JAKARTA, KOMPAS — Daun koja yang biasa digunakan untuk campuran air pencuci tangan kini disulap menjadi bahan utama sambal. Koki Restoran Sailendra, Hotel JW Marriott, Jakarta Selatan, mengemas sambal koja menjadi pelengkap makanan yang gurih dan cocok untuk sejumlah kuliner Indonesia.
”Tim koki Restoran Sailendra yang berada di Hotel JW Marriott sejak bulan Ramadhan 2018 dicari oleh sejumlah pengunjung. Mereka menginginkan sambal yang rasanya gurih, segar, dan tidak terlalu pedas. Mereka mengatakan sambal ini berbeda dengan sambal yang ada di Indonesia. Sambal ini menggunakan bahan daun koja atau daun temuri dari Aceh. Daun tersebut biasa digunakan untuk campuran pembersih tangan seperti kemangi,” kata Adeza Hamzah, Direktur Marketing JW Marriott.
Pada Kamis (6/9/2018), Restoran Sailendra meluncurkan sambal koja dalam sebuah acara Sambal of Sailendra. Kepala Koki Restoran Sailendra Heri Purnama menceritakan, sambal koja ini dia buat untuk menambah cita rasa kuliner di Indonesia. Heri memilih daun koja untuk bahan utama sambal karena daun tersebut memiliki rasa gurih, aroma wangi, dan tekstur daun yang lembut.
”Awalnya saya iseng karena ibu saya dulunya masak kari dengan daun ini. Maka, saya terinspirasi dengan rasanya. Saya pernah memodifikasi sambal ini untuk piza, burger, dan masakan Eropa lainnya,” katanya.
Daun koja biasa digunakan untuk campuran air pencuci tangan di daerah Aceh. Ruas daunnya tidak lebar, cenderung kecil, dan berwarna hijau muda. Daun tersebut mirip dengan kemangi, tetapi wanginya berbeda. Wangi daun ini seperti aroma masakan kari. Karena itu, banyak orang yang menjuluki daun tersebut dengan nama daun kari.
Meski menggunakan daun koja sebagai bahan utama, Heri tetap menggunakan cabai rawit sebagai inti utama sambal. Dengan memadukan cabai, daun koja, terasi, minyak goreng, dan bawang putih, sambal ini sangat menggigit di lidah. Warna sambal yang dominan hijau ini dapat bertahan selama tiga bulan di dalam lemari es. Heri mengatakan, sambal ini menggunakan pengawet alami, yakni bawang putih dan minyak goreng.
Dalam kesempatan itu, Heri dan timnya mendemonstrasikan penggunaan sambal koja untuk memasak ayam bakar. Sambal ini tidak hanya untuk menggugah penyedap makanan saja, tetapi dapat menjadi bahan masakan. Selain ayam bakar, sambal koja bisa digunakan untuk memasak nasi goreng kambing.
Felix (25), salah satu tamu undangan dalam acara itu, mengatakan, sambal koja berbeda dengan sambal lain. Uniknya, sambal ini terasa pedas di mulut setelah beberapa saat makan. Namun, sebagai penggemar sambal, ia menyayangkan, sambal ini kurang pedas. Pada saat itu, ia sangat menyukai masakan nasi goreng kambing dan telur begana asal Tegal.
”Renyah, gurih, dan tidak terlalu pedas. Teksturnya sangat lembut di mulut, jadi mudah ditelan. Warnanya juga tidak begitu mencolok,” kata Felix.
Linda (28), tamu undangan lain, mengatakan, sambal koja ini bisa menjadi alternatif sambal dari Indonesia. Linda sangat mengapresiasi keberadaan sambal ini dan memberikan nilai 75. Ia berharap ada pengembangan bagi sambal koja.
Saat ini, Restoran Sailendra bekerja sama dengan Grabfood. Sambal ini akan dijual dengan harga Rp 50.000 per stoples kecil. Selain itu, Adeza menekankan bahwa nantinya sambal tersebut akan ada di supermarket di Jakarta. Adeza berharap kehadiran sambal ini dapat membuat warga tertarik.
Pada pertemuan itu, sambal koja dipadukan dengan nasi goreng kambing, telur begana, bubur pedas, sate ayam, ayam bakar, dan tempe teri kacang. Semua tamu undangan mencicipinya dan berulang kali memakannya bersama dengan nasi. (JOHANNES DE DEO CC)