JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan jasa penyewaan modem dan asisten perjalanan digital, Yelooo Integra Datanet, resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia, Senin (29/10/2018). Harga per lembar saham yang ditawarkan senilai Rp 375. Pada pembukaan pasar pukul 09.00 WIB, harga saham melejit ke Rp 560 per lembar.
Yeloo Integra Datanet (YELO) menjadi emiten ke-46 pada tahun 2018. Perusahaan ini sekaligus perusahaan rintisan bidang teknologi binaan IDX Incubator pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia.
Sesuai laporan hasil penawaran umum perdana saham yang telah dilakukan pada tanggal 18 - 22 Oktober 2018, permitaan saham YELO mengalami over subscribed lebih dari 10.270 kali. YELO menunjuk PT Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek, sementara PT Jasa Utama Capital dan PT Erdikha Elit Sekuritas sebagai penjamin emisi efek.
YELO melepaskan 130 juta lembar saham baru ke pasar atau 34,21 persen dari modal yang ditempatkan. CEO YELO Hiro Whardana mengatakan, perolehan dana hasil melantai di bursa saham akan dipakai untuk membiayai riset dan pengembangan serta ekspansi ke Asia Tenggara. Besaran alokasi pembiayaan riset dan pengembangan yaitu 70 persen. Adapun porsi ekspansi sebesar 30 persen.
YELO berdiri pada 2016. YELO mengelola merek dagang Passpod yang melayani usaha jasa perjalanan, kecerdasan buatan dan analisa data berukuran besar kebutuhan wisata, serta penyewaan modem internet. Hingga April 2018, YELO mampu mengantongi laba bersih periode berjalan sebesar Rp 475 juta.
"Kami memang sedang mencari alternatif pendanaan dengan cara melania di bursa saham. Kami melengkapi segala persyaratan teknis dari bursa dengan kompetensi bisnis serta rencana inovasi," kata dia.
Direktur Operasional dan Keuangan YELO Wewy Suwanto menyebut, modem internet Passpod telah dapat digunakan di 70 negara. Konsumen berlatar belakang wisatawan Indonesia dan mancanegara.
Potensi pasar YELO adalah wisatawan yang bepergian ke luar negeri (outbound traveller). Dari Indonesia, potensi outbound traveller yang mungkin dapat digarap YELO sekitar 10,6 juta orang.
Salah satu investor strategis YELO adalah Digitaraya di bawah Kibar (perusahaan penyedia jasa inkubasi dan akselerasi perusahaan rintisan bidang teknologi). Chief Executive Kibar Yansen Kamto, memandang, perusahaan rintisan yang telah berstatus terbuka atau telah melantai di bursa saham akan selalu dituntut lebih terbuka dan transparan.
"Perusahaan rintisan mau tidak mau dituntut menjadi \'dewasa\' dalam mengelola dana. Rencana ekspansi harus jelas dan terarah. Mau bicara data pencapaian kinerja," tutur dia.