Kekalahan Parma dari Torino pada pekan ke-34 Liga Italia, Selasa dini hari WIB, membuat Parma harus terdegradasi dari Serie A. Kenyataan ini membuat sesak penggemarnya. Pada era tahun 1990-an, Parma adalah salah satu tim besar di Liga Italia. Tim ini bertabur bintang dan selalu bersaing di papan atas Serie A. Tim yang bermarkas di Stadion Ennio Tardini ini pernah menjadi tim yang disegani di seantero Eropa. Tim yang identik dengan warna kuning dan biru itu dua kali juara Piala UEFA, satu kali juara Piala Winners, dan juara Piala Super Eropa pada 1993.
Kesuksesan Parma tidak lepas dari peran Parmalat, perusahaan Italia yang memproduksi susu dan makanan milik Calisto Tanzi, yang membuat Parma bisa sesuka mereka mendatangkan pemain bintang. Dengan dana melimpah, pelatih jempolan, dan skuad bertabur bintang, Parma yang tergolong anak baru di Serie A dalam 10 tahun berhasil meraih sembilan trofi. Mulai dari gelar di kompetisi domestik hingga turnamen benua. Dalam kurun waktu tersebut, Parma menjelma sebagai tim kandidat scudetto di setiap musimnya.
Namun, masa-masa jaya Parma itu segera memudar seiring dengan kepergian para pemain bintang, seperti Gianluigi Buffon, Hernan Crespo, Fabio Cannavaro, dan Lilian Thuram, pada awal tahun 2000-an. Kondisi Parma ini jadi lebih parah setelah dinyatakannya pailit pada tahun 2004 setelah krisis yang dialami Parmalat sebagai penyokong utama tim.
