Hati yang Melindungi
Ada hati yang melindungi keanggunan setiap busana karya Heaven Tanudiredja (36) yang sejak 2017 menetap di Bali. Selain merancang dengan hati, ia senantiasa membuat hatinya seakan jatuh cinta kepada siapa saja perempuan yang ingin mengenakan rancangannya.
”Peragaan busana yang spesial kali ini dengan menghadirkan karya berbahan karbon dengan serat sutra Jepang dan nilon yang ultra tipis. Ada kesan metalik yang keras, tetapi ringan dan melayang saat dipakai,” ujar Heaven.
Busana yang melayang tadi melahirkan keanggunan. Ini ditampilkan pada peragaan busana karya Heaven dengan 31 model di Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Busana diperagakan mulai dari yang berkarakter keras menuju lembut. Kesan keras diperlihatkan oleh lapisan bahan serat karbon hitam yang mengilat. Namun, Heaven tidak ingin menyembunyikan sejatinya kelembutan perempuan dengan menciptakan efek lubang-lubang di sekujur busana itu.
”Melalui model busana ini, saya menunjukkan karakter saya yang keras untuk melindungi siapa saja yang memakainya,” ujarnya.
Lubang-lubang pada bahan serat karbon dibuat setelah busananya selesai dijahit. Ini menuntut kejelian dan kepekaan kerja secara manual. Ada beberapa busana mewakili karakter keras ini, terutama pada peragaan pembukanya. Seorang model muncul mengenakan busana itu.
Ia melangkah dan berhasil menampilkan kesan yang dikesankan Heaven sebagai melayang. Gerak kain di bagian samping kiri kanan gaun itu melayang seperti turut melangkah seirama gerak kaki pemakainya. Elegan. Lubang-lubang untuk bahan yang keras mengilap hitam itu memberi misteri tersendiri.
Ketika mengenakan busana berkarakter keras, ia tetap membuka diri. Terbuka terhadap situasi apa pun yang akan dilaluinya. Busana seperti itu tentu anugerah bagi perempuan urban yang suka berjalan kaki. Banyak perempuan melakukan hal itu di luar Indonesia, seperti di Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat.
”Perempuan di Indonesia menempuh perjalanannya dari dalam mobil,” ujar Heaven, yang lahir di Jakarta, 7 Juni 1982.
Ekonomi kreatif
Inspirasi busana karya Heaven adalah perempuan urban yang suka berjalan kaki. Dari sini bisa ditilik, Heaven membidik pasar di luar negeri. Meski begitu, ia berharap pasarnya di dalam negeri makin meluas.
”Klien saya yang paling banyak dari Belgia, kemudian Paris, Perancis. Menyusul kemudian di Tokyo, New York, dan Toronto,” ujar Heaven.
Rancangan busana Heaven cukup dikenal di Belgia. Ia memang sempat menetap cukup lama di Antwerp, Belgia. Di kota itu, pada 2004, Heaven memulai studi mode di Royal Academy of Fine Arts.
Semula ia bimbang terhadap pilihan studi mode di situ karena Heaven ternyata memiliki ketertarikan pula terhadap studi seni patung.
Meski begitu, Heaven menunjukkan prestasinya di dunia mode Belgia dan Eropa. Di tahun kedua studinya, ia berhasil meraih penghargaan bergengsi Christine Mathijs untuk hasil rancangannya.
Penghargaan itu dianugerahkan Dries van Noten, perancang kelas dunia asal Belgia. Sejak 2007, Heaven bergabung dan bekerja untuk Van Noten.
Ia menjalaninya hingga tiga tahun kemudian beralih usaha mandiri yang tidak jauh-jauh dari dunia mode, yaitu memproduksi aksesori untuk mempercantik fashion.
Heaven menetap di Belgia selama 13 tahun dari 2004 sampai 2017. Kemudian ia memutuskan menetap dan berkarya di Bali sampai sekarang.
Untuk memproduksi karyanya di Tanah Air, salah satu hal yang dipertimbangkan Heaven adalah biaya produksi yang lebih kompetitif, terutama sumber daya manusia.
”Banyak juga orang yang mengoleksi rancangan busana saya dari Belgia dan negara-negara Eropa itu memiliki tempat tinggal di Bali,” kata Heaven.
Bukan mencari
Peragaan busana karya Heaven ini merupakan kali kedua sejak ia menetap di Bali. Tahun lalu Heaven menggelar rancangannya di tempat yang sama di Jakarta, dengan 30 model.
Kekhasan Heaven lain. ia tidak memberi tema peragaan busananya. Ada alasannya yang menarik. ”Ketika saya memberi tema, itu berarti saya mencari ide atau gagasan untuk setiap karya. Saya bukan mencari, melainkan menemukannya,” kata Heaven.
Heaven menghendaki setiap karya yang tercipta itu terlahir dengan biasa-biasa saja. Ia kemudian bertutur tentang pengalaman melahirkan beberapa karya lain yang diperagakan tahun ini.
Pada musim panas 2018, Heaven berkunjung kembali ke Belgia. Di suatu perjalanan di pasar loak di sana, Heaven mendapati sebuah koran berangka tahun 1910 yang memuat motif bunga. ”Motif bunga tersebut ada di sebuah artikel yang menguraikan persoalan restoran. Bunganya panjang-panjang dan sangat menarik,” kata Heaven.
Heaven kemudian melakukan riset terkait dengan motif bunga dari koran tahun 1910 di Belgia itu agar dapat melekatkannya di sebuah busana rancangannya. Hasil rancangan itu kemudian mewakili unsur lembut dalam peragaan busananya tahun ini.
Inspirasi busana berbahan serat karbon hitam mengilat ia peroleh dari suatu pameran di Paris. Kemudian ia mencari asal bahan itu dan mendapatkannya dari Jepang dan Italia. Heaven menyebutkan, selain melayang, bahan kain karbon itu jatuh di badan dan goyangannya terlihat enak. Ringan, melayang, dan memiliki volume.
Inspirasi lain didapat ketika ia berada di New York, AS. Ia menemukan seorang remaja mengenakan baju berbahan lateks. Heaven pun meriset bahan lateks yang bagus dari Jerman. Ketika Heaven ingin merancang dengan bahan itu, ia berada di Jepang.
Bahan kain lateks bikinan Jerman itu pun dikirim ke Jepang. Heaven berhasil mengolahnya menjadi celana yang dipanggungkan tahun ini. ”Apa pun yang enak di mata, saya buat. Saya menemukan, bukan mencari,” ujar Heaven.
Heaven bekerja sama dengan Swarovski untuk mengembangkan warna dan motif kain-kain yang kemudian dipergunakannya.
Ada pula mode celana berbahan kain lateks yang transparan. Heaven ingin membuat efek seperti kaki kaca yang berjalan. Itu rupanya menjadi simbol. Sekuat apa pun kita, akhirnya semua menjadi rapuh, mudah pecah, seperti kaca.