”Masook” ke Rumah Pak Eko
Angkat besi adalah dunia Eko Yuli Irawan. Di rumahnya, pembicaraan dengan teman-temannya tidak akan jauh-jauh soal ini. Bapak dua anak ini berencana membangun tempat latihan angkat besi di rumahnya yang akan direnovasi.
Juara dunia angkat besi Eko Yuli Irawan (29) memilih Jakasetia, Bekasi, sebagai tempat tinggal karena di daerah ini tinggal keluarga besar istrinya, Masitoh. Eko menyadari ia lebih banyak menghabiskan waktu di pelatnas di Jakarta Pusat. Ia baru bisa pulang ke rumah saat jatah libur latihan dan akhir pekan. Di saat jauh dari anak dan istri, keluarga besarlah yang ia harapkan datang dan mendukung keluarga kecilnya.
Bercelana pendek, Eko tampak santai di rumah mungilnya. Kebetulan hari itu ia tengah libur berlatih. Dua hari sebelumnya, ia baru saja pulang dari mengikuti Kejurnas Angkat Besi di Bandung.
Saat-saat di luar jadwal latihan seperti ini biasanya ia manfaatkan untuk bermain dengan anak-anaknya. Si sulung, Naycylla Salsabila Irawan (6), sudah pintar mengajaknya ke mal. Adapun si bungsu, M Azzam Al Hafidz Irawan, yang berusia tiga bulan, sedang lucu-lucunya. Masitoh, yang juga mantan lifter, kebetulan hari itu sedang ada acara kumpul dengan temanteman sesama mantan lifter perempuan.
”Pulang ke rumah biasanya ditodong ke mal, shopping. Cylla juga minta main, seperti mandi bola atau ke arena permainan,” kata Eko sambil tertawa.
Di luar itu, Eko memanfaatkannya untuk beristirahat sambil bercengkerama dengan keluarga. Sambil menyalakan televisi, biasanya mereka tidur-tiduran di atas kasur yang digelar di area depan kabinet dengan TV ditempel di dinding. Bersebelahan adalah satu set kursi yang biasa digunakan untuk menjamu tamu, baik kerabat maupun teman-teman yang datang.
Rumah Eko selalu ramai dengan keponakan dan kerabat dari keluarga istri yang silih berganti datang. Mereka menemani Cylla, panggilan si sulung, bermain. Kakak ipar Eko juga membantu Ita, panggilan Masitoh, mengurus bayi.
Eko tinggal di rumah mungil ini sejak setahun terakhir. Rumah yang dimiliki sejak 2016 itu ia beli dari bonusnya memenangi medali perak di Olimpiade Rio de Janeiro. Lahan rumah ini, seluas 115 meter persegi, hampir seluruhnya dibangun. Hanya menyisakan sedikit lahan untuk teras di bagian depan. Rumah ini dipilih Eko karena berada dalam cluster sehingga dirasa aman untuk aktivitas bermain anak-anak yang sedang aktif-aktifnya.
Ruangan dalam rumah terbuka tanpa sekat, dengan dinding dilapisi kertas (wallpaper) bermotif bunga-bunga, garis-garis, dan ornamen dekoratif. Dinding-dinding ini dihiasi berbagai foto keluarga dan kaligrafi. Di salah satu sudut rumah diletakkan meja makan dengan hiasan tiga kotak berisi bunga-bunga tulip dan anggrek tiruan yang ditempelkan pada dinding.
”Istri yang mengatur soal urusan interior rumah. Wallpaper ini belanja sendiri, lalu pemasangannya dibantu saudara yang memang jago pasang itu,” kata Eko.
Kamp latihan
Sebelumnya, Eko tinggal di rumah yang lebih luas di kompleks yang berseberangan dengan kompleks perumahan sekarang. Rumah itu dibeli pada 2012, juga dari hasil bonus, setelah memenangi medali perunggu di Olimpiade London.
Di rumah itu ada seperangkat alat untuk latihan kebugaran dan angkat besi yang diletakkan di garasi. Adapun mobilnya diparkir di halaman samping yang diberi naungan. Eko ingin merenovasi rumah itu dan memusatkan lantai satu untuk aktivitas angkat besi. Ia ingin kelak bisa membangun kamp untuk menelurkan generasi baru di cabang angkat besi.
Sementara lantai dua untuk ruang aktivitas pribadi bersama keluarga serta semacam ”museum” kecil untuk memasang memorabilia atau benda kenangan dalam perjalanan Eko sebagai atlet angkat besi, seperti medali, piala, piagam penghargaan, hingga sepatu, kaus, dan jaket yang dipakai saat momen istimewa, misalnya saat meraih medali di Olimpiade.
Eko menjadi satu-satunya lifter yang meraih tiga medali dari tiga Olimpiade yang diikutinya berturut-turut. Mimpinya sebelum pensiun sebagai atlet adalah memetik emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Saat ini, sejumlah koleksi medali dan piala disimpan di lemari kaca pada ceruk dinding di antara dua kamar tidur. Di depan lemari ada koper besar yang ia pakai saat pertandingan Kejuaraan Dunia di Turkmenistan. Di kejuaraan ini, Eko mencetak dua rekor dunia di kelas 61 kilogram putra dan ditetapkan sebagai juara dunia 2018.
”Koleksi medali dan piala yang diperoleh sebelum menikah disimpan di Lampung,” kata Eko yang semasa kecil pernah menjadi gembala kambing dan tinggal di Lampung.
Topik yang hangat dibicarakan Eko tetaplah soal prestasi dan regenerasi di bidang angkat besi. Selain mempersembahkan medali emas, mimpi Eko yang lain adalah membangun kamp latihan untuk mencari bibit-bibit baru di dunia angkat besi.
Impian ini tak lepas dari pengalamannya saat remaja ketika bakatnya ditemukan dan diasah oleh pelatih Lukman dan Yon Haryono. Eko, sebagai lifter, terlahir dari semacam kamp, yang kini ingin ia wujudkan untuk generasi lifter selanjutnya.
Renovasi
Ketika masih tinggal di rumah yang lama, Cylla kerap menyaksikan ayahnya berlatih atau olahraga ringan. Kadang-kadang, ia ikut berlari-lari di arena latihan atau di atas treadmill mengenakan sepatu mungilnya.
Namun, di rumah barunya yang lebih mungil kini, Eko tidak bisa lagi menaruh alat-alat olahraga di situ. Cylla pun tidak lagi melihat aktivitas olahraga Eko. ”Saya sih menyerahkan saja ke anaknya kelak. Kalau dia mau ke olahraga, ya, silakan. Saya tetap mengarahkan ke olahraga, paling tidak untuk kesehatan,” katanya.
Kedua kompleks rumah Eko dibatasi jalan raya dan sungai yang meluap saat hujan deras. Eko bercerita, dahulu saat sungai luber, berbagai sampah terlihat di aliran air, dari yang benda-benda kecil sampai kasur. ”Kalau banjirnya berhari-hari, banyak ikan lele yang lepas dari empang masuk ke sungai atau aliran selokan. Biasanya ditangkapi warga,” kata Eko yang sempat mengajak kami menembus genangan—seusai hujan deras—untuk menuju rumah lamanya.
Saat ini, menurut dia, sudah jarang terjadi banjir dalam waktu lama. Paling banter beberapa jam saja luapan sungai ”menggenang” jalan raya hingga sebetis orang dewasa. Limpahan air itu tidak sampai masuk ke rumah Eko.
Menurut rencana, renovasi rumah akan dibiayai dari hasil bonus meraih medali emas di ajang Asian Games 2018. Seusai renovasi kelak, ia berencana kembali ke rumah lama, sementara rumah sekarang akan ditempati oleh orangtua istrinya.
Eko mengatakan, sebenarnya ia tidak terlalu punya bayangan tentang rumah ideal impiannya. Ia merasa datang dari latar belakang keluarga yang sangat sederhana. ”Punya rumah saja sudah syukur,” ujarnya.
Namun, berbagai prestasi yang ia raih memperbaiki kondisi ekonominya. Eko pun mulai bermimpi, rumah hasil renovasi kelak akan memiliki mushala dan kamar tidur
utama yang luas dan rapi ala hotel dengan taman di depannya.
”Masih angan-angan dan masih cari dana karena kayaknya bakal butuh banyak dana,” kata Eko sambil menatap halaman rumah yang basah oleh guyuran hujan deras.