Kesimpulan dari ajang Qualcomm 4G/5G Summit di Hong Kong pada 21-24 Oktober 2018 adalah kepastian bahwa dunia akan berubah dengan teknologi 5G. Lompatan teknologi dari 4G ke 5G kian singkat, tak selama lompatan dari 2G ke 3G ataupun 3G ke 4G.
Kegiatan yang disponsori raksasa industri teknologi dari Amerika Serikat, Qualcomm Technologies, itu memberikan gambaran pemanfaatan teknologi generasi kelima atau 5G yang begitu luas. Internet of things (IoT), yakni ketika benda mati menjadi cerdas dan terhubung, akan menjadi kenyataan. Begitu juga kecerdasan buatan dan realitas virtual yang selama ini hanya dapat dibayangkan.
President Qualcomm Technologies Cristiano Amon menjelaskan, 5G mampu memberikan kecepatan transfer data yang sangat tinggi melebihi kecepatan transfer data 4G. Teknologi 5G mencapai kecepatan 10 gigabyte per detik dan memiliki latensi (tingkat keterlambatan pengantaran) yang rendah, kurang dari 5 milidetik.
Amon mengungkapkan, 5G akan mulai dikomersialkan pada 2019. Sebagai ancang-ancang, Qualcomm memperkenalkan produk-produk baru yang akan terpasang di dalam ponsel cerdas 5G dalam acara 4G/5G Summit 2018 di Hong Kong. Produk itu antara lain modem 5G dengan nama Qualcomm Snapdragon X50 dan modul antena Qualcomm QTM052 mmWave.
Amon dengan bangga memamerkan sebuah purwarupa ponsel cerdas 5G yang mirip dengan ponsel cerdas masa kini.
Senior Vice President Samsung Woojune Kim mengungkapkan, uji coba 5G telah berlangsung besar-besaran di seluruh dunia. Uji coba 5G sampai April 2018 telah dilakukan 326 kali di 62 negara oleh 134 operator.
Menurut Kim, 5G jauh lebih baik daripada 4G karena memiliki bandwidth dan konektivitas yang masif dan latensi yang minimal.
”Jika 2G adalah komunikasi manusia dengan manusia, 3G/4G komunikasi manusia dengan mesin, 5G adalah komunikasi mesin dengan mesin,” kata Kim.
Manfaat 5G
Berkat 5G, benda-benda dapat dikendalikan dari jarak jauh. Teknologi ini dapat diterapkan pada robot-robot di pabrik atau smart factory. Mulai dari perakitan sampai pengiriman produk dapat dikendalikan dari jarak jauh tanpa membutuhkan campur tangan manusia.
Teknologi 5G menghadirkan realitas virtual secara lebih nyata. Dengan perangkat realitas virtual 5G, orang dapat menonton pertandingan sepak bola di rumahnya sama seperti menonton langsung di stadion.
Senior Vice President and General Manager Automotive Qualcomm Patrick Little menjelaskan, 5G bermanfaat dalam bidang otomotif sebagai sistem navigasi dan keamanan kendaraan yang lebih cerdas dibandingkan saat ini.
Mobil akan mengirim sekaligus menerima sinyal dari mobil lain, dari pejalan kaki, atau dari infrastruktur jalan, seperti lampu pengatur lalu lintas. Sinyal akan memberikan peringatan kepada pengemudi untuk segera menginjak rem atau mobil dapat mengurangi kecepatan secara otomatis. Konsep smart street dan smart city semakin mendekati kenyataan.
Pada tahap selanjutnya, mobil-mobil tanpa pengemudi dapat berseliweran di jalan raya tanpa terjadi tabrakan. Hal ini membutuhkan latensi sangat rendah yang hanya dimungkinkan dengan teknologi 5G.
Indonesia menyambut 5G
Sejumlah operator telekomunikasi mendapat kesempatan untuk memaparkan persiapan mereka menyambut kehadiran 5G.
Operator NTT Docomo dari Jepang akan mulai meluncurkan 5G bersamaan dengan ajang olahraga piala dunia rugbi pada September 2019 dan World Rally Championship, Oktober 2019. Layanan 5G akan diluncurkan penuh pada ajang Olimpiade Tokyo, Juli 2020.
Namun, layanan 5G NTT Docomo pada 2020 belum mencakup seluruh wilayah. Setelah 2020, NTT Docomo akan memperluas area 5G sekaligus memperkenalkan teknologi 5G+ yang lebih maju.
Adapun operator Orange akan mulai menggunakan teknologi 5G pada 2019 ke kota-kota di Eropa. Orange akan melakukan komersialisasi 5G pada 2020 bersamaan dengan pelaksanaan Piala Eropa. Targetnya, pada 2021 dan 2022 pelayanan 5G sudah mencakup seluruh Eropa.
Ketika dunia sudah semakin siap menyambut 5G, bagaimana dengan Indonesia?
Shannedy Ong, Country Head Qualcomm Indonesia, dalam wawancara khusus bersama jurnalis dari Indonesia mengatakan, Indonesia selalu tertinggal dibandingkan dengan Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan. Hal yang paling fundamental dan paling penting di Indonesia yang harus dilakukan adalah alokasi spektrum 5G.
Shannedy Ong menuturkan, dengan adanya kejelasan di frekuensi itu, operator bisa mulai melakukan perencanaan. ”Sekarang, frekuensinya belum ditentukan. Jadi, mereka menunggu dulu. Jangan sampai mereka sudah melangkah, tiba-tiba frekuensinya diubah,” ujarnya.
Kedua, dari sisi infrastruktur. Kalau spektrum sudah ada, infrastruktur jaringan harus disiapkan.
Ketiga, ekosistem yang mendukung 5G. Shennedy Ong menambahkan, saat ini, sudah ada 21 original equipment manufacturer (OEM) yang sepakat bekerja sama dengan Qualcomm untuk mengembangkan 5G.
Menurut Shannedy Ong, misalnya tahun depan sudah tersedia alokasi spektrum, operator perlu waktu untuk membuat perencanaan, termasuk perencanaan investasi jaringan 5G. Tidak heran apabila nanti perangkat 5G akan lebih dulu hadir di Indonesia dibandingkan jaringannya.
”Mungkin fase pertama komersialisasi 5G terbatas di Jakarta atau di kota-kota besar. Estimasi saya, kalau dilihat dari perkembangan di Indonesia, mungkin tahun 2021 atau 2022 baru mulai komersialisasi,” ujarnya.
Apakah Indonesia akan berlari cepat menyongsong 5G?
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.