Leonika Sari Ajak Generasi Milenial Aktif Donorkan Darah
Setelah sukses menyumbangkan 7.230 kantong darah kepada Palang Merah Indonesia di Surabaya pada 2016, Reblood melebarkan sayap ke Jakarta. Usaha rintisan atau startup yang menghubungkan pendonor dengan PMI itu menargetkan untuk menggaet 10.000 donor baru sepanjang 2018.
Nama Leonika Sari Njoto Boedioetomo (24) dengan aplikasi Reblood buatan timnya menggema sejak 2015. Lulusan Jurusan Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu membangun usaha rintisan berbasis gerakan sosial agar kaum milenial aktif mendonorkan darah.
Reblood adalah usaha rintisan dengan aplikasi dalam jaringan (daring) yang menghubungkan pengguna dengan PMI. Pengguna dapat melihat seluruh jadwal kegiatan PMI, kemudian mendaftarkan diri secara daring. Selain itu, Reblood juga menyediakan fitur pengingat serta syarat-syarat donor darah.
Pentingnya pengetahuan ihwal syarat donor darah dirasakan sendiri oleh Leo. Ia berpengalaman berkali-kali ditolak karena ada syarat berat badan minimal 45 kilogram dan tingka hemoglobin tertentu.
Reblood juga menyelenggarakan donor rutin bertajuk ”Reblood Now”. Kegiatan donor darah yang lekat dengan imaji seram dan konservatif pun diubah oleh Leo dan kawan-kawan menjadi aktivitas yang khas anak muda. Seperti menggunakan tema-tema kekinian, dilaksanakan di ruang kerja berbagi atau co-working space, dan merancang titik-titik swafoto seusai donor darah.
Perempuan yang akrab disapa Leo itu, di Jakarta, Minggu (25/2), mengatakan, selama bergerak di Surabaya, Reblood berhasil mengumpulkan donor sebanyak 7.230 orang. Gerakan itu juga mengantarkannya menjadi salah satu dari 30 pemuda berprestasi di bawah 30 tahun versi majalah Forbes tahun 2016.
Keberhasilan itu tak membuat dia puas. Menurut Leo, capaian itu hanya tinggi secara kuantitas. Sebaran kalangan donor memang didominasi warga berusia di bawah 35 tahun. Namun, mereka merupakan kelompok yang sudah berkali-kali mendonorkan darahnya. Apalagi, berdasarkan survei Reblood pada 2016, kesadaran generasi milenial untuk mendonorkan darah masih rendah.
”Masih banyak orang yang tidak mengetahui golongan darahnya, apalagi memiliki keinginan untuk mendonorkan darah,” ujarnya di sela-sela kegiatan #RebloodNow Eps 10 di Menara By KIBAR co-working space.
Oleh karena itu, sejak melebarkan sayap ke Jakarta pada semester kedua 2017, Reblood lebih gencar menyasar kalangan milenial. Dari tiga kegiatan yang telah digelar, seluruh temanya menyesuaikan dengan tren. Misalnya, tema kemerdekaan pada Agustus dan mengadakan donor plus nonton bareng film Star Wars pada Desember lalu.
”Saat ini, tema yang kami buat adalah ’Better Lat(t)e than Never’,” ujar Leo. Ia menambahkan, kali ini Reblood bekerja sama dengan Perguruan Kopi, ABCD School of Coffee untuk memberikan hadiah segelas kopi kepada para donor.
Menurut Leo, berdasarkan data PMI DKI Jakarta, jumlah donor di Ibu Kota menurun sejak 2012 hingga 2017. Pada 2012, jumlah penerima penghargaan karena sudah mendonorkan darah sebanyak 100 kali mencapai 300 orang. Namun, mulai 2013 hingga 2017, jumlahnya hanya berkisar 100 orang. ”Donor yang usianya di bawah 35 tahun juga tidak lebih dari 50 persen,” ucapnya.
Stok darah di PMI pada 2017 pun baru mencapai 4 juta kantong. Padahal, kebutuhan darah per tahun adalah 5,1 juta kantong.
”Kondisi itu semakin memprihatinkan menjelang bulan puasa. Biasanya stok darah hanya tersisa 30 persen karena jumlah donor berkurang karena sedang berpuasa,” ujar Leo.
Membangun komunitas
Upaya merombak nilai donor darah yang konservatif juga dilakukan dengan berkegiatan bersama komunitas, baik sesama pegiat usaha rintisan maupun PMI.
”Kami sedang bereksperimen untuk membuat cendera mata resmi PMI,” kata Leo sambil menunjukkan tiga desain kaus. ”Desain dan kutipan kalimat di kaus ini dibuat oleh desainer dan copywriter komunitas,” lanjutnya.
Menurut dia, selain memberikan nilai-nilai anak muda, penjualan kaus juga ditujukan sebagai sumber pendanaan baru PMI. Selama ini, PMI mengandalkan sumbangan masyarakat melalui penjualan kupon di ruang publik.
Selain itu, Reblood juga berencana mengadakan kegiatan donor secara berpindah. Dari satu co-working space ke co-working space lainnya.
”Kelebihannya mengadakan di co-working space itu kami bisa meluaskan komunitas karena setiap co-working space biasanya membentuk komunitasnya sendiri,” tutur Leo.
Saat ini, jangkauan donor darah di Jakarta memang masih berada di lingkup Menara By KIBAR. Salah satunya Putri Izzati (31), pegiat usaha rintisan ROMBAK Media itu sudah dua kali menyumbangkan darahnya melalui kegiatan Reblood. Menurut dia, kegiatan yang dilakukan Reblood memudahkan kalangan milenial untuk mendonorkan darah.
Putri sudah berkali-kali gagal mendonorkan darah karena kondisi tubuhnya yang kurang fit. Sejak lama ia ingin mendonorkan darah lantaran terinspirasi sang ayah. Ayah Putri merupakan salah satu penerima penghargaan PMI. ”Kegiatan Reblood membuat cita-cita yang belum sampai jadi terwujud,” ujarnya.
Begitu pula dengan Maria Isabella (23), pegiat usaha rintisan Copa de Flores. Hari ini merupakan pertama ia berhasil mendonorkan darah karena sebelumnya selalu gagal akibat tekanan darahnya yang rendah. Bella tidak sendiri, ia pun mengajak dua teman yang juga baru pertama kali mendonorkan darah.
Melalui pola penyebaran informasi lewat media sosial serta jejaring komunitas, Leo percaya diri bahwa misinya untuk menggaet 10.000 donor baru dari kalangan milenial Jakarta selama 2018 bisa tercapai. Dengan harapan itu pula, Leo masih bertekad kuat untuk melengkapi kekurangan darah di Indonesia. (DD01)