Perihal terpenting dalam hidup bukanlah kemenangan, melainkan perjuangan; hal yang hakiki tak harus ditaklukkan, tetapi harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. —Pierre de Coubertin (1863-1937), bapak Olimpiade Modern
Hari masih pagi. Kalender merujuk tanggal 8 September 1948. Ketika pewarta foto IPPHOS, Frans Mendur, mengarahkan kameranya ke saujana yang terhampar di depan Gedung Agung, Yogyakarta. Di halaman Istana Kepresidenan RI itu, terlihat Bung Karno mengenakan kostum kebesaran berwarna putih, agak membelakangi lensa menyerahkan panji Pekan Olahraga Nasional (PON) perdana secara berantai dibawa berjalan kaki secara beranting menuju lokasi penyelenggaraan ajang olahraga akbar itu di Stadion Sriwedari Solo.
Menurut situs resmi Kemendikbud.go.id (mengutip teks pada diorama PON perdana di Museum Benteng Vredeburg, dan buku Kronik Revolusi Indonesia jilid IV, Pramoedya Ananta Toer, Gramedia, 2003) setelah acara di Gedung Agung usai, Presiden Soekarno melepas gerak jalan massal dengan membawa bendera PON menuju Solo melalui Jl Tugu Kulon (sekarang Jl P Mangkubumi). Sri Sultan Hamengku Buwono bertindak sebagai ketua penyelenggara pelaksanaan PON. Sementara ketua pelaksana di Solo diserahkan kepada Pangeran Soerjohamidjojo.