Bekerja di kantor umumnya identik dengan sekat-sekat kubus atau cubicle. Suasananya formal dan kaku, apalagi jika bos tiba-tiba lewat. Kini, suasana ngantor bisa lebih santai, tapi tetap produktif. Di ruang kerja bersama atau coworking space, generasi kreatif dan "tidak bisa diam" biasa berkantor.
Ini seperti terlihat di coworking space Conclave Arteri, di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (26/2/2019).
Anak-anak muda sibuk dengan laptopnya. Berpenampilan santai, mengenakan jeans dan kaos. Di sela-sela kesibukannya, tak jarang terlihat diskusi hangat di antara mereka untuk membahas proyek yang sedang dikerjakan.
Mereka adalah salah satu perusahaan rintisan (start-up) yang menjadikan Conclave Arteri sebagai kantor operasional mereka.
“Pengguna coworkingspace di sini memang kebanyakan adalah perusahaan start-up. Ada yang menyewa selama tiga bulan, ada pula yang setahun. Sekarang pun ada yang menyewa seluruh lantai tiga selama setahun,” kata Host Conclave Arteri Adellia Fitri.
Saat ini, ada enam perusahaan yang menyewa di Conclave Arteri. Keenamnya berasal dari industri yang berbeda-beda, antara lain desain interior, pemasaran digital, hingga pembuat aplikasi. Namun jika dihitung sejak Conclave Arteri berdiri, 12 Februari 2018, sudah ada puluhan perusahaan rintisan yang berkantor di sana.
Menurutnya, orang yang berminat menggunakan coworking space di Conclave Arteri pun semakin banyak. Saking banyaknya, setiap masa sewa dari satu penyewa berakhir, tidak butuh waktu lama, akan datang penyewa lainnya.
Tak hanya perusahaan rintisan, ada pula mahasiswa yang menyewa tempat di Conclave Arteri. Mereka seringkali mengerjakan tugas bersama atau menyusun skripsi. Namun jumlahnya tak sebanyak pelaku usaha rintisan.
Jika dianalogikan, konsep ruang kerja bersama mirip seperti ruang perpustakaan. Bedanya, di coworking space tidak ada larangan untuk mengobrol, bermain, hingga makan dan minum.
“Dengan coworking space, mereka bisa bertemu dengan orang-orang dari industri lain. Dari situ, mereka bisa terhubung satu sama lain dan punya jaringan baru. Kami juga mengadakan gathering dengan semua penyewa minimal sebulan sekali,” kata Adellia.
Pertumbuhan positif
Conclave Arteri bukan satu-satunya coworking space di Jakarta. Ada banyak tempat serupa, seperti Kantorkuu di Citywalk Sudirman, GoWork di fX Sudirman, hingga JSCHive by CoHive di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Bila ditelaah, jumlah coworking space selama beberapa tahun ini pun menunjukkan tren positif.
Menurut Presiden Coworking Indonesia Faye Scarlet Alund, hingga kini ada sekitar 250 coworking space. Ruang-ruang kerja bersama ini bahkan tak hanya di Jakarta tetapi sudah ada di 45 kabupaten/kota di Indonesia.
Faye mengatakan, pertumbuhan coworking space yang paling signifikan terjadi pada 2016 dan 2017. Ada peningkatan dua kali lipat dari total 34 unit di 2015 menjadi 75 unit di 2016. Kemudian naik lagi dua kali lipat menjadi 180 unit di 2017.
“Pada 2018, hanya ada kenaikan sekitar 50 co-working space. Menurut saya, pertumbuhannya sudah mencapai titik stabil,” kata Faye.
Faye menekankan pentingnya coworking space bagi ekosistem perusahaan rintisan. Sebab, tempat itu menjadi wadah bagi komunitas-komunitas untuk menjalin koneksi dan berkolaborasi. Kedua hal itu dinilai penting untuk perkembangan bisnis rintisan.
“Coworking space menjadi cikal bakal berpusatnya konektivitas, program, dan orang-orang yang ingin melakukan sesuatu. Di tempat ini, potensi untuk bertemu dengan banyak orang lebih besar,” katanya. (SEKAR GANDHAWANGI)