“Bali: Beats of Paradise” Disambut Positif di Korsel
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Film karya sineas anak bangsa Livi Zheng, “Bali: Beats of Paradise” tampil perdana pada Minggu(31/3/2019), di Seoul, Korea Selatan. Film yang mengangkat kebudayaan Indonesia ini mendapat sambutan positif dari para penonton.
“Bali: Beats of Paradise” adalah sebuah film perpaduan seni budaya tradisional dan modern yang menceritakan perjalanan sepasang seniman dari Bali yang bermimpi memperkenalkan gamelan ke dunia internasional. Film itu melibatkan yakni, penyanyi dan juga pencipta lagu asal California Judith Hill dan gitaris jazz Indonesia yang berasal dari Bali I Wayan Balawan.
Livi Zheng mengatakan, gamelan menjadi inspirasi utama dalam film itu setelah sukses dalam “Brush With Danger” pada 2015. “Saya semakin terinspirasi dan mendalami gamelan saat menyutradarai film ini. Saya akan terus mengangkat kebudayaan dan seni Indonesia di panggung dunia,” kata Livi dalam keterangan tertulisnya.
Budaya Indonesia dikenal luas masyarakat Korsel. Hal ini yang menyebabkan antusiasme masyarakat Korsel untuk menonton begitu tinggi. Terbukti dengan penuhnya tempat duduk yang berkapasitas lebih dari 600 kursi itu ludes terisi. Bahkan para penonton rela mengantre sejak sejam sebelumnya.
Gerakan film Asia
Pemutaran film itu dihadiri pula sejumlah tokoh penting, antara lain duta besar dari berbagai negara, pejabat Pemerintahan Korsel, dan CEO dari berbagai perusahaan besar di Korsel.
Duta Besar RI untuk Korea Selatan, Umar Hadi, juga ikut terlibat dalam proses produksi film tersebut sebagai executive produser bersama bankir Julia Gouw. Umar saat itu, masih menjabat sebagai Konjen RI di Los Angeles, Amerika Serikat.
“Saya beruntung bertemu Livi Zheng dan bankir Indonesia di Amerika Julia Gouw yang punya hasrat sama yaitu mempromosikan gamelan. Itulah awal terciptanya film ini. Saya ingin Gamelan semakin dikenal di mancanegara dan terus diajarkan dan diwariskan ke generasi muda kita,” ujar Umar.
Rencananya film ini akan ditayangkan serentak di seluruh jaringan bioskop Lotte Cinema di Korsel mulai 15 April 2019. Melalui film ini, budaya Indonesia diharapkan dapat semakin dikenal di Korsel.
Harapan tersebut diungkapkan Rektor Dong-ah Institute of Media and Arts Young Choi. Menurut dia, film ini membuatnya semakin cinta pada kebudayaan Indonesia. “Film ini membuat saya jatuh cinta lagi dengan Indonesia, terutama dengan Bali,” ujarnya.
Film ini sangat berbeda dan mengesankan. Perpaduan budaya Indonesia dan Amerika menghadirkan rasa tersendiri. Film ini menjadi salah satu gerakan film Asia yang sangat baik.
Hal senada juga dikatakan oleh beberapa warga Korea seusai menonton. Misalnya Youngsil Park yang mengaku semakin menyukai budaya Indonesia setelah menyaksikan film ini.
“Amazing Film! Saya jadi makin suka gamelan dan kebudayaan Indonesia. Saya merekomendasikan film ini untuk ditonton,” ucap Youngsil.
Sementara itu, Jacob Choi memberikan penekanan lain. “Film ini sangat berbeda dan mengesankan. Perpaduan budaya Indonesia dan Amerika menghadirkan rasa tersendiri. Film ini menjadi salah satu gerakan film Asia yang sangat baik,” kata Jacob.
Sebelumnya, film ini tayang di bioskop-bioskop di AS. Pada Mei mendatang film itu akan ditayangkan di maskapai penerbangan Singapura. Adapun di Jakarta, kota-kota besar lainnya di Indonesia, film itu akan diputar perdana pada Juli 2019.