Ganjar Pranowo bukanlah pemimpin yang muncul dari jalur instan. Profilnya sebagai pemimpin yang mumpuni adalah buah dari perjalanan panjang yang penuh tempaan. Pengalaman dua periode sebagai anggota DPR RI dan dua periode sebagai Gubernur Jawa Tengah yang diembannya sejak 2013 semakin memunculkan kompetensi kepemimpinannya. Jejak langkah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDI-P selama lebih dari tiga dasawarsa di dunia politik dapat memberikan petunjuk mengapa ia dapat meraih posisi ini.
Masa kecil hingga menjelang dewasa bisa disebut masa belajar memenangkan tantangan hidup bagi tokoh kelahiran Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng, ini. Pria kelahiran 28 Oktober 1968 ini adalah anak kelima dari enam bersaudara. Mengutip dari buku Anak Negeri: Kisah Masa Kecil Ganjar (2018), nama aslinya adalah Ganjar Sungkowo yang memiliki makna ganjaran dari kesusahan.
Ketika memasuki masa sekolah nama Sungkowo diganti dengan Pranowo karena rasa ketakutan orangtuanya jika sang anak kelak ”selalu berkubang kesialan dan kesusahan” apabila memakai nama tersebut.
Penghidupan keluarganya ditopang dari profesi ayahnya yang bernama S. Parmudji sebagai polisi berpangkat rendah. Ibunya, Sri Suparni, juga berusaha menambah pemasukan keluarga dengan berjualan bensin. Ganjar dan saudara-saudaranya menjadi terbiasa ikut membantu kedua orangtua dan harus menyiasati hidup karena keterbatasannya.
Namun, keterbatasan ekonomi tak membuat Ganjar muda menjadi minder. Malah, ia telah mengembangkan sikap kepemimpinan sejak belia. Sejak kecil jiwa kepemimpinannya sudah muncul. Ia selalu terpilih menjadi ketua kelas saat masih di bangku sekolah dasar. Ganjar kecil menamatkan pendidikan dasarnya di SD Kutoarjo, Purworejo.
Ganjar mulai aktif berorganisasi PMR, OSIS, dan pramuka di jenjang SMP. Setelah lulus SMP, Ganjar hijrah ke Yogyakarta melanjutkan sekolah di SMA Bopkri 1 Yogyakarta, sedangkan keluarganya tetap tinggal di Kutoarjo. Terbiasa hidup dalam tantangan menjadikan Ganjar sebagai seorang yang berani. Jauh dari keluarga telah menempa kepribadian Ganjar muda sebagai sosok yang disiplin, mandiri, kreatif, dan pantang menyerah.
Di kota pelajar tersebut, kemampuan akademiknya semakin berkembang. Ia diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Kecintaannya berorganisasi semakin kentara di masa kuliah. Kemampuan kepemimpinannya semakin terasah melalui kegiatan di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Majestic 55 (Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Hukum UGM).
Selama kuliah di UGM, urusan biaya kuliah sering menjadi kendala baginya hingga sempat memaksanya mengambil cuti kuliah selama dua semester. Meski demikian, pada tahun 1995 Ganjar berhasil lulus dan menyandang gelar sarjana hukum.
Jalan yang tidak mulus untuk menyelesaikan kuliah kembali dialami pria yang menikah dengan Siti Atikoh Supriyanti ini saat mengambil pendidikan pascasarjana. Kali ini, kesibukan sebagai wakil rakyat dan kemudian maju di pilkada menjadi penyebabnya. Sikap pantang menyerah membuat ayah dari satu anak ini akhirnya lulus dari Program Studi Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, setelah empat tahun kuliah.
Ganjar meraih gelar master ilmu politik dengan tesis berjudul Sikap F-PAN, F Partai Demokrat dan Pemerintah terhadap Isu Independensi KPU dalam Pembahasan Revisi UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu. Tema penelitian yang sangat dikuasainya sebagai wakil rakyat.
Semangat untuk berpolitik juga dibangunnya sejak masa kuliah dengan terlibat dalam Gerakan Demokrat Kampus (GEDEK) tahun 1992-1995. Ganjar kemudian juga bergabung dengan PDI-P saat masih berstatus mahasiswa pada 1992. Kala itu, ia memilih PDI-P karena dianggap sebagai antitesis dari rezim Orde Baru.
Setelah mendapat gelar sarjana hukum pada 1995, Ganjar tidak langsung terlibat dalam politik praktis. Ia sempat berkarier sebagai konsultan pengembangan SDM di sebuah perusahaan swasta pada 1995-1999.
Pada 2002, dirinya mendapatkan kesempatan menjadi Deputi I Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat (Badiklatpus) PDI-P. Kemudian, ia juga dipercaya menjadi anggota Bidang Penggalangan Panitia Pemenangan Pemilu (PAPPU) Pusat di tahun berikutnya.
Tugas melayani rakyat sangat lekat dalam perjalanan karier Ganjar Pranowo di pemerintahan, dari legislatif ke eksekutif. Mulai tahun 2004, Ganjar mewakili rakyat di DPR RI melalui PDI-P. Ganjar tidak menyia-nyiakan kesempatannya di Senayan. Totalitas kerja sebagai wakil rakyat membuat karier politiknya mulai tampak cemerlang. Peran sebagai anggota legislatif dari fraksi partai oposisi dimainkan dengan sebaik mungkin.
Ia akhirnya ditugaskan menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PDI-P periode 2004-2009. Waktu itu ia masuk Komisi IV yang membidangi agrikultur, kelautan, dan pangan. Karena memiliki latar belakang ilmu hukum, ia juga dilibatkan sebagai anggota Badan Legislasi DPR.
Selama periode jabatan 2004-2009, Ganjar duduk sebagai anggota Badan Legislasi DPR. Dua kali Ganjar mendapat kepercayaan menjadi ketua panitia khusus (pansus), yaitu Pansus RUU tentang Partai Politik dan Pansus RUU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Arsip Kompas menunjukkan sikap-sikap kritisnya terhadap rezim pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Pada Februari 2005, Ganjar Pranowo, bersama rekannya Agus Tjondro, menggulirkan kritik keras kepada Presiden SBY karena ia dianggap tidak melaksanakan UU Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN tahun 2005 (Kompas, 28/2/2005).
Tak hanya kepada lembaga eksekutif, Ganjar juga tak ragu mengkritik lembaga tempatnya bernaung. Salah satu contohnya adalah ketika DPR berlarut-larut gagal menyepakati dua materi dalam RUU Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD pada Februari 2008. Kiprah lima tahun di parlemen tersebut membuat Ganjar kembali dipercaya untuk periode jabatan kedua.
Sikap kritis Ganjar tetap tegas dipertahankan ketika kembali menjabat sebagai anggota DPR dari F-PDI-P periode 2009-2013. Pada kesempatan kedua duduk di Gedung Senayan, Ganjar masuk di Komisi II yang menangani bidang pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara dan reformasi birokrasi, pemilu, pertanahan, dan reformasi agraria. Bahkan, Ganjar memegang posisi Wakil Ketua Komisi. Saat menjabat Wakil Ketua Komisi II, ia menilai target pengesahan 70 RUU dalam satu tahun adalah hal yang kurang matang.
Kritik-kritik yang dilancarkannya selama menjabat sebagai anggota DPR seakan memberi petunjuk gagasannya terhadap kepemimpinan. Ganjar menyoroti kekuatan rezim lampau yang terus bercokol di pemerintahan sehingga berpengaruh tidak dilaksanakannya semua agenda reformasi (Kompas, 22/5/2012).
Posisi strategis kembali dipegang Ganjar yang terlibat dalam sejumlah tim Ad Hoc DPR. Sebut saja di antaranya menjadi anggota Pansus Angket Bank Century (2009-2010) dan Timwas Century (2010-2013). Kali ini Ganjar tidak menyelesaikan masa baktinya karena maju di pilkada setahun sebelum berakhir.
Ganjar ditugaskan oleh PDI-P untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018 untuk melengkapi pengalaman politiknya. Ganjar dipasangkan dengan Heru Sudjatmoko yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Purbalingga. Selain sebagai kader PDI-P yang harus mempertahankan penguasaan atas lumbung suara di provinsi ini, Ganjar juga terpanggil sebagai wong Jateng untuk membangun tanah kelahirannya.
Pasangan Ganjar-Heru berhasil meraih 48,82 persen suara, jauh melampaui pasangan petahana Bibit Waluyo-Sudijono Satroatmodjo yang memperoleh 30,26 persen. Kemenangannya ditentukan beberapa faktor, yakni kekuatan partai yang solid dan efektif, dukungan sukarelawan, dan kehendak masyarakat yang menginginkan perubahan (Kompas, 27/5/2013).
Kemenangan tersebut mengesahkan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur untuk periode 2013-2018. Ganjar sukses memimpin provinsi berpenduduk 34,72 juta jiwa tersebut (BPS, 2019). Tantangan untuk memperbaiki kesejahteraan penduduknya dijawab Ganjar dengan perbaikan melalui inovasi di berbagai lini, terutama layanan publik.
Dalam posisi gubernur, Ganjar menempatkan dirinya sebagai ”jembatan” yang menghubungkan pemerintah pusat dan daerah hingga masyarakat. Sementara itu, di dalam organisasi tempatnya bernaung, yaitu PDI-P, Ganjar belajar banyak hingga menjadi salah satu kader andalan. Bahkan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menyebut nama Ganjar saat membicarakan kader-kader muda yang dibanggakannya.
Kader kebanggaan Megawati ini memang memiliki kinerja yang tidak biasa-biasa saja. Jejak karyanya di sepanjang hampir dua windu berkiprah di pemerintahan dalam berbagai posisi dan tanggung jawab dihiasi penghargaan. Kreativitas dan kerja cerdas ditambah gaya komunikasi yang luwes menjadi modal penting keberhasilan Ganjar selama ini.
Ganjar lantas berusaha menunjukkan kepercayaan rakyat Jawa Tengah dalam kinerjanya sebagai kepala daerah. Gubernur dengan slogan kampanye ”mboten ngapusi, mboten korupsi” (tidak membohongi, tidak korupsi) ini segera mengambil langkah strategis. Merakyat adalah kata kunci dari citra diri yang berusaha ditonjolkan dengan lebih memilih memakai mobil Toyota Innova ketimbang mobil mewah sebagai kendaraan dinasnya.
Ia berfokus pada 18 Agenda yang berusaha menjawab persoalan kemiskinan, pengangguran, dan pembangunan infrastruktur. Fokus kerja ini dibarengi dengan inovasi adalah prinsip yang coba ia terapkan dalam mengimplementasikan agenda-agenda tersebut.
Salah satu terobosan yang segera ia lakukan adalah lelang 85 jabatan struktural ASN. Langkah awal reformasi birokrasi ini dirasa Ganjar harus dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada ASN potensial (Kompas, 29/10/2013). Ia juga merasa langkah ini, bersama dengan revitalisasi aset daerah, adalah prasyarat dalam menjawab persoalan pembangunan yang optimal dan merata.
Ganjar juga terkenal dengan senyum lebarnya, mudah menyapa, dan luwes. Sempat dikritik karena ia terlalu sering berkunjung ke daerah-daerah, Ganjar mengatakan bahwa sebagai orang Jawa, hal itu penting dilakukan. Sebab, selain dapat langsung bersentuhan dengan rakyat, ia merasa dapat memperoleh banyak masukan dan kritik yang membantunya memprioritaskan agenda kerjanya (Kompas, 7/11/2013).
Sikap, gaya komunikasi, dan karakter yang kharismatik akhirnya membuat rakyat Jawa Tengah menerima Ganjar. Ia terpilih kembali di periode jabatan keduanya sebagai Gubernur Jateng. Kepiawaiannya mengorkestrasi 35 pemerintah kabupaten/kota menghasilkan sejumlah perbaikan melalui pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan penduduk. Tren positif terlihat pada sejumlah indikator kesejahteraan yang dicatat Badan Pusat Statistik Provinsi Jateng.
Skor Indeks Pembangunan Manusia yang mengindikasikan keberhasilan pembangunan menunjukkan tren naik dari 68,02 pada tahun 2013 menjadi 71,73 pada tahun 2019. Persentase penduduk miskin menurun dari 14,44 persen (2013) menjadi 10,80 persen (2019). Tren yang sama juga tampak untuk angka pengangguran terbuka yang menyusut dari 6,01 persen (2013) 4,49 persen (2019).
Ganjar yang menggandeng Taj Yasin kembali terpilih untuk kedua kalinya pada Pilkada Jateng 2018 dengan perolehan suara 58,78 persen. Lima tahun sebelumnya, Ganjar-Heru Sudjatmoko memenangi Pilkada Jateng dengan meraih 48,82 persen suara.
Dalam pola kepemimpinannya di Jawa Tengah, Ganjar memang tergolong berhasil meningkatkan kualitas wilayahnya. Prestasi Jawa Tengah, dari sisi kualitas kesejahteraan masyarakat, tidak berada pada barisan atas dari 34 provinsi di negeri ini. Namun, dalam kepemimpinan Ganjar, terjadi peningkatan indikator kesejahteraan yang relatif tinggi, di atas rata-rata nasional pada setiap tahunnya.
Akselerasi pembangunan daerah Jateng tidak hanya membutuhkan pemimpin yang visioner dan problem solving, tetapi juga memerlukan sosok yang luwes ada di tengah antara berbagai pihak. Ganjar sangat menyadari posisi ini. Semua sisi keberhasilan tersebut menempatkannya sebagai ”enzim” yang mengatalisasi jalannya perubahan. Tidak mengherankan jika ia menyatakan dirinya sebagai ”jembatan perubahan”.
Dalam buku Ganjar Pranowo: Jembatan Perubahan (2019) ia dengan tegas mengatakan, ”Saya adalah jembatan.” Jembatan yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah pusat di satu sisi dan koordinator wali kota/bupati di sisi lain. Keluwesannya dalam berkomunikasi dengan semua pihak, dari presiden, jajaran pemerintah daerah, hingga masyarakat kecil membangun kerja sama yang baik. Kisah perjalanannya hingga titik ini menunjukkan bahwa ia memang merupakan seorang sosok yang patut diperhitungkan dalam Pemilu 2024.
Pengalaman sebagai legislator dan gubernur akan menjadi modal portofolionya sebagai calon presiden. Dengan pengalaman menjadi pejabat publik ini, masyarakat bisa menilai rekam jejaknya dan mempertimbangkan berbagai kebijakan yang pernah dilakukannya.
Dalam perjalanan Ganjar untuk turun bertarung dalam Pilpres 2024 juga tak melulu mulus. Gubernur Jawa Tengah itu sempat terpinggirkan dari radar pencapresan partainya sendiri. Acap kali Ganjar tak diundang di acara PDI-P yang digelar di wilayah kekuasaannya di Semarang, Jawa Tengah.
Sebelum diusung menjadi capres PDI-P, Ganjar pernah melontarkan pernyataan siap menjadi capres dalam sebuah tayangan wawancara eksklusif. Karena sikapnya ini, Ganjar diberi sanksi PDI-P karena dinilai melewati batas kapasitasnya sebagai kader.
Berkali-kali dia juga disentil elite PDI-P, disebut kemajon (kelewatan) dan kemlinthi (congkak) karena berambisi maju sebagai capres. Ganjar sendiri tak sekali dua kali mengatakan bahwa dirinya tunduk pada keputusan Megawati perihal pencapresan. ”Yang menentukan (capres) juga partai, kalau sudah ditentukan,” katanya saat ditemui di Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (22/9/2022).
Selain itu, pernyataan Ganjar yang menolak kedatangan Tim Israel dalam ajang Piala Dunia U-20 yang akhirnya batal digelar di Indonesia juga menjadi kontroversi. Hal tersebut disampaikannya dalam keterangan tertulisnya. Ganjar mendukung sikap PDI-P yang menolak kehadiran Timnas Israel dalam perhelatan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Akhirnya, Jumat (21/4/2023), bertepatan dengan Hari Kartini, menjadi hari bersejarah bagi Ganjar Pranowo. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengumumkan penetapan dirinya sebagai calon presiden usungan partai di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat.
Menyusul kemudian pada Rabu (18/10/2023). Mahfud MD resmi dipilih Megawati Sukarnoputri sebagai bakal calon wakil presiden di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, untuk mendampingi bakal calon presiden Ganjar Pranowo bertarung dalam Pemilu 2024.