Pertanyaan-pertanyaan itu wajar, sebab dalam foto tersebut Bulan tampak sangat besar, jauh lebih besar daripada orang-orang yang ikut terfoto di situ. Pemandangan itu tidak wajar, sebab dalam kenyataan sehari- hari Bulan tidaklah sebesar itu bukan?
Namun, benarkah foto dari kantor berita Reuters karya Costas Baltas itu rekayasa?
Dramatisasi
Dunia foto jurnalistik mengenal dramatisasi pada sebuah foto. Yang dimaksud dengan dramatisasi di sini adalah membuat realitas yang terpotret menjadi ”lebih” dalam beberapa hal sehingga terasa tidak biasa. Dunia jurnalistik memang dunia informasi yang nyata dan sebaiknya tidak bias. Namun, dramatisasi fotografi itu setara dengan dramatisasi dalam penyusunan kalimat, tanpa mengubah realitasnya.
Foto headlineKompas bergambar Bulan itu terasa tidak wajar. Namun, kalau Anda melihat gambar ilustrasi yang juga menyertai tulisan ini, Anda merasa itu wajar bukan? Ukuran Bulan wajar terhadap komposisi total foto, sementara orang-orang di sebuah kuil di kejauhan yang tampak kecil-kecil juga tampak wajar.
Adegan dalam gambar ilustrasi itu, seandainya dipotret memakai lensa tele di bagian sekitar Bulan, akan menghasilkan foto seperti headlineKompas itu. Jadi, itu bukan foto rekayasa melainkan foto yang didramatisasi memakai lensa tele. Dan, hal ini adalah hal wajar yang sering dilakukan dalam dunia jurnalistik.
Untuk menghasilkan foto Bulan yang besar, diperlukan tele yang panjang. Perhatikan tiga foto dengan berbagai panjang tele yang menghasilkan aneka ukuran Bulan berbanding luas bidang fotonya. Jadi, Bulan dibuat besar dengan tele, lalu latar depan manusia dibuat jauh agar manusianya tampak kecil.
Pemakaian lensa tele lain dalam mendramatisasi foto adalah pada pemotretan lautan manusia. Foto acara palebon (pembakaran jenazah kaum bangsawan di Bali) yang menyertai tulisan ini menjadi kolosal karena orang-orang di area A dan di area B tampak sama besar walau keduanya terpisah jarak sekitar 30 meter. Kalau orang di area A dan B berbeda ukuran, suasana kolosal akan kurang terasa.
Orang di area A dan area B tampak sama besar sebab pemotretan dilakukan dengan lensa tele alias dari jauh sehingga jarak kamera ke A dan jarak kamera ke B relatif sama. Kalau saja pemotretan dilakukan dengan lensa normal dari jarak dekat, orang-orang di B akan tampak besar, sementara orang-orang di A akan tampak lebih kecil. Suasana kolosal kurang terasa, alias fotonya kurang dramatis.