Gim Video Dapat Turunkan Berat Badan Anak, tetapi yang Ada Aktivitas Fisiknya
Oleh
Subur Tjahjono
·4 menit baca
Kecanduan gim video memang dapat menyebabkan penyakit jiwa, tetapi gim video juga dapat menurunkan berat badan anak. Sebuah penelitian baru di Amerika Serikat menunjukkan bahwa gim video, yang dikombinasikan dengan aktivitas kebugaran dan pelacak langkah, membantu anak-anak untuk menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah dan kolesterol, serta meningkatkan aktivitas fisik mereka.
Penelitian berjudul “Exergaming Berbasis Rumah di Antara Anak-Anak dengan Kelebihan Berat Badan dan Obesitas: Uji Klinis Acak” itu dimuat dalam jurnal Pediatric Obesity edisi 20 Juli 2018 yang juga dipublikasikan sciencedaily.com.
Penelitian dilakukan tim peneliti dari Pusat Penelitian Biomedis Pennington Baton Rouge, Louisiana, AS, seperti Amanda E Staiano, RA Beyl, W Guan, CA Hendrick, DS Hsia, dan RL Newton Jr.
Penelitian tersebut dilatarbekalangi oleh rendahnya tingkat aktivitas fisik anak dan tingginya prevalensi kegemukan atau obesitas pada anak, sehingga ada kebutuhan mendesak untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas fisik yang inovatif.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan exercise-gaming yang disingkat exergaming, yaitu gim video (video game) yang melibatkan aktivitas fisik untuk mengurangi kegemukan anak dan meningkatkan kesehatan jantung.
“Anak-anak yang kelebihan berat badan dan tidak aktif secara fisik dapat mengembangkan tanda-tanda awal penyakit jantung dan diabetes. Mereka juga mungkin menderita asma, ngorok, dan tantangan psikologis dan kesehatan lainnya,” kata Amanda Staiano.
Di Louisiana, satu dari setiap tiga anak (35,3 persen) berusia 10 - 17 tahun kelebihan berat badan atau mengalami obesitas, dan satu dari lima (21,1 persen) mengalami obesitas.
Data obesitas pada anak di Indonesia belum tersedia secara khusus. Data Survei Indikator Kesehatan Nasional 2016, misalnya, mensurvei obesitas kelompok umur 19 tahun ke atas. Data anak hanya tersedia untuk obesitas sentral atau kegemukan pada perut yang juga mensurvei kelompok umur 15 – 19 tahun. Prevalensi obesitas sentral pada usia 15 – 19 tahun di Indonesia adalah 8,8 persen, relatif lebih rendah jika dibandingkan di Louisiana.
Dalam penelitiannya, Staiano dan kawan-kawan mengamati 46 anak-anak dengan obesitas selama 24 minggu. Peserta penelitian dibagi dua, yaitu satu kelompok dengan intervensi exergaming dan kelompok lainnya untuk kontrol penelitian. Setengah dari peserta adalah perempuan, dan 57 persen adalah orang Afrika-Amerika. Kepatuhan dalam kelompok intervensi adalah 94,4 persen dengan peringkat penerimaan dan kenikmatan anak-anak tinggi.
Peserta dengan intervensi diberikan exergames dengan lama permainan satu jam per sesi sebanyak tiga kali seminggu dan ada sesi obrolan video dengan pelatih kebugaran. Peserta kontrol diberi exergames setelah kunjungan klinik terakhir. Hasil utama yang diukur adalah skor indeks massa tubuh (BMI). Hasil sekunder adalah massa lemak dan ukuran kesehatan metabolisme jantung.
Hasilnya, kelompok intervensi secara signifikan mengurangi skor BMI. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, ada perbaikan indikator kesehatan pada kelompok intervensi seperti tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, kolesterol total, kolesterol jahat (low-density lipoprotein-cholesterol), dan aktivitas fisik sedang hingga kuat .
“Kami tidak terkejut melihat bahwa anak-anak dalam kelompok kontrol tekanan darah dan kolesterolnya meningkat dan terjadi penurunan aktivitas fisik selama periode enam bulan,” tutur Staiano.
Dalam kesimpulan penelitiannya disebutkan bahwa exergaming di rumah menimbulkan kepatuhan yang tinggi dan meningkatkan skor BMI anak-anak, kesehatan kardiometabolik dan tingkat aktivitas fisik. Exergaming dengan dukungan sosial dapat dipromosikan sebagai opsi latihan untuk anak-anak.
“Anak-anak menghabiskan setengah jam mereka di depan layar. Saya mencari cara untuk menggunakan layar dalam telepon pintar, komputer, televisi, dan tablet untuk menggabungkan lebih banyak aktivitas fisik ke dalam kehidupan anak-anak,” kata Staiano.
Obesitas pada anak ini menjadi perhatian banyak peneliti di berbagai belahan dunia. Dalam penelitian sebelumnya, tim dari Universitas Messina, Italia, melaporkan hasil penelitian mereka berjudul “Apakah Riwayat Keluarga Obesitas, Kardiovaskular, dan Penyakit Metabolik Mempengaruhi Permulaan dan Tingkat Keparahan Obesitas Anak?” di jurnal Frontiers in Endrocrinology edisi 2 Mei 2018.
Kesimpulannya, sejarah keluarga dengan obesitas dan penyakit jantung merupakan faktor risiko penting untuk mulai terjadinya obesitas sebelum waktunya pada masa kanak-kanak dan terkait dengan tingkat keparahan obesitas.
“Penelitian kami menunjukkan adanya hubungan antara obesitas anak dan riwayat keluarga yang gemuk dan punya penyakit jantung dan metabolisme, termasuk darah tinggi, lemak darah tinggi, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung koroner,” kata Domenico Corica, peneliti Universitas Messina, seperti dikutip sciencedaily.com.