Klinik Sampah Kertabumi menawarkan produk olahan dari sampah dengan rasa baru ala milenial. Aneka sampah didaur ulang menjadi produk yang tidak hanya fungsional, tetapi juga menarik untuk ditenteng. Pilihan warna-warni dasar yang berani hingga produk inovatif menjadi kunci sehingga barang dari sampah ini menumbuhkan rasa bangga bagi pemakai milenial.
Sarung laptop ala Klinik Sampah Kertabumi tampil menawan dan sungguh layak untuk dibawa ke kampus atau ke kantor. Sepintas, tak tampak bahwa pembungkus komputer jinjing ini terbuat dari kombinasi spanduk bekas dan kantong plastik. Spanduknya pun merupakan barang bekas yang dicopot dari kompleks rumah, sedangkan kantong plastiknya berasal dari pasar tradisional.
Ada lebih dari 100 produk yang telah diproduksi oleh Klinik Sampah Kertabumi. ”Saya bikin produk yang saya sendiri mau pakai. Bank sampah banyak gagal karena bentuk produk yang dihasilkan tidak sesuai tren di masyarakat, jadi enggak menarik. Kami selalu berinovasi agar produk daur ulang bisa diterima di khalayak umum,” kata Ikbal Alexander (35), pendiri Klinik Sampah Kertabumi, Rabu (6/3/2019).
Selain dijual di media sosial, seperti Instagram dan Facebook, produk daur ulang Kertabumi sudah bisa dibeli di market place seperti Bukalapak dan Tokopedia. Produk-produk yang dijual dibungkus dengan kardus dan diikat dengan selotip kertas alias tanpa pembungkus plastik. Hasil penjualan kemudian didonasikan ulang, seperti bagi pemberdayaan ibu-ibu di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Produk-produk daur ulang ini dilirik pembeli perorangan dan beberapa perusahaan, seperti Telkomsel yang menjadikannya sebagai goodie bag. Perusahaan lain, seperti Starbucks, memberikan dana tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR-nya untuk pembagian tas daur ulang secara gratis. Tas belanja yang bisa dipakai berulang kali tersebut dibuat dari bahan baku berupa empat lembar plastik bekas.
Dengan pendanaan dari Starbucks, tas belanja aneka warna mencolok ini dibawa ke pasar-pasar tradisional. Kertabumi kemudian menukar tas-tas imut tersebut dengan tas keresek secara gratis. Ibu-ibu yang belanja dan mendapat tas belanja ini diharapkan tak akan lagi menggunakan tas keresek ketika pergi ke pasar. Jika tanpa subsidi, tas-tas tersebut dijual Rp 60.000 per buah.
Tutorial pembelajaran
Kertabumi aktif menularkan kegemaran daur ulang sampah dengan menyampaikan tutorial pembuatan produk-produknya lewat kanal Youtube.
Tutorial pembuatan tas belanja, misalnya, menerangkan secara detail, mulai dari penyiapan bahan baku lembaran plastik sebagai material utama pembuatan. Beberapa lembar plastik disetrika dengan dilapisi kertas roti supaya mengerut dan menghasilkan bahan serupa tekstur kulit. Bahan dasar ini kemudian dibentuk menjadi aneka macam produk lewat penjahitan.
Kantong plastik bekas juga didaur ulang dengan metode rajutan. Sampah keresek lantas dipotong-potong menjadi serupa tali rafia sebelum kemudian dirajut menjadi tas rajut nan cantik. Rajutan tangan memakai motif chevron dari sampah kantong plastik bisa dibuat menjadi gelang tangan hingga beragam aksesori lain.
Perajin di Klinik Sampah Kertabumi, seperti Susi Desiningsih (45) dan Deri (22), yang setiap hari bekerja mendaur ulang sampah sering kali takjub dengan banyaknya kreasi yang bisa dihasilkan dari sampah.
”Sebelumnya sama sekali enggak terbayang bahwa sampah bisa dibuat menjadi banyak sekali produk,” ujar Susi sambil menunjukkan sebuah tas dari bahan baku ban bekas hingga sandal jepit dari anyaman kantong keresek.
Sandal ini dibuat dari sembilan lembar kantong sampah plastik yang terlebih dulu dibuat menjadi untaian tali rafia. Pembuatan tali rafia ini pun dipertontonkan dalam video tutorial di kanal Youtube. Teknik menganyamnya menggunakan metode kepang dari plastik aneka warna. Sol alias alas sandal bisa dibuat dengan memanfaatkan kardus bekas atau karet bekas.
Produk unik lainnya antara lain berupa anting dari botol bekas minyak zaitun, kalung daur ulang dengan mata kalung dari sampah pecahan piring, dan tali kalung dari kain perca atau sampah kantong plastik. Botol plastik yang dicacah lantas dipanaskan di oven bisa pula diolah menjadi beragam jenis produk, seperti tatakan gelas. ”Daur ulang jadi pilihan terakhir, sebaiknya kurangi konsumsi plastik. Kami cenderung bikin produk yang bisa dipakai. Jarang bikin pajangan,” tambah Ikbal.
Selain tutorial di kanal Youtube, Kertabumi juga beberapa kali membuat lokakarya untuk umum. Khusus pengurus bank sampah, mereka cukup membayar dengan sampah. ”Kami ini pemulung. Kerjaannya memulung sampah,” kata Ikbal.
Proses daur ulang sampah di Kertabumi berawal dari keprihatinan Ikbal ketika menyaksikan tumpukan sampah yang baunya tercium hingga teras rumahnya. Bersama keluarganya, ia lantas memungut, mencuci sampah yang bisa didaur ulang, lantas mencoba berkreasi dengan membuat aneka produk dari daur ulang sampah.
Dari mulanya diunggah di media sosial, semakin banyak orang yang tertarik membeli atau mempelajari proses daur ulang tersebut. Beberapa tetangganya kemudian mulai menyumbangkan sampah yang sudah dibersihkan. Ikbal membubuhkan nama Kertabumi yang bermakna kesatria bumi atau pencinta lingkungan. Kertabumi selanjutnya menjadi semacam aktivitas sosial sejak 2017.
Kertabumi mengubah sampah menjadi produk baru ala milenial.