Makan bersama dikenal hampir di semua budaya. Bagi penggemar serial komik Asterix karya René Goscinny dan Albert Uderzo pasti ingat di setiap akhir cerita biasanya ada pesta makan malam bersama. Para pahlawan Galia duduk di kursi dan meja melingkar dalam keremangan malam dengan cahaya bulan. Supaya tidak menganggu, mulut Assurancetourix, sang penyanyi disumpal dan tangannya diikat.
Di Nusantara, makan bersama menjadi tradisi di berbagai daerah. Acara ini dilakukan ketika berkumpul dengan keluarga atau rekan. Ada berbagai nama kegiatan makan bersama tersebut. Seperti tumpengan, bancakan di Jawa, bajamba di Sumatera Barat, mengibung di Bali, binarundak di Sulawesi Utara, baseprah di Kutai, dan patita di Maluku.
Ketika Rijkloef van Goens, utusan VOC berkunjung ke keraton Mataram pada abad ke-17, ia terkesan dengan sajian jamuan raja. Dalam Javaense Reyse. De Bezoeken van een VOC-gezant aan het hof van Mataram 1648-1654 (Terra incognita: Amsterdam, 1995), van Goens mencatat berbagai makanan melimpah sajian perjamuan dihidangkan di atas semacam tikar dilapisi daun pisang, pengganti taplak meja.