Sidiq (75) duduk di bangku kayu di beranda rumahnya dengan kaki menggantung. Mata kakinya masih menyentuh limpasan air laut. Banjir laut, demikian warga setempat menamakan limpasan air laut atau rob, adalah hal biasa dan risiko yang harus dihadapi warga di pesisir utara Bekasi, Jawa Barat.
”Dari kecil dan besar di sini, kami sudah terbiasa dengan datangnya banjir laut dan hafal kapan akan tiba dan pergi,” kata Sidiq.
Dari rumahnya di sekitar SDN Samudra Jaya 03, kami berjalan kaki menembus rob sepanjang 1,7 kilometer hingga makam keramat Kumpi Kuyu Malafiyah binti Syahwal. Meski jalan kampung yang hanya bisa dilewati sepeda motor sudah dibeton dan ditinggikan, di beberapa lokasi, jalan sudah mengelupas dan terputus terkena rob.