”Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Demikian penggalan lirik lagu ”Kolam Susu” karya Yok Koeswoyo dari album Volume 8 Koes Plus yang dirilis pada 1973, lima puluh tahun silam. Penggalan lirik lagu ”Kolam Susu” tampaknya benar karena Tanah Air kita memang pernah menjadi ”tanah surga”. Tanah yang subur dan kaya tanaman. Hanya saja, tidak dikelola dengan baik sehingga ”surga” itu sedikit demi sedikit lenyap.
Sejak masa lalu, Tanah Air kita mampu memikat dan mengikat pendatang, khususnya dari Belanda. Bahkan, setelah bekerja keras, mereka tetap ingin tinggal tanpa ingin pulang. Mereka ingin menghabiskan sisa hidup di sini. Mereka dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah blijvers (orang yang tetap tinggal). Ada pula yang datang untuk sekadar mengeruk, memperoleh kekayaan lalu kembali ke negeri asal. Kelompok ini disebut trekkers (orang yang tinggal sementara).
Keanekaragaman tanaman dan tumbuhan yang tumbuh di Indonesia pun memikat para pengunjung, baik untuk dikagumi maupun diteliti. Tanaman dan tumbuhan tersebut lazimnya diabadikan untuk dikenang. Selain narasi tentang tanaman dan tumbuhan dalam laporan penelitian naturalis, catatan perjalanan, dan karya sastra, ada juga jejak visual tanaman dan tumbuhan pada masa Hindia Belanda beserta kisah di baliknya. Tentu, tanaman dan tumbuhan yang menarik perhatian adalah tanaman dan tumbuhan yang tidak ditemui di Eropa (Belanda). Namun, dijumpai pula tanaman yang sebenarnya hanya tumbuh di Eropa.