Banyak juru foto terlahir sebagai pemotret yang bagus. Menghasilkan banyak sekali foto-foto tunggal yang cemerlang. Namun, di sisi lain, kemampuan menyunting foto karya sendiri dalam urutan pendek sering kali menjadi sesuatu yang menakutkan.
Dalam sebuah kesempatan, Ahmad ”Deny” Salman, kurator independen, mengatakan, umumnya juru foto mengalami visually illiterate. ”Kebanyakan kita (juru foto) buta terhadap foto sendiri. Artinya, kesulitan untuk mengidentifikasi elemen-elemen visual yang membangun kekuatan dan keutuhan foto,” kata Deny. Deny melanjutkan, untuk itu, juru foto memerlukan mitra, atau editor yang dia pilih untuk membantu sebuah penyuntingan foto-foto tunggal atau foto cerita. Sampai di sini kendala lain masih menanti. Keterbatasan akses kepada editor foto, misalnya, menjadi masalah klasik yang gampang-gampang susah dituntaskan.
Bagi juru foto yang bekerja dalam sebuah institusi dengan tim yang lengkap, termasuk editor foto, kendala penyuntingan bukan masalah besar. Namun, bagi juru foto yang terbiasa bekerja secara mandiri, proses penyuntingan menjadi pekerjaan rumah tambahan yang tidak bisa dianggap ringan.