Sampah yang identik dengan kotor dan bau disulap menjadi sesuatu yang mewah saat dihadirkan dalam titian peraga (catwalk) peragaan busana. Siapa sangka, dalam pergelaran Green and Recycle Fashion Week 2017 yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, busana dari sampah tersebut bisa tampil glamor dan elegan.
Gesibu Taman Blambangan Banyuwangi, Sabtu (25/3) gegap gempita. Ratusan penonton berdesakan tak sabar menonton panggung titian peraga di area itu. Satu per satu para peragawati pun keluar dari panggung. Dengan percaya diri mereka melangkah memamerkan busana yang mereka pakai. Gaya busana mereka beraneka ragam, ada yang anggun ada juga yang heboh seperti gaya Lady Gaga lengkap dengan sepatu tumit tingginya.
Evarif\'aatul Hima (23) salah satunya. Malam itu, perempuan berhijab itu tampil mengenakan gaun malam nuansa ungu dengan aksen bunga-bunga. Seluruh gaunnya terbuat dari tas plastik, koran, tutup botol minuman, tutup botol obat, bungkus deterjen, dan pecahan kaca. Dengan bangga Eva pun berlenggang di titian peraga.
Saat ditemui seusai acara peragaan adibusana, Eva bercerita tentang usahanya membuat gaun malam itu. Menurut Eva, semua bahan gaun adalah barang bekas, tidak ada yang beli baru. ”Tutup botol ini saya kumpulkan dari tempat PS-an (tempat bermain Playstasion) dan warnet. Kalau tutup obat saya minta di klinik dekat rumah. Korannya saya dapat dari koran bekas di rumah,” kata Eva.
Eva mengaku hanya menghabiskan biaya sebesar Rp 150.000 untuk menghasilkan gaun malam miliknya. Biaya tersebut hanya digunakan untuk membeli furing (bahan untuk alas dalam baju).
Eva membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk mengumpulkan bahan, mendesain, dan membuat gaun malam tersebut. Dalam pembuatan gaunnya, ia meminta bantuan rekannya, Laili, seorang guru taman kanak-kanak yang ia nilai cukup kreatif.
Sebelum tampil berlenggak-lenggok di atas titian peraga (tiraga), gaun malam yang akan dibawakan para peragawati sudah lebih dahulu mendapat penilaian dari dewan juri. Gaun malam Eva mendapat pujian karena menampilkan kesan elegan.
Ketua Dewan Juri Green and Recycle Fasion Week 2017 Nanang Inoransyah mengapresiasi kesungguhan para penampil pergelaran itu. Ia mengaku, peserta tahun ini benar-benar menggunakan barang bekas, sedangkan tahun lalu masih ditemukan sejumlah peserta yang membeli bahan baru untuk dijadikan busana.
”Penilaian kali ini dititikberatkan pada penggunaan bahan bekas dan daur ulang yang digunakan oleh peserta. Gaun malam yang dibawakan peserta harus dihasilkan dari 40 persen bahan kertas, 40 persen bahan plastik, dan 20 persen bahan penunjang lainnya,” ujarnya. Kriteria penilaian lain terdiri dari keindahan motif, keaslian ide, ketepatan dalam memadupadankan bahan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi Husnul Chotimah mengatakan gelaran ini bukanlah sekadar pergelaran mode semata. Menurut dia, ini merupakan cara untuk mengedukasi pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Banyuwangi, lanjut Husnul, masih terus berupaya mengurangi jumlah sampah yang dikelola masyarakat. Saat ini setiap orang di Banyuwangi menghasilkan sampah 2,7 kilogram per rumah tangga atau sekitar 400.000 ton sampah per tahun. Pengolahan sampah menjadi salah satu cara untuk mengurangi jumlah sampah tersebut.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.