Mazda Tetap Kembangkan Rotary dan Menuju Hibrida Penuh pada 2035
Oleh
Dahono Fitrianto
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Kabar gembira bagi pencinta Mazda datang di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show 2018. Pabrikan mobil yang bermarkas di Hiroshima, Jepang, itu menegaskan tidak akan meninggalkan mesin rotary dan tetap mengembangkan mobil berperforma tinggi. Pada saat bersamaan, perusahaan itu juga bertekad membuat seluruh lini produknya menggunakan teknologi hibrida pada 2035.
Hal tersebut disampaikan Susumu Iinai, General Manager ASEAN Business Office Mazda Motor Corporation, saat menjelaskan rencana korporasi ”Mazda Sustainable Zoom-zoom 2030” di sela-sela Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di kompleks ICE BSD City, Tangerang, Banten, Jumat (3/8/2018).
”Mesin rotary adalah spirit Mazda yang membuat kami legendaris, jadi sangat penting bagi kami. Jadi mesin tersebut masih dikembangkan sampai saat ini,” ujar Iinai saat menjawab pertanyaan Kompas.
Mazda dikenal luas sebagai satu-satunya pabrikan mobil yang memproduksi massal mesin rotary alias mesin Wankel. Mesin-mesin tersebut dipasang pada mobil-mobil sport performa tinggi, seperti Mazda RX-7 dan Mazda RX-8.
Akan tetapi, Mazda tak lagi memproduksi mobil bermesin rotary sejak Mazda RX-8 berhenti diproduksi pada Juni 2012. Sejak saat itu, pabrikan berlambang sayap mengepak ini lebih fokus pada pengembangan mesin-mesin konvensional berefisiensi tinggi, yang dikenal dengan keluarga mesin Skyactiv.
Walau demikian, Iinai menegaskan bahwa Mazda tidak pernah meninggalkan warisan mesin rotary-nya dan juga tetap akan membuat mobil berperforma tinggi di masa depan. ”Jadi, kami belum menyerah untuk membuat mobil high-performance. Saat ini masih dikembangkan. Tunggu saja kabar baiknya nanti,” tutur Iinai sambil tersenyum.
Hibrida total
Sementara itu, saat memaparkan rencana ”Mazda Sustainable Zoom-zoom 2030”, Iinai mengungkapkan bahwa pada 2035 Mazda berencana menghentikan (cut off) produksi mobil yang hanya memiliki mesin pembakaran internal konvensional. ”Mulai tahun 2035, kami akan mengombinasikan mesin pembakaran internal dengan teknologi mobil listrik (EV),” paparnya.
Artinya, Mazda akan mengikuti tren industri otomotif dunia saat ini untuk membuat mobil-mobil hibrida. Beberapa waktu lalu, bahkan produsen mobil supercar dan hypercar McLaren asal Inggris pun memutuskan pada 2025 seluruh mobil buatannya adalah mobil hibrida.
Mazda memang bisa dikatakan tak secepat pabrikan lain dalam mengejar teknologi hibrida ini. Selama ini, saat hampir semua pabrikan besar otomotif berlomba-lomba mengejar teknologi hibrida dan EV, Mazda justru seolah bergerak ke arah sebaliknya dengan terus mengeksplorasi mesin pembakaran internal guna meraih efisiensi konsumsi bahan bakar sekaligus menekan emisi karbon dioksida ke atmosfer.
Eksplorasi itu memang membuahkan hasil dengan munculnya mesin-mesin Skyactiv yang saat ini menjadi dapur pacu utama seluruh mobil Mazda di pasaran. Salah satu terobosan terbaru adalah teknologi Cylinder Deactivation pada mesin bensin 4 silinder Skyactiv-G 2.5 liter yang dipasang di Mazda 6 terbaru.
Generasi Mazda 6 yang dinamakan Mazda 6 Elite ini diluncurkan pada hari pertama GIIAS 2018, Kamis (2/8/2018). Tersedia pilihan model sedan dan estate (station wagon) untuk pasar Indonesia.
Cylinder Deactivation ini menonaktifkan dua silinder, yakni silinder 1 dan 4, saat mobil melaju dengan beban mesin minimal, misalnya saat berjalan dengan kecepatan tetap di jalan tol. Jadi, mesin hanya beroperasi dengan dua silinder di tengah, yakni silinder 2 dan 3.
Iinai mengatakan, saat fitur ini aktif pada kecepatan konstan 80 km per jam, konsumsi BBM mobil bisa mencapai 11 persen lebih hemat dibanding saat mesin beroperasi penuh. Padahal, dalam kondisi empat silinder beroperasi pun, mesin Skyactiv-G 2.5 liter ini diklaim Mazda masih lebih hemat BBM daripada mobil-mobil Eropa yang melakukan downsizing kapasitas mesin dengan menggunakan mesin-mesin 1.4 liter turbo atau 1.0 liter turbo.
Meski terus mengejar efisiensi dari mesin pembakaran internal ini, lanjut Iinai, pihaknya bukannya tidak mengembangkan teknologi hibrida. Saat ini saja, ujarnya, di Jepang telah dipasarkan Mazda 3 yang menggunakan teknologi hibrida hasil kerja sama dengan Toyota Motor Corporation.
Ke depan, Mazda tidak hanya mengembangkan teknologi hibrida, baik HEV (hybrid electric vehicle) maupun PHEV (plug-in hybrid electric vehicle), tetapi juga teknologi swakemudi yang disebut Mazda Co-Pilot. ”Konsep Mazda Co-Pilot ini akan diluncurkan sekitar tahun 2020,” ujar Iinai.
Bahkan pada GIIAS 2017, General Manager ASEAN Business Office Mazda Motor Corp waktu itu, Hiroshi Inoue, mengatakan, Mazda juga tengah meriset mesin rotary untuk menjadi penambah daya jelajah atau range extender bagi mobil-mobil listrik Mazda di masa depan. ”Mesin rotary itu akan menjadi generator pembangkit listrik untuk mengisi baterai dan menggerakkan motor listrik,” paparnya kala itu.