FotografiFoto CeritaMenjejakkan Kaki di Obi,...
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Bebas Akses

Menjejakkan Kaki di Obi, ”Surga Nikel” di Maluku Utara

Selain penghasil rempah, Pulau Obi yang memiliki luas setara empat kali luas Singapura itu juga menyimpan kekayaan nikel yang besar.

Oleh
RADITYA HELABUMI JAYAKARNA
· 2 menit baca

Semburat warna jingga menghiasi langit di perairan Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, saat senja tiba, Senin (27/11/2023). Bentuk bulat matahari terlihat jelas turun dari balik awan. Perlahan-lahan bergerak mendekati cakrawala. Panorama indah saat matahari tenggelam itu seolah menghilangkan penat setelah perjalanan panjang menuju Pulau Obi beberapa hari sebelumnya.

Dari Jakarta menuju Obi ditempuh dalam waktu sekitar 15 jam melalui transportasi udara dan laut. Rute penerbangan diawali dari Jakarta menuju Manado, Sulawesi Utara, kemudian berlanjut ke Ternate, Maluku Utara, dan berakhir di Labuha, ibu kota Halmahera Selatan.

Dari Labuha perjalanan kemudian dilanjutkan menggunakan kapal cepat menuju Pulau Obi dengan waktu tempuh perjalanan 3,5 jam.

Derek di Dermaga
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Derek di Dermaga

Transportasi Utama
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Transportasi Utama

Juru Mudi Kapal Cepat
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Juru Mudi Kapal Cepat

Ikan Hasil Tangkapan
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Ikan Hasil Tangkapan

Pulau Obi yang masuk wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, memiliki luas 2.542 kilometer persegi dan terbagi dalam lima kecamatan dan 34 desa. Jumlah penduduk di Pulau Obi tercatat 52.588 jiwa.

Seluruh penduduk di Pulau Obi adalah pendatang karena tidak ada penduduk asli di pulau ini. Mereka yang pada awalnya menempati pulau ini, antara lain, suku Tobelo-Galela, Ternate, Tidore, kemudian suku Buton, Bugis, dan Jawa.

Permukiman Baru untuk Warga
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Permukiman Baru untuk Warga

Di Tengah Jalan Kampung
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Di Tengah Jalan Kampung

Membawa Sagu
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Membawa Sagu

Fandi Noferdi, salah seorang warga suku Tobelo-Galela, menuturkan, pada masa lampau Pulau Obi yang tidak berpenghuni dijadikan sebagai tempat singgah oleh pelaut suku Tobelo-Galela yang tinggal di Halmahera saat mencari ikan. Mereka bersandar di Pulau Obi untuk beristirahat sementara sebelum kembali ke rumah atau melanjutkan perjalanan.

Namun, lambat laun banyak orang yang tiba di Obi tidak lagi untuk singgah sementara, mereka kemudian mulai menetap dan membuka lahan untuk tempat tinggal dan berkebun.

Senyum Warga
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Senyum Warga

Sapi dan Rumah Petani
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Sapi dan Rumah Petani

Bersiap untuk Berjualan
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Bersiap untuk Berjualan

Pulang Sekolah
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Pulang Sekolah

Burung Nuri
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Burung Nuri

Serupa dengan pulau-pulau lain di Maluku Utara, seperti Ternate, Tidore, dan Bacan, hasil kebun, seperti cengkeh, pala, dan kelapa, menjadi komoditas utama perkebunan di Pulau Obi. Selama ini pula sektor pertanian dan perikanan menjadi penopang utama perekonomian di Maluku Utara.

Namun, sejak hilirasi sektor pertambangan, ekonomi di Maluku Utara tumbuh hampir lima kali lipat dari rerata pertumbuhan ekonomi nasional. Nikel, bahan mineral yang melimpah di Indonesia, saat ini menjadi komoditas utama pertambangan yang tengah berada di puncak.

Pulau Obi yang memiliki luas setara empat kali luas Singapura itu menyimpan kekayaan nikel yang besar.

Pantai Kawasi
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Pantai Kawasi

Awas Buaya
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Awas Buaya

Matahari Terbenam di Perairan Obi
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Matahari Terbenam di Perairan Obi

Memuat data...
Memuat data...
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000