Baru saja duduk di kursi, seorang pramugari bernama Parmita langsung menghampiri untuk memperkenalkan diri dan menawarkan minuman. Tak lama kemudian, pramugari maskapai penerbangan Qatar Airways itu lantas bertanya, ”Apakah saya boleh menjelaskan fitur-fitur kursi di kelas bisnis ini?”
Penjelasan Parmita menjadi perkenalan awal saya terhadap fitur-fitur kursi yang akan saya duduki selama 8 jam 40 menit tersebut. Tak hanya itu, ia pun menawarkan berbagai pilihan koran, menyerahkan menu makanan dan minuman, serta memberi piama.
Tanggal 26 Februari 2019, saya berkesempatan menjajal kelas bisnis Qatar Airways Boeing 787 Dreamliner dengan rute Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandar Udara Internasional Hamad, Doha, Qatar.
Perjalanan tersebut atas undangan Kedutaan Besar Bosnia-Herzegovina di Indonesia dan Qatar Airways untuk menghadiri Familiarization Trip ke Bosnia-Herzegovina selama 26 Februari-3 Maret 2019. Ibu kota Bosnia-Herzegovina, yakni Sarajevo, memang bisa ditempuh dengan maskapai penerbangan Qatar Airways dari Doha.
Seusai pesawat lepas landas, pramugari menyuguhi penumpang semangkuk kacang mete hangat dan kembali menawarkan minuman. Sambil menikmati suguhan tersebut, saya pun memulai petualangan menyusuri fitur-fitur di kelas bisnis.
Kursi di kelas bisnis itu terasa nyaman karena setiap penumpang memiliki ruang yang lega, mengingat kabin kelas bisnis hanya berkapasitas 22 orang dengan konfigurasi kursi 1-2-1. Setiap kursi telah dilengkapi dengan selimut dan bantal.
Di samping kursi terdapat meja yang sudah dilengkapi air mineral, tas berisikan berbagai keperluan, seperti penutup mata dan krim muka, serta majalah. Di bawah meja itu ada stopkontak dan USB port. Ada pula kompartemen yang bisa memuat tas kecil di kanan-kiri kursi.
Parmita kembali hadir menanyakan pilihan menu yang ingin disantap. Untuk menu tengah malam, Qatar Airways menawarkan tujuh makanan utama dan makanan ringan, mulai dari salad, burger mini, aneka pilihan keju, ricotta ravioli, dan lavacake. Adapun pilihan minuman yang disediakan setidaknya ada puluhan jenis.
Saya sempat kebingungan menentukan pilihan. ”Anda bisa pesan sebanyak apa pun dan kapan pun,” ujar Parmita. Akhirnya, saya mencoba tiga menu utama yang mereka tawarkan.
Sambil mencicipi hidangan yang datang silih berganti, saya membelah fokus untuk menengok pilihan film yang ditawarkan dari layar berukuran 17 inci di hadapan saya.
Pilihan filmnya terbilang bervariasi, mulai dari yang diproduksi Hollywood, Bollywood, Asia, Eropa, hingga negara-negara Arab.
Penumpang dapat langsung menyentuh layar atau menggunakan remote yang disediakan untuk memilih film yang ingin ditonton.
Jika sedang tidak ingin menonton film panjang, ada pula serial televisi atau aneka permainan yang bisa dinikmati untuk mengisi waktu.
Tak terasa, satu film telah saya tonton. Perut pun sudah terisi penuh. Saya mengambil remote dan menekan tombol untuk mengubah kursi menjadi kasur.
Waktu istirahat saya pun terasa seperti tidur di kasur rumah sendiri. Panjang kasur di kelas bisnis pesawat tersebut berkisar 197-203 sentimeter dengan lebar sekitar 76 sentimeter.
Pagi harinya, sesaat sebelum mendarat, semua pramugari kembali menghampiri penumpang satu per satu untuk menanyakan pengalaman terbang di kelas bisnis Qatar Airways. Jam telah menunjukkan pukul 05.35 waktu setempat saat kami mendarat di Bandara Internasional Hamad.
Al-Mourjan Lounge
Hiruk-pikuk di bandara seolah menyambut kedatangan rombongan kami, yang terdiri dari wartawan dan penulis. Kami diajak beristirahat sejenak di Al-Mourjan Lounge, sebuah lounge elegan dengan fasilitas bintang lima.
Al-Mourjan Lounge dihiasi dengan berbagai furnitur dari desainer ternama. Langit-langit lounge itu pun tinggi sehingga terasa amat lega. Dinding-dinding perunggu yang juga menampilkan kaligrafi tradisional membuat saya merasakan suasana negara-negara Arab.
Sama seperti di kelas bisnis Qatar Airways yang menyajikan menu bervariasi, begitu pula dengan Al-Mourjan Lounge. Makanan ringan hingga menu utama bisa diambil sendiri di meja buffet.
Saya tertarik dengan salah satu ruangan, yakni ruang permainan. Di dalamnya terdapat video game serta meja foosball yang bisa dimainkan semau kita. Namun, jika masih ingin beristirahat, ada pula area yang sunyi. Cocok untuk memejamkan mata sejenak.
”Tetapi tidak ada pengumuman jadwal penerbangan di lounge ini, jadi pastikan menengok layar yang disediakan di berbagai titik,” ujar Nathan, salah satu petugas di lounge tersebut.
Nurlaila Purnamasari, Marketing Officer Qatar Airways, yang mendampingi rombongan wartawan dan penulis, mengatakan, perpaduan kelas bisnis maskapai penerbangan Qatar Airways dengan Al-Mourjan Lounge telah mengantarkan mereka menyabet penghargaan Kelas Bisnis Terbaik Dunia enam kali oleh Skytrax, perusahaan independen yang mengumpulkan suara dari jutaan penumpang di seluruh dunia.
Penerbangan ke Sarajevo, lanjut Nurlaila, bisa ditempuh melalui Doha dengan Qatar Airways. Dari Indonesia bisa terbang ke Doha dengan Qatar Airways via Jakarta atau Denpasar.