FotografiKlinik FotoMengekalkan Obyek Pemandangan ...
DANISH FIKRI SUNJAYADI

Mengekalkan Obyek Pemandangan dalam Fotografi Perjalanan

Kita tidak perlu terburu-buru merekamnya dengan ”mata” kamera. Sebab, pada dasarnya perjalanan adalah bagian dari proses menemukan sesuatu yang baru untuk memperkaya pengalaman dan rasa pada suatu waktu.

Oleh
Achmad Sunjayadi
· 7 menit baca

Fotografi dan perjalanan. Dua hal yang tampaknya tidak dapat dipisahkan. Sejak ditemukannya suatu alat yang dapat merekam dan mengabadikan kenangan dalam bentuk dua dimensi yang disebut kamera, orang dapat dengan mudah menyimpan kenangan mereka. Kamera pun mengalami evolusi dan revolusi. Mulai dari kamera yang menggunakan pelat kering, pelat basah, gulungan-gulungan film hingga, menggunakan kartu memori. Untuk alat yang terakhir ini, kenangan dapat tersimpan begitu banyak sehingga kita pun mungkin lupa jika kita pernah membuat kenangan tersebut.

Jika kita telusuri fotografi perjalanan di Indonesia, kegiatan tersebut telah ada sejak masa kolonial. Kita mengenal deretan nama fotografer, mayoritas orang kulit putih pada masa itu yang berjasa mengabadikan dan ”membekukan” berbagai obyek di negeri kita menurut ukuran keindahan mereka. Obyek-obyek yang dianggap eksotis oleh bangsa kulit putih sengaja dipilih lalu disebarkan ke Tanah Air mereka sehingga orang-orang yang belum pernah menginjakkan kaki ke negeri kita tergoda untuk datang melihatnya langsung. Salah satu obyek tersebut adalah obyek pemandangan. Tolak ukur keindahan mereka kelak dilanjutkan oleh kita tanpa kita sadari pada masa kini.

Terlepas dari praktik fotografi yang digunakan para fotografer kulit putih tersebut untuk tujuan dan agenda kolonialisme, terselip satu nama perempuan, Thilly Weissenborn. Ia bukan ”abdi” kolonial, melainkan semata-mata juru foto profesional. Thilly Weissenborn (1883-1964) dikenal sebagai juru foto perempuan profesional pertama Hindia-Belanda yang salah satu obyek karyanya berupa pemandangan. Karya fotografi perempuan keturunan Jerman kelahiran Kediri, Jawa Timur, ini turut mewarnai perkembangan kepariwisataan di Hindia-Belanda pada masa awal, terutama setelah Vereeniging Toeristenverkeer-VTV (Perhimpunan turisme) dibentuk di Batavia pada 1908 yang peresmiannya dihadiri  J.B. van Heutsz, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Salah satu tujuan perhimpunan tersebut adalah mempromosikan kegiatan pariwisata di Hindia-Belanda, khususnya Jawa.

Memuat data...
Memuat data...
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000