Sebuah Kekriyaan, Hasil "Craftmanship" Bernama Lexus...
Kekriyaan alias craftmanship adalah sesuatu yang mewujud dalam mobil Lexus. Kekriyaan bukan sekadar janji, tetapi itulah yang ditawarkan untuk dinikmati oleh pengguna mobil Lexus. Karena Lexus diinisiasi oleh manufaktur otomotif dari Jepang, maka tidak heran bila kekriyaan yang dihadirkan berakarkan dari tradisi Jepang.
Ambil contoh, salah satu pilihan bagi pembeli Lexus adalah interior dengan motif shimamoku. Motif shimamoku itu di antaranya dapat diterapkan pada kemudi mobil. Wujudnya adalah sebuah kemudi yang sebagian materialnya ditampilkan dengan material kayu yang menampilkan keindahan dari urat kayu itu sendiri.
Baik ketika dipandang maupun disentuh kemudian terasa sekali personalitas dari kemudi itu. Seolah-olah, kita memang sedang menggenggam sebuah karya seni.
Dan, tahukah Anda kalau dibutuhkan waktu selama 38 hari untuk membuat sebuah kemudi shimamoku. Selama 38 hari itu, kayu Agathis tidak sekadar dipotong atau dijemur, tetapi mengalami 67 perlakuan, termasuk di antaranya proses pewarnaan hingga kontras dan pemotongan hingga ibaratnya setipis kertas.
Meski kayu itu dipoles sehingga wujud permukaannya nyaris sama dengan baja, tetapi permukaan kayunya juga diproses sedemikian rupa sehingga tidak memantulkan cahaya apa pun yang dapat mengganggu konsentrasi pengemudi. Ringkas kata, Lexus sudah memikirkan tiap hal.
Membantu alam
Bulan Juni 2018, ketika menguji Lexus ES 300h di Nashville, Amerika, Kompas mendapatkan giliran untuk mengemudikan Lexus dengan setir bambu. Bambu? Tentu saja, mengapa tidak. Digunakannya material bambu adalah salah satu upaya Lexus untuk membantu alam.
Meski sama-sama material yang dapat diperbarui, bambu tumbuh 10 kali lebih cepat dari kayu, seperti walnut. Bambu yang dipotong dan dibentuk menjadi setir atau panel lainnya biasanya berusia 3-4 tahun, bandingkan dengan tanaman kayu keras yang dipotong setelah berumur 30-40 tahun.
Lexus pun memanen bambu dari hutan-hutan bambu di Pulau Shikoku, pulau terkecil dari empat pulau utama Jepang. Hutan bambu itu adalah hutan yang terus diperbarui. Artinya, setelah bambunya dipanen untuk komponen Lexus kemudian hutannya kembali ditanami bambu.
Setelah bambunya dipanen untuk komponen Lexus kemudian hutannya kembali ditanami bambu.
Bagaimana proses pembuatan setir bambu? Setelah batang bambu ditebang, kemudian batang itu dibelah dijadikan potongan-potongan bambu. Potongan bambu pun kemudian diletakkan ke dalam cetakan setir mobil. Tentu tidak sekaligus satu potong bambu untuk satu kemudi, tetapi beberapa potong bambu dibentuk menjadi satu kemudi.
Mesin kemudian bekerja untuk ”menyatukan” potongan-potongan bambu itu sekaligus mulai ”membentuk” setir mobil. Walau masih dalam wujud setir ”kasar”, tetapi setidaknya mulai terlihat wujud setirnya.
Setelah mesin selesai ”bekerja” kemudian ”seniman-seniman” Lexus yang menyempurnakannya. Setir maupun panel kayu lain diamplas dan dipelitur sendiri dengan tangan terampil para pekerja Lexus. Tidak lagi ada campur tangan mesin dalam proses finishing setir-setir itu.
Jadi, walau mesin manufaktur otomotif dapat mengerjakan banyak hal tetap ada hal-hal yang dikerjakan oleh tangan-tangan terampil di Lexus. Mesin-mesin itu pun bekerja sesuai program dari Takumi, perajin Lexus dengan pengalaman kerja minimal 25 tahun di industri otomotif.
Menjaga ”kesempurnaan”
Ketika menghadiri ”ES Global Lifestyle Press Launch 2018” di Hotel Kimpton Aertson, Nashville, Amerika, Rabu (6/6/2018), Lexus pun sempat memperlihatkan metode untuk menjaga ”kesempurnaan” tiap mobil Lexus yang diproduksinya.
Michael Bridge, Assistant General Manager Lexus Production North America, pun membawa beberapa potongan badan mobil dan peralatan untuk memperlihatkan keandalan dari pekerja Lexus. Sensitivitas dari para pekerja juga kerap dipertajam dengan perangkat-perangkat itu.
Menurut Michael Bridge, hanya dengan tangan yang dibalut sarung, pekerja Lexus dapat mengidentifikasi apakah panel pintu dalam kondisi sempurna atau tidak. Pekerja itu pun cukup merabanya.
Dan, hasil latihan, bahkan latihan selama hitungan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun memudahkan mereka untuk mengidentifikasi kekurangan dalam hasil produksi. Mereka, misalnya, dapat merasakan apakah ada lekukan pada panel pintu yang tidak pada posisi yang tepat.
Para perajin Lexus, yang meraih keahlian tertentu, yang biasanya disebut Takumi juga menjalani latihan insentif di Jepang antara 3-4 bulan. Sebagai bagian dari pelatihan, para Takumi harus dapat membuat origami dengan tangan nondominan mereka dengan waktu di bawah 90 detik!
Takumi harus dapat membuat origami dengan tangan nondominan mereka di bawah 90 detik!
Mike—panggilan dari Michael Bridge, juga membawa emblem logo Lexus ke ruang pertemuan Hotel Kimpton Aertson. Pekerja terampil dari Lexus ternyata dapat memasang emblem itu dengan tepat. Tanpa miring-miring meski tidak menggunakan alat bantu.
Tim Lexus juga memperlihatkan bagaimana tiap panel badan mobil didesain dan akhirnya diproduksi tanpa gap, jarak yang berarti. Tiap pekerja dan nantinya perajin akan memastikan bahwa jarak antarpanel itu dalam batas tolerensi maksimum yang digariskan oleh Lexus. Dan, pekerja manufaktur Lexus harus dapat mengidentifikasi bila ada jarak antarpanel melebihi ukuran 3 milimeter sekalipun.
”Panel gap yang minim di Lexus yang membuat mobil Lexus ini senyap,” ujar General Manager Lexus Indonesia Adrian Tirtadjaja. ”Ibaratnya, jarak antarpanel di Lexus sulit untuk dimasuki satu kartu kredit pun, tetapi di mobil mereka lain bisa sampai tujuh kartu kredit,” kata Adrian.
Panel gap yang minim di Lexus yang membuat mobil Lexus ini senyap.
Bagi warga urban, senyap itu begitu berharga. Di tengah kota yang hiruk pikuk, warga urban dapat beristirahat meski sedang berkendara membelah kota.
Tidak sekadar membantu beristirahat, kesenyapan menolong orang super sibuk untuk sesekali merenung atau berkontemplasi. ”(Dan), it is only in silence we can hear the voice inside of us which gives us true peace,” ujar penulis Amerika, James Rozoff.