Bersama Mercedes-Benz GLA 200 AMG Line Jelajahi Yogyakarta
Oleh
Ferganata Indra Riatmoko
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Produsen otomotif Mercedes-Benz genap dua dasawarsa menapakkan roda kendaraan model sport-utility vehicle mereka di Indonesia. Salah satu upaya pabrikan berlogo bintang tiga sudut itu dalam memperingati pencapaian tersebut adalah menggelar uji kendara salah satu produk SUV andalan mereka, yakni seri GLA 200 AMG Line.
Mobil itu memiliki arti penting bagi Mercedes-Benz karena menjadi pintu masuk bagi generasi milenial ke jajaran produk-produk sport-utility vehicle (SUV) mereka. ”Seri GLA merupakan produk entry level bagi SUV kita. Sejak mobil ini diperkenalkan pada 2015, konsumen Mercedes menjadi lebih muda,” kata Deputy Director Marketing Communication PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) Hari Arifianto, Rabu (19/8/2018).
Selama dua hari kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi ajang pembuktian kemampuan mobil yang diunggulkan untuk bertarung dengan mobil merek lainnya pada segmen crossover SUV itu. Tujuh mobil yang masing-masing odometernya belum mencapai angka 100 kilometer disiapkan bagi sejumlah jurnalis, termasuk Kompas, untuk melibas tanjakan curam serta jalan berlubang di Gunung Kidul serta menaklukkan kepadatan lalu lintas di pusat ”Kota Gudeg”.
Perjalanan diawali dari Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala di kompleks Pangkalan Udara Adisutjipto dengan tujuan pertama Pantai Ngrenehan di Gunung Kidul. Konvoi dilakukan dengan pengawalan dari kepolisian untuk membantu kelancaran perjalanan.
Penyesuaian selama beberapa menit saat awal mengendarai mobil ini perlu dilakukan bagi pengemudi yang belum pernah menyetir mobil Eropa keluaran terbaru. Hal itu karena tuas transmisi tidak lagi ditemui di tengah-tengah konsol antara kedua kursi baris depan, melainkan telah dipindah ke sisi kanan kolom batang setir.
Pada mobil keluaran Jepang, lokasi itu biasa digunakan untuk tuas kontrol lampu-lampu, termasuk lampu sein tanda berbelok. Maka, jika belum terbiasa, bisa-bisa tangan kanan pengemudi menggeser tuas transmisi saat maksud hati hendak menyalakan lampu tanda belok ketika melewati persimpangan jalan.
Tuas lampu tanda belok diletakkan di sisi kiri kolom setir dan berdekatan dengan sebuah tuas kecil untuk menyalakan fitur pedal gas otomatis (cruise control). Lagi-lagi, pengemudi harus membiasakan diri agar saat hendak menyalakan lampu tanda belok tidak keliru menggeser tuas cruise control tersebut.
Setelah beberapa menit berkendara, tuas-tuas itu terasa mudah digunakan karena tuas yang paling banyak digunakan hanyalah tuas untuk menyalakan lampu sein. Perjalanan pun terasa nyaman dengan alunan musik dari speaker yang mampu menghasilkan suara bass dengan bulat serta enak didengar di telinga.
Iring-iringan mobil berdesain dinamis yang masih tampak seperti baru saja keluar dari pabrik itu terlihat kontras saat melintasi pepohonan di Gunung Kidul yang sebagian besar meranggas karena kekeringan.
Tanjakan curam serta jalanan berkelok-kelok mampu dilewati dengan mudah oleh mobil berkapasitas mesin 1.595 cc itu. Transmisi otomatis tipe 7G-DCT tujuh percepatan juga mampu bekerja dengan baik menghantarkan tenaga dari mesin ke roda depan ketika sesekali mobil harus berhenti tepat di tengah-tengah tanjakan.
Saat perjalanan kembali ke Kota Yogyakarta, tenaga dari mobil tersebut terasa responsif. Setelan galak atau tidaknya mesin dapat diubah secara mudah dari tombol pilihan mode berkendara di dalam kabin.
Saat diubah ke mode Sport, mesin terasa lebih enteng untuk diajak berlari dan setir pun terasa lebih cepat untuk digunakan berbelok. Pada mode Comfort atau Eco, sensasi berkendara mobil tersebut terasa lebih kalem dibandingkan dengan mode Sport.
Nuansa layaknya sebuah mobil balap terpancar dari interior GLA 200 AMG Line yang didominasi warna gelap. Hal itu antara lain tampak dari penggunaan jok model bucket seat bagi kursi pengemudi dan penumpang depan.
Desain mobil crossover tampaknya harus mengorbankan aspek kelegaan di atas kepala penumpang baris depan. Hanya tersisa jarak kurang dari 7 sentimeter bagi pengemudi yang memiliki tinggi badan 170 sentimeter dalam posisi mengemudi normal.
Agar tetap terasa lega, Mercedes pun menyematkan atap panoramic hampir di sepanjang atap. Keberadaan atap tembus pandang yang juga dapat dibuka untuk memasukkan udara dari luar itu menambah kesan mewah mobil itu.
Aktris Tara Basro yang sempat turut mencoba menyetir dari museum menuju Pantai Ngrenehan mengaku mobil tersebut cocok untuk kesehariannya. ”Mobil ini nyaman banget untuk perjalanan jarak jauh, tetapi untuk di perkotaan ukurannya pas gitu buat aku,” ujar aktris berpostur tinggi 163 sentimeter yang turut membintangi film Pengabdi Setan itu.
Hingga September 2018, mobil seri GLA 200 AMG Line tersebut merupakan mobil Mercedes-Benz termurah di Indonesia dengan banderol harga Rp 745 juta (off the road). Meski berada pada lini harga terendah, mobil itu tetap dapat memancarkan pesonanya sebagai mobil premium berjiwa muda ketika disandingkan dengan saudara-saudara sepabriknya yang memiliki kelas lebih tinggi.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.