Pagi itu, Sri Kamtini sangat bersemangat dan ekspresif menggambarkan bagaimana ia mengendarai sebuah mobil. Dengan kata-kata, ia berusaha menjelaskan secara detail bentuk setir, suara mesin, bunyi klakson, dan arah ke mana tujuan jalannya.
Terkadang tidak cukup dengan kata-kata, bahasa tubuhnya berusaha mewakili setiap kalimat yang dilafalkan secara jelas dan lantang agar terdengar. Sementara itu, dari layar seluler tampak siswanya yang tunanetra hanya dapat mendengar tanpa dapat melihat keseruan gerakan tubuh sang guru.