Konferensi pers seusai acara Presentation & Networking Day yang diselenggarakan oleh MudaBergerak Campaign, di Jakarta, Rabu (20/12). Tampak (dari kiri) Partnership Manager Gerakan Mendongeng Indonesia Fathur Rahman Utomo, Founder For Children Foundation Acep Saepudin, Founder Klinik Jalanan Haerdy Pratama Wijaya, Founder Code for Indonesia Prasetyo Andy Wicaksono, CEO Creativepreneur Event Creator dan inisiator MudaBergerak Campaign Putri Indahsari Tanjung, Front-End Garda Pangan Mochammad Irfan Kurnia, serta Founder Indonesia Berbicara Kevin Tan.
Haerdy Pratama Wijaya (24), pendiri Klinik Jalanan, memandang puluhan pasang mata yang menatap ke arahnya. ”Jangan tertawa, ini masalah serius,” ujarnya tegas.
Pemuda kelahiran tahun 1993 itu menjelaskan, selama dua tahun terakhir, ia bersama rekan-rekannya di Klinik Jalanan berusaha membantu mengurangi jumlah anak jalanan yang ”mengelem” di Samarinda, Kalimantan Timur.
Adapun data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2015 menyebutkan, Kalimantan Timur adalah daerah pengguna narkoba tertinggi ketiga setelah Jakarta dan Batam, dengan tingkat prevalensi mencapai 3,07 persen. Hal ini berarti, 59.195 jiwa pernah atau sementara menggunakan narkoba.
”Dari 86 anak jalanan yang kami tangani, 90 persen pernah mengelem,” kata Haerdy. Ia sedang mempresentasikan program dari komunitas sosialnya dalam acara Presentation & Networking Day yang diselenggarakan oleh MudaBergerak Campaign, di Jakarta, Rabu (20/12).
Melakukan inhalen atau mengelem adalah kegiatan menghirup uap dari zat pelarut, lem, atau lainnya yang membuat pelaku berhalusinasi. Kegiatan tersebut dapat membuat sel otak orang yang melakukannya rusak, bahkan meninggal karena mengandung lysergic acid diethylamide (LSD).
elsa.emiria
-
Peduli dengan nasib anak-anak jalanan yang banyak melakukan inhalen, Haerdy melalui Klinik Jalanan berusaha memberikan pendidikan, pengobatan, dan rehabilitasi terhadap anak-anak jalanan. Hasilnya, dari 86 anak, 10 persen telah direhabilitasi, 70 persen telah membaca dengan lancar, dan 15 persen telah menjadi sociopreneur dengan usaha sablon.
”Mereka sudah kehilangan masa lalu dan sekarang. Namun, jangan sampai mereka kehilangan masa depan,” ujarnya.
Haerdy adalah perwakilan dari salah satu komunitas yang terpilih dalam MudaBergerak Campaign. Komunitas lainnya adalah For Children Foundation yang diwakili oleh Acep Saepudin, Garda Pangan oleh Reinaldy Subiakto, Gerakan Mendongeng Indonesia oleh Fathur Rahman Utomo, dan Indonesia Berbicara oleh Kevin Tan.
MudaBergerak Campaign adalah kampanye yang diinisiasi oleh Putri Indahsari Tanjung, CEO Creativepreneur Event Creator. Kampanye itu berkolaborasi dengan Code for Indonesia and Kreavi.
”Sebagai anak Indonesia, saya memiliki tanggung jawab mengajak orang lain bergerak untuk bangsa. Semoga kampanye ini menginspirasi dan berkontribusi untuk kemajuan bangsa,” kata Putri.
elsa.emiria
-
Lebih dari 6.700 komunitas sosial terdaftar secara daring saat ini, Namun, semuanya menghadapi masalah yang sama, yaitu dalam meningkatkan kredibilitas, menjaga eksistensi, dan meningkatkan dampak sosial.
MudaBergerak Campaign diadakan untuk membantu komunitas-komunitas memecahkan masalah tersebut. Sejak diselenggarakan pada 20 Oktober 2017, 284 komunitas sosial dari 78 kota mendaftar. Kemudian, dipilih lima komunitas sosial yang bergerak di berbagai macam isu, yaitu kesehatan anak jalanan, perundungan, kelaparan, pendidikan karakter, dan politik.
”Komunitas terpilih akan dimentoring oleh developer designer untuk memperkuat strategi digital sehingga dampak kegiatan lebih besar,” kata Putri.
Prasetyo Andy Wicaksono, Founder Code for Indonesia, menambahkan, komunitas diajarkan berbagai hal, seperti desain digital, branding, pengukuran dampak, dan pemasaran digital. Ia melihat, komunitas pada dasarnya paham pentingnya untuk terjun ke dunia digital. Akan tetapi, mereka belum paham penggunaannya dengan tepat.
Mochammad Irfan Kurnia (21), Front-End dari komunitas Garda Pangan, baru-baru ini menggalakkan kampanye berjudul #UdahAbisBelom melalui media sosial, seperti Instagram, untuk mendorong pengurangan makanan sisa.
Pemuda yang akrab disapa Irfan ini menjelaskan, sejak mereka menerapkan strategi digital melalui kampanye tersebut, jumlah pengunjung akun Instagram Garda Pangan naik. Dari 326 kunjungan dalam satu minggu, naik menjadi 890 kunjungan dalam waktu yang sama.
Hal tersebut ia sambut secara positif karena membantu meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang-buang makanan. Apalagi, Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara yang membuang makanan yang masih layak konsumsi, setelah Arab Saudi.
Garda Pangan adalah komunitas yang berasal dari Surabaya. Komunitas ini bertujuan sebagai pusat koordinasi makanan berlebih dan berpotensi terbuang untuk mengurangi kelaparan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya menyebutkan, saat ini 1:20 orang Surabaya hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk membantu mengatasi masalah kelaparan, Garda Pangan telah bekerja sama dengan tiga restoran, satu toko roti, dan lima tempat usaha katering.
Makanan dikumpulkan, disortir, dan kemudian didistribusikan. Makanan yang sudah tidak layak akan dialihkan sebagai pakan ternak. Jumlah makanan yang telah dibuat sejak April 2017 adalah 3.429 porsi dengan berat 857 kilogram dan telah didistribusikan ke 3.103 orang.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengapresiasi gerakan sosial yang telah dilakukan anak muda bagi lingkungan sekitarnya.
”Pada 2030, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan bagus. Masa depan negara ini tergantung dari generasi milenial sekarang,” ujarnya. Kendati demikian, Rudiantara mengingatkan komunitas untuk mulai memikirkan agar program tersebut berkelanjutan. Komunitas perlu memikirkan bagaimana menghasilkan nilai ekonomis yang berdampak sosial.
elsa.emiria
-
Digital, tutur Rudiantara, dapat menjadi jembatan. Pemerintah berusaha membantu dalam penyediaan sarana teknologi informasi dan komunikasi. Pada 2019, 514 kabupaten dan kotamadya akan didukung oleh internet berkecepatan tinggi sehingga dapat membantu gerakan komunitas sosial.
Anak muda yang bergabung dalam komunitas sosial ingin memberi dampak lebih kepada masyarakat dengan terjun ke dalam dunia digital. Digital diharapkan dapat menebarkan semangat muda mereka ke ranah lokal menuju nasional. (DD13)