Beberapa tahun terakhir, ngopi tidak lagi identik dengan hobi bapak-bapak. Generasi yang lebih muda juga hobi ngopi, terlebih di warung kopi atau coffee shop. Hobi ini pun mengantar para penikmat kopi pada peluang profesi, yakni barista.
Bisa dibilang, barista menjadi salah satu kunci kesuksesan warung kopi. Mereka bertugas meracik kopi bagi para pelanggan. Selain itu, mereka pun berperan menentukan identitas cita rasa kopi yang hendak disajikan.
Beberapa barista memulai kariernya karena kecintaannya pada kopi. Contohnya, Manda (23). Mulanya ia merupakan pencinta kopi yang senang berkeliling dari satu kedai kopi ke kedai lainnya. Atas dorongan seorang teman, ia pun memutuskan untuk menjadi barista.
”Suatu hari saya nyoba bikin kopi untuk orang lain. Ternyata, orang itu suka kopi yang saya buat. Kalau customer (pelanggan) senang, saya juga senang. Sekarang sudah dua tahun saya menjadi barista,” kata Manda saat ditemui di Kopi Kalyan, Jakarta Selatan, Senin (18/3/2019).
Untuk menjadi barista yang andal, ia kerap berlatih kepada seorang senior di tempatnya bekerja. Hasil latihan tersebut tidak hanya membuatnya semakin jago meracik kopi, tetapi juga berprinsip untuk menyajikan kopi terbaik.
”Kata senior saya, kalau pelanggan pesan kopi apa pun, jangan pernah bilang kalau kita tidak bisa membuatnya. Semuanya harus dicoba dulu,” kata Manda.
Prinsip itu membuatnya berani menerima tantangan dari para pelanggan. Bahkan, ia juga pernah meracik sendiri kopi buat Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf.
Pengalaman membuat kopi bagi Triawan ia rasa menantang. Hal itu karena kala itu Triawan memesan kopi dengan rasio tertentu. Belum lagi, Triawan adalah salah satu penikmat kopi yang tahu benar arti kopi yang enak.
“Kebetulan beliau suka kopinya. Akhirnya, beliau datang lagi ke sini (warung kopi) keesokan harinya dan minta saya yang membuat kopi untuk beliau,” kata Manda.
Keahlian dan keberanian ialah dua dari sekian hal yang dibutuhkan untuk membuat kopi yang nikmat. Rekan Manda, Haykal (25), mengatakan, membuat kopi pun harus dilakukan dengan segenap hati dan dengan senang.
Menurut Haykal, seorang barista harus pandai menata suasana hati saat membuat kopi. Pasalnya, suasana hati yang tidak baik akan menghasilkan kopi yang kurang sedap juga.
”Kalau saya bad mood, saya akan keluar ruangan sebentar dan mencari cara supaya senang lagi. Bisa juga saya tetap di dalam ruangan dan lihat-lihat kejadian lucu yang mungkin menghibur,” kata Haykal.
Menjadi barista, menurut Haykal, tidak pernah membuatnya bosan. Selain karena ia adalah penikmat kopi, selalu ada hal baru yang bisa ia pelajari dengan menjadi barista. Saking sukanya, ia sudah empat tahun menjalani profesi sebagai barista. Ia mengatakan, hingga kini ia belum berpikiran untuk memperoleh profesi lain selain barista.
Belajar
Selain Manda dan Haykal, ada pula Caca (20), barista dari warung kopi Kopi Nalar, Jakarta Selatan. Baru tujuh bulan Caca bekerja paruh waktu sebagai barista. Selain untuk mengisi waktu luang, menjadi barista juga sejalan dengan kesukaannya untuk meminum kopi saban hari.
”Saya memulai semuanya dari nol. Dulu, saya sama sekali belum bisa membuat kopi. Saya diajari pelan-pelan oleh senior saya. Sampai sekarang pun saya masih belajar,” kata Caca.
Belajar menjadi barista diakuinya tidak mudah. Selain asing dengan semua proses membuat kopi, ada banyak pula teknik yang harus dikuasai, misalnya ketepatan suhu air dan busa untuk membuat segelas latte. Setelah berlatih selama berbulan-bulan, kini ia bisa membuat segelas latte yang baik.
”Memang sulit di awal, tetapi saya menikmati (pekerjaan saya) menjadi barista. Belum lagi suasana kerjanya menyenangkan,” katanya. (SEKAR GANDHAWANGI)