JAKARTA, KOMPAS — Hubungan diplomasi antarnegara dapat terjalin dari berbagai sektor, salah satunya industri perfilman. Hal itu yang terus dijalin Indonesia bersama Jepang. Saat ini, rumah produksi Jepang yang paling banyak membuat film di Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
”Berdasarkan data yang kami miliki, hingga tahun ini, rumah-rumah produksi dari Jepang yang sudah meminta izin dan melakukan produksi film hingga Oktober ini sudah sebanyak 50,” kata Kepala Bidang Pengendalian dan Perizinan Film pada Pusat Pengembangan Perfilman Dian Sri Nursih, Jumat (7/12/2018).
Dari ke-50 film tersebut, ada 239 kru film Jepang yang sudah datang ke Indonesia. Jumlah ini paling banyak dibandingkan dengan negara lain yang juga membuat film di Indonesia.
Lokasi yang paling diminati untuk membuat film adalah Bali karena masih menjadi primadona wisatawan asing di Indonesia. Oleh karena itu, kru film yang datang ke Indonesia diperkenalkan pada daerah-daerah lain yang juga menarik, termasuk Palu, Sulawesi Tengah, yang saat ini dalam proses bangkit dari bencana alam gempa dan tsunami.
Palu menjadi daerah menarik terutama bagi Jepang karena ”Negeri Sakura” ini juga sering kali terkena bencana alam tsunami. Kedekatan ini yang membuat Dian yakin Jepang akan tertarik membuat film tentang Palu, terutama film dokumenter.
Saat ini, film yang banyak dibuat di Indonesia merupakan film dokumenter. Seperti saat ini, salah satu rumah produksi Jepang tengah membuat film dokumenter tentang orangutan di Kalimantan.
Dian mengharapkan kerja sama perfilman Jepang di Indonesia terus berlanjut dan jumlahnya meningkat. Pasalnya, film dapat menyambung hubungan diplomasi di antara kedua negara. Begitu pula dengan pengenalan budaya dan sosial negara masing-masing.
”Menyambut 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang sejak penandatanganan Perjanjian Damai Jepang-Indonesia pada 20 Januari 1958, kedua negara selalu memperkuat kerja sama. Tidak hanya secara ekonomi dan politik, tetapi juga secara sosial dan budaya”, tulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada sambutannya.
Pekan Sinema Jepang
Kerja sama kedua negara kembali dipererat dengan diadakannya Pekan Sinema Jepang 2018 pada Jumat-Minggu, 7-16 Desember 2018. Dalam 10 hari ini, akan dimainkan 36 film di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
Film dibagi dalam enam kategori, yaitu New J-Director (9 film), New J-Film (10), Samurai Historical (6), Kira-Kira Teen (4), Tokusatsu Spesial Effects (4), dan Documentary (3).
Pada pemutaran pertama, ditayangkan film One Cut of the Dead. Film ini menjadi salah satu film komedi yang populer di Jepang saat ini. Karya ini diproduksi untuk proyek sekolah penyutradaraan dan akting. Film dimulai dengan pengambilan gambar tanpa henti sepanjang 37 menit di lokasi pembuatan film zombi. Kemudian, nuansa berubah dan seketika film berubah dari horor menjadi komedi.
Salah satu film yang ditayangkan itu, ada yang berlokasi shooting di Indonesia, tepatnya di Aceh. Film berjudul The Man From The Sea ini bercerita tentang lelaki misterius yang muncul di Aceh 10 tahun setelah tsunami melanda. Ia ditemukan di salah satu pantai di Banda Aceh. Tim pembuatan film The Man From The Sea merupakan gabungan antara orang Jepang dan Indonesia, baik kru maupun aktor.
Pada Pekan Sinema Jepang kali ini, artis Velove Vexia dan Haruka Nakagawi dipilih menjadi ambasador kegiatan tahunan ini. Kedekatan mereka dengan Jepang dan Indonesia menjadi alasan utama mereka dipilih. Haruka merupakan penyanyi dari Jepang yang juga berkarya di Indonesia.
Sementara Velove adalah artis Indonesia yang baru saja menjadi pemain film Hujan di Bulan Juni yang lokasi pengambilannya di Jepang. Dalam film tersebut, ia menggunakan bahasa Jepang setelah kursus bahasa selama sebulan. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)