JAKARTA, KOMPAS — PT Toyota Astra Motor tidak bisa menahan terlalu lama lagi tekanan kondisi pasar terhadap harga produk mereka, khususnya kenaikan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS. Terhitung sejak Senin (1/10/2018) petang, manajemen PT TAM memutuskan menaikkan harga produk-produknya yang ada di pasaran.
”Kenaikan ini kami lakukan setelah melakukan evaluasi biaya dengan saksama. Pada saat yang sama, kami juga menginginkan agar harga ini merupakan harga terbaik bagi para pelanggan Toyota di Indonesia,” kata Franciscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT TAM, Senin malam.
Dari banyak produk Toyota yang ada di pasaran, untuk saat ini PT TAM memutuskan menaikkan kisaran harga empat produknya, yaitu Toyota Voxy, Toyota Rush, Toyota Calya, dan Toyota Agya. Kenaikan paling kecil dari keempat produk itu adalah Calya dan Agya, yang naik di kisaran Rp 1,6 juta. Adapun kenaikan tertinggi ada pada Toyota Voxy, yang naik sekitar Rp 4 juta dari harga sebelumnya.
Perubahan harga ini langsung bisa dilihat di laman resmi PT TAM (https://www.toyota.astra.co.id). Tertulis harga Toyota Voxy mulai Rp 458.250.000, kemudian Toyota Rush mulai Rp 242.150.000, Toyota Calya mulai Rp 134.350.000, dan Toyota Agya mulai Rp 135.150.000. Semua adalah harga on the road mobil pertama untuk wilayah DKI Jakarta.
Soerjopranoto menyatakan, manajemen PT TAM tidak serta-merta menaikkan harga jual produknya ketika fluktuasi rupiah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Banyak pertimbangan yang dihitung manajemen PT TAM sebelum akhirnya memutuskan menaikkan harga jual produknya di pasaran.
”Penyesuaian harga ini didasari pada penyesuaian faktor biaya atau cost akibat beberapa hal, mulai dari nilai tukar mata uang rupiah, biaya produksi, hingga masih banyak lagi,” katanya.
Lebih lanjut, Soerjopranoto mengatakan, di luar empat produk yang telah dinaikkan harganya, pihaknya belum memiliki rencana menaikkan harga produk lainnya. ”Yang ada, kami akan selalu mengevaluasi secara cermat perubahan-perubahan di industri otomotif Indonesia,” katanya.
Dibandingkan dengan beberapa produsen lain yang sejak pertengahan Juli ataupun Agustus sudah menaikkan harga jual kendaraannya, Toyota termasuk yang terakhir mengeluarkan keputusan. Mitsubishi, KIA dan Hyundai, misalnya, telah menaikkan harga jual produknya sejak Juli-Agustus lalu.
Menghitung dampak
Saat berbincang secara khusus dengan Kompas jelang Pelaksanaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS 2018), Soerjopranoto mengatakan, TAM memilih menunggu waktu yang tepat serta membaca situasi dan upaya pemulihan kondisi perekonomian dalam negeri sebelum mengeluarkan keputusan. Menurut Soerjopranoto, meski pelemahan terus terjadi, pihaknya memiliki banyak pertimbangan sebelum memutuskan menaikkan harga jual.
Sebagai pemimpin pasar otomotif di Indonesia, lanjut Soerjopranoto, TAM melakukan penghitungan teliti terhadap dampak yang terjadi jika menaikkan harga. Efek domino akan terjadi dan meluas kepada produsen lainnya.
”Kalau kami menaikkan harga, produsen lain akan mengikuti. Kondisi inilah yang tak kami inginkan, termasuk kemungkinan jika kenaikan harga berdampak pada total angka penjualan produk otomotif yang turun menjadi di bawah satu juta unit pada akhir tahun ini,” katanya.
Dampak lanjutan dari kebijakan itu, kata dia, bisa membuat sumbangan modal pembangunan dari industri akan menurun. TAM, imbuh Soerjopranoto, berusaha agar kondisi industri otomotif tetap stabil dengan setidaknya jumlah produksi yang tidak berubah jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu di atas angka 1 juta unit per tahun.
”Jika setidaknya produksi bisa dilaksanakan dengan kapasitas minimum saja, tidak akan ada penurunan produktivitas dan akhirnya berdampak pada sumber daya manusia pendukung produksi,” katanya (Kompas, 1 Agustus 2018).