor ganjil.
BMW X4 generasi kedua kami pilih untuk menemani perjalanan panjang ini karena mengusung berbagai fitur yang dibutuhkan untuk menempuh medan-medan tak terduga.
X4 dengan demikian adalah versi emosional dari BMW X3. Emosi sudah mulai diperas saat melihat desainnya yang merupakan crossover dari sebuah SAV (sport activity vehicle) dengan coupe. Kesan sexy dan sporty langsung menohok dibandingkan BMW X3 yang lebih kalem sebagai SAV sejati.
”Lebih dari 200.000 BMW X4 generasi pertama telah terjual secara global dalam kurun waktu hanya empat tahun. Salah satu alasan popularitasnya yang luar biasa adalah X4 ini merupakan trendsetter. BMW X4 adalah pelopor yang menggabungkan karakteristik ketangguhan sebuah BMW X dengan keanggunan dan dinamika sebuah coupe,” papar Presiden Direktur BMW Group Indonesia Ramesh Divyanathan dalam sambutan saat peluncuran BMW X4 di Museum MACAN, Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Mengusung kode model G02 (generasi pertama berkode F26), All New X4 ini berbagi platform dengan BMW X3 generasi terbaru yang berkode G01.
Hanya satu varian mobil rakitan pabrik BMW Spartanburg, South Carolina, AS, ini, yang dimasukkan sebagai edisi terbatas di Indonesia, yakni BMW X4 xDrive30i M Sport X. Ini adalah varian yang membawa mesin bensin 2.0 liter keluarga B48 dengan empat silinder berturbo gulungan ganda (BMW Twinpower Turbo) dengan tenaga maksimum 252 HP dan torsi puncak 350 Nm.
”Pada dasarnya basic mesinnya sama dengan B48 di BMW 330i dan 530i, hanya dengan refreshment upgrades agar output-nya aman untuk sistem all wheel drive,” papar Ismail Ashlan, Corporate Communications Manager BMW Group Indonesia.
Berbagai fitur yang biasanya ada di sedan-sedan BMW papan atas, seperti head-up display, gesture control, tempat ponsel yang bisa mengecas secara nirkabel, hingga BMW Icon Adaptive LED Headlights, sudah menjadi fitur standar di mobil seharga Rp 1,459 miliar off the road ini.
Selain itu, mobil juga dilengkapi sederet teknologi stabilitas pengendaraan, seperti Variable Sport Steering, Dynamic Stability Control (DSC) dengan kontrol traksi, Cornering Brake Control (CBC), hingga Vertical Dynamic Control (VDC).
”Fitur untuk memaksimalkan sheer driving pleasure pada Seri X di Indonesia, yang paling canggih saat ini, ya, di All New X4 ini,” ungkap Ismail lagi.
Fitur VDC secara khusus adalah sistem peredam kejut elektronik yang diprogram secara elektronik untuk mengendalikan dinamika vertikal mobil saat menikung dalam kecepatan tinggi. Pada prinsipnya ini adalah fitur untuk menghilangkan gejala limbung alias body roll saat mobil bermanuver.
Di rute tol dan jalan raya menuju Yogyakarta, fitur ini sepenuhnya dieksplorasi dan secara mengejutkan, mobil berpostur tinggi 1,621 meter ini nyaris tak menunjukkan gejala body roll sehingga manuver bisa dilakukan dengan nyaman dan percaya diri.
Walaupun tetap saja hukum fisika tak sepenuhnya bisa dilawan karena pada situasi dan kondisi tertentu, masih terasa limbungnya mobil karena postur tingginya tetap di atas sedan.
Pada prinsipnya ini adalah fitur untuk menghilangkan gejala limbung alias body roll saat mobil bermanuver.
Kompas sengaja memilih rute masuk Yogyakarta lewat timur sehingga bisa memaksimalkan penggunaan Tol Trans-Jawa hingga keluar di Boyolali, Jawa Tengah, kemudian melintasi jalur alternatif Boyolali-Klaten via Jatinom yang mulus dan tak terlalu ramai.
Kualitas bantingan suspensi terasa premium bagaikan mengendarai sedan BMW Seri 5, walau ukuran velg 20 inci yang dibalut ban run flat tyre (RFT) ukuran 245/45R20, tetap memberikan pantulan keras saat melibas polisi tidur atau permukaan jalan yang tak mulus.
Sensasi penjelajahan
Setelah beristirahat di Yogyakarta, penjelajahan ke candi-candi tersembunyi mulai dilakukan hari Senin (25/2/2019), dengan fokus di kawasan di sebelah selatan Candi Ratu Boko. Menurut pemandu kami hari itu, Nur Ciptaningrum dari Himpunan Pramuwisata Indonesia, setidaknya ada tiga kompleks candi yang menarik di kawasan itu, tetapi belum diketahui banyak wisatawan umum.
Kompleks pertama adalah Candi Barong, yang terletak di atas bukit kecil di Dusun Candisari, Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Candi Hindu ini unik karena struktur dasarnya berbentuk punden berundak tiga tingkat dengan ukuran yang cukup besar untuk sebuah ”candi tersembunyi”.
Teras pertama berukuran 90 meter x 63 meter, sementara teras kedua berukuran 50 meter x 50 meter. Seluruh kompleks candi dalam kondisi terestorasi sempurna dengan taman-taman tertata rapi.
Dari posisi Candi Barong, terlihat sebuah candi lain di tengah hamparan sawah di bawah bukit. Atapnya yang berbentuk mirip stupa memanjang menunjukkan itu adalah sebuah candi Buddha. Itulah Candi Banyunibo, tujuan kami selanjutnya.
Dari jauh, sekilas Candi Banyunibo ini sebuah candi tunggal. Namun, setelah didekati, terlihat ini adalah sebuah kompleks candi. Terlihat reruntuhan enam candi perwara atau candi pendamping di sekitar candi utama Banyunibo.
Itu pun belum semua. Kira-kira 50 meter di sebelah kompleks Banyunibo terlihat galian-galian di tanah yang menyingkap keberadaan fondasi beberapa candi lain. ”Itu temuan baru. Baru diekskavasi Desember 2018. Diduga masih banyak lagi candi di daerah sini,” tutur salah satu petugas keamanan di kompleks Banyunibo.
Hingga titik itu, perjalanan dengan BMW X4 tak menemui kendala apa pun, kecuali jalur-jalur jalan yang sempit. Beberapa kali kami harus memutar balik karena salah jalan. Saat harus berputar di jalanan sempit ini, fitur Park Distance Control teruji. Ini adalah sistem yang akan otomatis mengerem mobil saat ada objek atau rintangan di belakang maupun di depan.
Candi ketiga yang dikunjungi hari itu adalah Candi Ijo di atas ketinggian, di dekat objek wisata Tebing Breksi. Ini adalah sebuah kompleks candi yang mengagumkan karena sangat luas dan terletak di teras-teras yang tersusun di lereng bukit. Ada 11 teras yang berisi candi-candi, baik yang sudah direstorasi maupun masih dalam tahap penelitian.
Itu temuan baru. Baru diekskavasi Desember 2018. Diduga masih banyak lagi candi di daerah sini.
Posisi candi di ketinggian yang menawarkan pemandangan luar biasa ini mengingatkan pada kompleks Candi Gedongsongo di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sekali lagi, belum banyak orang tahu tentang kompleks candi yang indah ini.
Keesokan harinya, tim Kompas membawa BMW X4 menjelajahi sejumlah candi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di tahapan ini baru terlihat bagaimana sejumlah candi benar-benar tersembunyi karena terletak di titik-titik yang membutuhkan akses masuk khusus.
Simak liputan khusus:
Tutur Visual: Menyusuri Candi-candi Sunyi.
Candi Gunung Wukir, misalnya, terletak di tengah hutan di puncak sebuah bukit kecil di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang. Kami harus berjalan kaki melewati jalan setapak yang tertutup longsor di tengah jalan dan sedikit mendaki menuju kompleks candi tertua di Jawa Tengah itu.
Demikian juga dengan Candi Pendem di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, yang terletak di sebuah ceruk lahan di tengah sawah warga. Kita harus melewati pematang sawah yang sempit sampai ke tepian ceruk itu sebelum bisa melihat sosok Candi Pendem.
Performa dan keunggulan unik BMW X4 ini baru terasakan benar-benar saat kami menyusuri kaki Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menuju kompleks Situs Liyangan, Candi Pringapus, dan dilanjutkan mendaki ke Dataran Tinggi Dieng.
Situs Liyangan adalah situs permukiman warga di abad ke-10 yang diterjang dan kemudian tertimbun material vulkanis letusan Gunung Sindoro. Situs itu ditemukan pada 2008 setelah para penggali tambang pasir dan batu di kawasan itu menemukan struktur batuan andesit pada kedalaman 12 meter di bawah permukaan tanah.
Setelah dikupas lebih lanjut, ditemukan struktur sejumlah candi, pagar kompleks, fondasi, sisa-sisa permukiman, hingga lahan pertanian, serta sejumlah yoni, baik yang masih utuh maupun rusak.
Dengan posisi ground clearance 20,4 cm dan sudut overhang cukup tinggi, X4 dengan percaya diri kami bawa menuju ke kawasan pertambangan pasir dan batu tersebut untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar situs secara keseluruhan.
Seusai menjelajah Situs Liyangan, perjalanan dilanjutkan menuju Dataran Tinggi Dieng melalui jalur alternatif Jumprit-Tambi. Jalur ini menawarkan bentang pemandangan sangat indah di lereng utara Gunung Sindoro, tetapi harus dibayar dengan keberanian menaklukkan jalan yang berliku-liku dengan tanjakan dan turunan tajam, yang tak jarang tertutup kabut tebal.
Namun, torsi mesin dan traksi yang senantiasa terjaga dengan sistem penggerak AWD membuat medan ini tak menjadi masalah bagi sebuah X4. Di satu titik, sistem AWD cerdas ini diuji saat tiba-tiba di depan terdapat jalan menanjak tajam sekaligus menikung 180 derajat dengan tumpahan pasir di permukaan aspal licinnya.
Sebuah mobil pikap pengangkut sayur di depan kami terlihat sempat selip dan terseok-seok menghadapi rintangan itu. Begitu tiba giliran kami melintas, terasa bagaimana tenaga mesin secara cerdas dialihkan ke roda-roda yang masih menapak mantap di permukaan jalan sehingga tidak terjadi selip saat roda lainnya melindas jalan berpasir licin.
Ruang kepala tersita atap yang miring melandai ke belakang layaknya mobil-mobil coupe.
Jika harus memberi catatan pada mobil yang sexy sekaligus sporty ini, adalah pada ruang duduk baris kedua yang tak terlalu pemurah terutama bagi para pemilik tubuh tinggi. Ruang kepala tersita atap yang miring melandai ke belakang layaknya mobil-mobil coupe.
Selain itu, X4 juga sama sekali tidak memberikan pegangan tangan di bagian pinggir plafon kabin seperti lazimnya mobil-mobil lain. Alhasil jika tidak sedang mengemudi dan mobil bermanuver di tikungan, tangan akan kelabakan mencari pegangan agar tubuh tak terguncang gaya sentripetal mobil.
Sepanjang perjalanan menempuh berbagai medan dan kondisi pengendaraan, BMW X4 baru ini mencatat konsumsi bahan bakar rata-rata pada kisaran 8,9-9,8 km per liter. Ini berdasarkan informasi di layar display mobil.
Selebihnya, All New BMW X4 ini adalah teman yang sangat menyenangkan dan bisa diandalkan dalam sebuah perjalanan jarak jauh penuh makna seperti ini….