Facebook Ajak Komunitas Saling Bertemu dan Interaksi
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk pertama kalinya di dunia, Facebook meluncurkan ruang komunalnya, Rabu (23/5/2018), di Gedung Pacific Place, Jakarta Selatan. Ruangan itu diisi dengan fasilitas Wi-Fi, proyektor untuk presentasi, telepon darat, cemilan, dan minuman.
Di sana, Facebook mengajak para komunitas untuk berkumpul, saling menukar ide, juga menciptakan konten yang kreatif, positif, dan relevan dengan isu-isu aktual.
Ruang Komunal Indonesia from Facebook itu disediakan dengan gratis dan terbuka untuk semua anggota yang menjadi bagian dari suatu komunitas, baik itu perkumpulan dari grup Facebook maupun dari luar grup Facebook. Berbeda konsep dengan co-working space yang bisa digunakan oleh seorang individu untuk bekerja, tempat itu khusus untuk perkumpulan dan aktivitas dalam grup.
Direktur Program Kebijakan Facebook Clair Deevy mengatakan, ruang komunal itu merupakan bagian dari visi dan misi Facebook untuk mengembangkan komunitas dan menghubungkan dunia agar semakin dekat secara online juga offline.
”Di Indonesia, rasa komunitasnya kuat dan nyata. Masyarakat ingin membuat dan membagikan konten. Di ruang komunal ini, kami berharap mereka bisa saling bertemu dan berinteraksi dengan nyaman untuk membuat konten atau ide yang positif,” tutur Clair saat acara pembukaan Ruang Komunal Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu.
Tidar Rachmadi, Co-Founder SabangMerauke, merasa senang dengan pembukaan ruang komunal itu karena ia beserta komunitasnya sering berkumpul dan kerja di area Sudirman Central Business District (SCBD).
”Pembukaan ruang komunal ini good news bagi kita. Tempatnya gratis dan bisa digunakan secara bebas. It helps us a lot,” ujarnya.
Sebelum menggunakan ruangan itu, pengguna harus reservasi melalui situs fb.me/ruangkomunalindonesia. Ketua Komunikasi Facebook Indonesia Putri Dewanti mengatakan, jam buka ruangan itu belum diputuskan secara resmi. Untuk sementara, jam bukanya mengikuti jam buka Gedung Pacific Place, yaitu pukul 10.00 hingga pukul 18.00. Ruangan itu bisa digunakan untuk rapat, lokakarya, atau acara lainnya.
Membangun komunitas
Facebook percaya bahwa dengan mengembangkan komunitas, dunia bisa menjadi saling lebih dekat. Ke depan, kata Clair, Facebook juga akan menggelar berbagai macam pelatihan terkait manajemen organisasi di dalam ruangan itu.
Tidar akui, pengelolaan anggota komunitas memang suatu tantangan.
”Komunitas kami adalah volunteer based organization. Ada total 3.500 sukarelawan. Tidak ada yang dibayar dan 90 persen dari mereka kerja full time di perusahaan lain. Jadi, waktu meeting-nya sangat susah,” tutur Tidar.
SabangMerauke, komunitas yang didirikan Tidar pada 2011, bertujuan untuk menyebarkan rasa toleransi kepada anak-anak muda melalui program pertukaran atau exchange program. Mereka mengundang anak-anak dari daerah untuk tinggal di Jakarta selama beberapa minggu bersama keluarga yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dari mereka. Diharapkan, interaksi dengan keluarga itu bisa menumbuhkan rasa toleransi dan kebiasaan anak-anak untuk tidak menghindari interaksi dengan orang lain yang dianggap berbeda dengannya.
Menurut Tidar, memulai sebuah komunitas itu memerlukan tujuan yang bersifat urgen. Untuk itu, ia percaya bahwa cerita nyata yang kuat mampu meningkatkan urgensi itu dan mengundang orang lain untuk membantu. Oleh karena itu, di halaman Facebook-nya, ia sering mengunggah cerita tentang toleransi dan pengalaman anak-anak yang mengikuti program pertukarannya.