”Sudut Agak Tinggi” dalam Jurnalistik
Dalam fotografi, high angle atau sudut pemotretan tinggi sungguh berguna untuk menjelaskan ukuran dan suasana total, misalnya untuk memotret kemacetan jalan tol. Sudut pemotretan tinggi biasa diperoleh dengan drone atau memotret dari bangunan tinggi.
Namun, pemotretan memakai tangga bisa disebut dengan julukan pemotretan ”sudut agak tinggi” karena kenyataannya tak terlalu tinggi, kadang dilakukan untuk efek tertentu. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah untuk memotret defile atau arak-arakan manusia dalam jumlah terbatas dan dalam jarak tak terlalu jauh seperti dalam sebuah upacara.
Kalau seorang fotografer tidak memakai tangga, pada sebuah defile yang akan terpotret hanya orang-orang yang berada di tepi defile. Orang di belakangnya semua tertutup.
Pada peliputan peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, pada 24 April 2005, sangat jelas telihat bahwa pemotretan memakai tangga membuat orang- orang sampai beberapa baris di belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa ikut terpotret dengan wajah yang jelas.
Walau begitu, tangga memang diperlukan untuk mengatasi posisi. Fotografer yang berada di baris belakang pemotretan tentu membutuhkan tangga setinggi apa pun postur badannya. Dan last but not least, tangga adalah kursi yang bisa dipakai beristirahat saat menunggu acara pemotretan.