Upacara Tradisi “Siraman Sedudo” Syaratkan Penari Gadis
Oleh
dody wisnu pribadi
·2 menit baca
NGANJUK, KOMPAS - Acara tradisi mandi di bawah air terjun Sedudo, di Desa Ngliman, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur hari Kamis (5/10) memiliki kebiasaan unik. Yakni mensyaratkan peserta acaranya, masih gadis, selain syarat lain, yakni memiliki rambut panjang.
Ratri Mulyandari (45), koreografer tari pada acara tarian adat itu yang dilakukan 10 penari perempuan panjang dan lima penari laki-laki, mengatakan, informasi tentang syarat ini tidak ditemukan sumber alasannya jika dilacak. Namun itu sudah dipahami oleh masyarakat.
“Dan untuk mendapatkan penari yang gadis, dalam artian tidak atau belum menikah tentu tidak terlalu sulit, karena cukup dicari yang usianya masih remaja dan belum memiliki status menikah. Selama ini kami merekrut dari sekolah-sekolah setingkat SMA di Nganjuk,” katanya.
Tradisi Siraman Sedudo merupakan tradisi yang sudah sulit dilacak kapan dimulai. Ratri mengakui sudah selama sepuluh tahun terakhir, dirinya sebagai sarjana seni dan pengajar di SMA Negeri 2 Nganjuk, mendapat kesempatan sebagai penata tari.
“Saya wawancara dengan aneka pihak, masyarakat lokal, dan membuat adaptasi-adaptasi berusaha menyasati aneka problem. Misalnya, lokasi yang sulit karena harus menaiki dan menuruni lereng gunung menuju air terjun. Dulu penggunaan instrumen gamelan sempat dihilangkan, karena beban berat mengangkat gamelan ke lokasi yang harus dipikul orang. Namun kini bisa saya kembalikan lagi menggunakan gamelan karena sarana angkutan sudah lebih baik. Gamelan bisa dipikul pada jarak pendek,” katanya.
Status gadis atau perawan termasuk yang tidak pernah diubah dalam proses tari. Menurutnya, tradisi siraman Sedudo, merupakan bentuk kearifan lokal yang melindungi Sedudo sebagai mata air yang harus dijaga dan dirawat. Sedudo merupakan mata air yang menurut aneka pihak yang ditemui Ratri dalam observasinya, mengalir ke arah wilayah utara Kabupaten Nganjuk yang lebih kering. Sementara wilayah selatan dan timur Kabupaten Nganjuk sudah terairi oleh limpasan Sungai Brantas.
Wakil Bupati Nganjuk Abdul Wachid Badrus dalam sambutannya pada acara siraman hari Kamis (5/10) menegaskan, pentingnya adat ini dipelihara, sebagai ikatan sosial bagi warga Nganjuk, juga karena manfaatnya sebagai peristiwa pariwisata. Ribuan pengunjung, khususnya wisatawan domestik berdatangan, antara lain karena keyakinan bahwa mandi di bawah air terjun bisa membuat awet muda. (ODY)