Persaingan ponsel kelas menengah di Indonesia bak sebuah palagan yang disesaki oleh produk dengan diferensiasi yang sulit dibedakan oleh konsumen. Harga ataukah spesifikasi yang harus menjadi patokannya.
Oleh
·3 menit baca
Galaxy M20 adalah jawaban dari Samsung untuk palagan di segmen menengah ponsel tanah air. Dengan harga Rp 2,8 juta, mereka menawarkan ponsel dengan tawaran yang dianggap bisa memikat calon konsumennya yakni pengguna muda seperti lensa ultra lebar, baterai 5.000 mAh, dan layar yang bebas dari bingkai.
Seri ini menyeruak di tengah seri Galaxy J dan Galaxy A yang juga mengincar segmen yang sama. Perbedaannya, seperti dilontarkan Product Marketing Senior Manager Samsung Mobile Indonesia Selvia Gofar, adalah generasi muda yang aktif, haus dengan konten hiburan dari layar gawai, serta kamera yang mampu menangkap banyak hal dalam satu komposisi.
Dan dengan menghadirkan USB Type-C ke ponsel tersebut, ada pesan bahwa seri Galaxy M tidak menjadikan kompromi atas kualitas dari reputasi merek Samsung. Dan pesannya sangat jelas, inilah tawaran terbaik dengan mengkombinasikan aspek unggulan dari teknologi yang tersedia dengan harga yang paling memikat.
Namun pilihan tersebut juga bukan tanpa risiko. Meluncurkan seri untuk kelas menengah berarti mereka harus meninggalkan zona nyamannya yakni segmen menengah keatas hingga andalan (flagship). Yang terjadi, kini mereka harus berenang di perairan yang disesaki oleh ikan pemangsa dan bergabung pada persaingan sengit.
Di segmen ini, produsen ponsel berhadapan dengan konsumen yang memiliki ekspektasi bahwa uang yang mereka bayarkan haruslah diganjar oleh perangkat dengan spesifikasi terbaik. Pertimbangan ini bisa menggeser loyalitas terhadap satu merek.
Pada akhir tahun 2018, Asus merilis Max M2, ponsel pintar dengan narasi sebagai perangkat bermain gim. Dengan baterai 4.000 mAh, Asus mengemas produk ini bersama varian lain Max Pro M2 sebagai gawai yang ramah bagi para penggemar gim untuk perangkat bergerak.
Saat diluncurkan dengan harga Rp 2,3 juta, Asus membuat narasi gim untuk membuat gim untuk perangkat bergerak sebagai hal yang mudah dijumpai di mana pun. Tak ketinggalan, aspek desain juga tidak dilupakan dengan memakai gaya layar penuh tanpa bingkai, menyisakan daerah di atas dengan bentuk trapesium terbalik, atau kerap disebut poni.
Pengalaman menggunakan perangkat ini oleh Kompas menunjukkan kesan yang apa adanya. Dengan harga tersebut, pengguna sudah mendapatkan perangkat dengan baterai yang bisa diandalkan untuk penggunaan yang berat, layar yang lega untuk menonton konten, dan lensa ganda untuk menghasilkan efek ruang tajam.
Max M2 memiliki pasar yang berbeda dengan Galaxy M20 yang dirilis belakangan, tapi yang terjadi adalah persaingan tidak hanya melibatkan keduanya. Oppo mempromosikan seri A yang bergerak paralel dengan seri F yang menjadi andalannya selama ini.
https://youtu.be/UMHtnXK_Cqc
A7 yang dilepas dengan harga Rp 2,7 juta memiliki tawaran yang hampir sama yakni layar tanpa bingkai, lensa ganda tapi dengan kecerdasan buatan serta baterai 4.230 mAh. Beberapa spesifikasi yang dimiliki tiga nama relatif sama seperti kapasitas RAM dan penyimpanan internal, belum lagi bentang layar.
Bagi konsumen yang sengaja menabung demi membeli ponsel-ponsel di rentang harga ini, mereka harus siap dengan perkembangan yang berlangsung dalam hitungan minggu. Selalu muncul ponsel pintar yang menawarkan spesifikasi yang lebih bersaing dengan harga terpaut tipis.
Misalkan Honor 10 Lite yang dirilis hari Rabu (27/2/2019) dengan harga Rp 3,3 juta dengan spesifikasi yang secara umum lebih maju seperti sistem dalam cip, kamera hingga RAM. Dan bukan tiga nama produk ini saja yang akan masuk ke pertimbangan para konsumen, beragam pilihan akan menyambut begitu datang ke toko maupun berkunjung ke toko daring.
Di balik pilihan yang tersedia banyak ada persaingan keras para produsen ponsel.