Sejak 2020, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi gencar melakukan perubahan mindset dan proses pendidikan. Di ranah Pendidikan tinggi, melalui Ditjen Dikti, program-program yang mendorong ”perkawinan masal” antara kampus melalui insan perguruan tinggi (Insan PT) dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) diluncurkan untuk membangun link and match antara dunia kampus dengan dunia nyata. Ada program Magang bersertifikat, Proyek Independen, Kampus Mengajar, Praktisi Mengajar, dan masih ada beberapa lagi. Salah satu program yang membuka kesempatan dosen sebagai insan PT untuk dapat berkolaborasi dengan DUDI adalah program Kedaireka.
Dalam laman resminya tertulis, Kedaireka adalah solusi terkini dalam mewujudkan kemudahan sinergi kontribusi perguruan tinggi dengan komersialisasi industri untuk kemajuan bangsa Indonesia yang sejalan dengan visi Kampus Merdeka Kemendikbud RI. Diluncurkan akhir tahun 2020, dan mulai berjalan tahun berikutnya, telah banyak kolaborasi yang terjadi antara Insan PT dan DUDI dari berbagai disiplin ilmu. Fotografi tak terlewat sebagai salah satu bidang yang meraih manfaat Kedaireka. Gabungan dua kata: kedai dan reka yang dapat diartikan sebagai titik temu gagasan-gagasan untuk menghasilkan rancangan, karya, yang disebut reka cipta.
Di tahun kedua Program Kedaireka, fotografi Indonesia sedikit banyak turut mendapatkan manfaat melalui Insan PT yang berasal dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta), Fakultas Seni Media Rekam, Program Studi Fotografi, Animasi, serta FIlm dan Televisi, juga dari Fakultas Seni Rupa, Jurusan Tata Kelola Seni. Ada empat proposal insan PT bersama mitra DUDI yang berhasil menembus persaingan ketat pengajuan Kedaireka, tiga di antaranya tentang fotografi, apa dan bagaimana saja itu?
