Macan, compact sports utility vehicle (SUV) termuda di keluarga Porshce, tidak jarang mendapat julukan sebagai SUV pilihan kaum perempuan. Namun, dengan penyegaran terbaru, akankah membuat Macan menjadi pilihan kaum adam?
Diluncurkan pertama kali pada November 2010, Macan (dulu dikenal sebagai Proyek Cajun) dibangun sebagai produk entry level Porsche. Ringan, mudah dikendalikan, dan lincah adalah ciri khas yang ditanamkan pada model ini untuk menarik para calon pengguna pemula yang ingin tetap merasakan DNA mobil sport legendaris Porsche, 911, dalam sebuah SUV.
Dimensi Macan menjadi yang paling kecil di antara semua produk Porsche. Dibandingkan dengan Porsche Cayenne, panjang Macan lebih pendek sekitar 22 sentimeter. Begitu juga dengan tinggi dan lebarnya. Lebih pendek 7 cm dan 6 cm dibandingkan dengan Cayenne. Hasilnya, kapasitas ruang bagasi Macan lebih kecil sekitar 270 liter dibandingkan dengan saudaranya, Cayenne.
Dengan dimensi yang lebih mungil daripada Cayenne, tentu saja ini membuat Macan menjadi pilihan konsumen perkotaan. Pada tahun peluncurannya, penjualan mobil ini di Amerika Serikat hampir menyentuh angka 10.000 unit. Sebanyak 15 persen konsumennya adalah perempuan.
Hasilnya, pada akhir 2018, pabrikan otomotif yang bermarkas di Stuttgart, Jerman, ini mengumumkan produk entry level ini menjadi produk terlaris mereka dengan angka penjualan hampir 97.000 unit secara global. Saudaranya, Cayenne, berada di posisi kedua dengan angka sekitar 70.000 unit.
Penyegaran yang dilakukan Porsche pun diharapkan bisa mengerek angka itu menjadi lebih tinggi dari total populasi Macan yang mencapai 350.000 unit secara global. Christoph Choi, Managing Director Porsche Indonesia, saat memperkenalkan Porsche Macan 2019 di Jakarta, pekan lalu, mengatakan, penyegaran model ini diharapkan akan menggairahkan pasar baru, khususnya di Indonesia.
”Kami percaya bahwa Macan sangat sesuai dengan karakter Indonesia. Medan yang menantang, indah, sesuai dengan karakter sebuah SUV. Tetapi, pada saat yang sama, Macan adalah sebuah mobil sport,” kata Christoph.
Tiga penyegaran
Ada tiga penyegaran yang dilakukan Porsche terhadap produk terlarisnya ini, yaitu pada desain luar (eksterior), konektivitas, dan dinamika berkendara.
Penyegaran pada desain luar bisa dilihat pada desain lampu utama, spoiler bawah dan desain buritan, khususnya pada bagian lampu.
Lampu utama kini memiliki desain baru yang lebih kompak. Menggunakan teknologi Porsche Dynamic Light System (PDLS), sistem pencahayaan mampu beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Lampu utama dan lampu jauh yang semula terpisah kini menjadi satu dan terkesan lebih ringkas dengan teknologi pencahayaan yang disempurnakan.
Selain penyempurnaan desain daytime running light (DRL) yang mengelilingi lampu utama, perubahan bagian depan juga bisa dilihat dengan perubahan lokasi DRL yang terletak di spoiler bawah, yang kini sejajar dengan posisi air intake. Selain berfungsi sebagai DRL, lampu ini juga berfungsi sebagai lampu sein.
Desain lampu belakang pun kini mengikuti desain lampu saudara-saudaranya, memanjang dan menyatu dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya. Desain lampu yang sudah menggunakan desain tiga dimensi ini mengingatkan kita dengan penutup mata tokoh komik Marvel, Cyclops. Apalagi jika berpendar pada malam hari.
Penyegaran desain juga terjadi pada bagian interior, khususnya bagian konsol tengah. Selain perubahan pada ukuran layar head unit, dari semula 7 inci menjadi 10,9 inci dengan teknologi layar sentuh full HD, membuat pengendalian dan pengaturan kendaraan bisa dilakukan dengan lebih mudah.
Tidak hanya perubahan pada layar sentuh di interior, penempatan tombol Sport dan Sport Plus, yang mencerminkan DNA mobil sport, juga berubah. Meski ini merupakan sebuah hal yang opsional, Porsche menginginkan pengemudi SUV ini bisa merasakan ”jiwa” 911 di Macan dengan meletakkan tombol Sport Response Button di lingkar kemudi sebagai bagian dari Sport Chrono Package.
Penyegaran yang terpenting lainnya adalah pada sisi rangka bangun atau sasis. Fine tuning sasis yang dilakukan tim pengembangan Porsche diklaim oleh pabrikan ini membuat mobil ini lebih nyaman dan mudah dikendalikan, baik di dalam trek balap, jalan raya, maupun bahkan ketika berada di kawasan yang bergelombang dan tidak rata.
Ada dua varian Macan yang diperkenalkan Porsche Indonesia untuk calon konsumen, yaitu Macan (reguler) dan Macan S. Macan reguler dilengkapi dengan mesin 2.0 liter empat silinder dengan inline turboengine yang mampu menghasilkan 252 HP. Dengan tambahan opsi Sport Chrono Package, mobil ini bisa diajak berlari dari 0 kilometer hingga 100 kilometer per jam dalam waktu 6,5 detik.
Varian yang lain adalah Macan S, yang dilengkapi dengan mesin 3.0 liter V6 Single Turbo Engine yang mampu menghasilkan tenaga hingga 354 HP. Apabila pedal gas diinjak agak lebih dalam, mobil ini bisa diajak berlari 0-100 km per jam hanya dalam waktu 5,1 detik (dengan Sport Chrono Package).
Jadi, dengan berbagai penyegaran ini, ditambah kemampuan mesin yang berubah, cukup jantan bagi para pria untuk mengemudikannya?