Kepergian artis serba bisa Dorce Gamalama disebut sebagai kehilangan besar dunia hiburan Tanah Air oleh pelawak Dedi Gumelar.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Dunia hiburan Tanah Air kehilangan Dorce Gamalama yang meninggal dunia, Rabu (16/2/2022) pagi, pada usia 58 tahun. Dorce dikenang sebagai artis serba bisa yang sangat populer pada era 2000-an.
Dorce meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina Simprug, Jakarta Selatan, karena komplikasi Covid-19 dan diabetes. Mimi Artati, keponakan sekaligus kerabat terdekat Dorce Gamalama, yang diwawancarai Kompas.com menjelaskan, kondisi Dorce mulai menurun sejak Senin (14/2). Dorce dimakamkan pada Rabu siang di TPU Bantarjati, Jakarta Timur, dengan protokol Covid-19.
Dedi Gumelar alias Miing, pendiri dan anggota grup lawak Bagito yang memulai karier di dunia hiburan hampir bersamaan dengan Dorce, menceritakan, pada 1980-an, dirinya sering bertemu satu panggung dengan Dorce saat aktif di atas panggung Pasar Seni Ancol, Jakarta. Saat itu, Dorce tampil bersama grup musik Bambang Brothers (Bambros).
”Waktu itu Bagito baru merangkak. Saya mengenal beliau penghibur yang multitalenta, supel, punya rasa humor yang tinggi, dan relasi luas,” ujar Dedi yang sekarang aktif sebagai politisi, Rabu, melalui telepon.
Dengan berbekal kemampuan itu, Dorce bisa masuk dan tampil di lingkungan penonton yang beragam, mulai dari kalangan bawah hingga kepada para pejabat. ”Dia bisa masuk ke segmen penonton apa pun, mulai dari anak-anak slang sampai kalangan pejabat. Saat tampil di lingkungan terhormat, dia bisa tampil dengan anggun. Belum tentu penyanyi lain mampu lho,” ujar Dedi.
Kelebihan Dorce yang lain adalah kemampuannya memainkan peran yang berbeda-beda dalam satu acara. ”Dia bisa menyanyi dan juga melawak. Itu tidak gampang. Banyak orang jago menyanyi, tapi belum tentu bisa melawak dan lucu. Juga sebaliknya, enggak semua pelawak bisa bernyanyi bagus. Nah, mendiang ini bisa keduanya bisa dan semua itu dilakukan dengan sangat baik. Tuhan menganugerahinya dengan banyak talenta,” ujar Dedi yang menyebut Dorce sebagai seniman besar dan sangat berpengalaman di atas panggung.
Pernyataan serupa disampaikan Jimmy S Harianto, wartawan Kompas yang pernah meliput industri hiburan pada dua-tiga dekade lalu. Menurut dia, Dorce adalah penghibur yang sangat kreatif. Dia bisa main film, bernyanyi, melawak, menjadi pembawa acara, bahkan menulis lagu. ”Sebagai penyanyi, dia luar biasa. Semua jenis musik dia sikat, mau nyanyi pop, rock, dangdut, sampai keroncong. Nyanyi lagu Indonesia, Barat, Mandarin, India, Arab juga bisa. Sulit untuk mencari penghibur dengan talenta seperti yang dimiliki Dorce untuk saat ini,” katanya.
Terkait dengan keluwesannya bernyanyi, Dorce pernah mengatakan, ”Pokoknya, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Maksudnya, kalau menyanyi dangdut, saya masuk ke jiwa dangdut. Menyanyi jazz, saya juga ikut ngejazz,” kata Dorce bisa menirukan suara seniman jazz Louis Armstrong yang serak-serak berat itu (Kompas, 25/11/2007). Ia mengatakan hal itu setelah tampil di acara Gebyar Keroncong di TVRI. Dorce membawakan dua lagu keroncong gubahannya, yaitu ”Ibu Negara” dan ”Pak Gesang”.
Nama Dorce dikenal luas sejak awal 2000-an. Ia bermain film Dorce Sok Akrab (1989), Dorce Ketemu Jodoh (1990), Mas Masukin Aja (2008) dan Hantu Biang Kerok (2009). Namun, kemudian ia lebih dikenal sebagai penyanyi dan pembawa acara. Salah satu acara yang membesarkan namanya adalah Dorce Show di Trans TV pada periode 2005 hingga 2009.
Ketika kariernya berada di puncak, lanjut Jimmy, Dorce hampir setiap hari tampil di mana-mana, baik di televisi maupun di acara-acara pertunjukan. ”Pokoknya semua acara yang ada Dorce-nya, pasti ramai. Dia berhasil mengonversi kekurangannya secara fisik menjadi kekuatan dia,” kata Jimmy.
Dorce terlahir sebagai pria bernama Dedi Yuliardi Ashadi di Solok, Sumatera Barat, tahun 1963. Tahun 1983, ia menjalani operasi kelamin, lalu mengubah statusnya secara resmi sebagai perempuan. Jalan hidupnya hingga menjadi artis terkenal tidak mudah.
”Yang luar biasa dari Dorce adalah dia tidak mau menikmati jerih payahnya di dunia hiburan sendirian. Dia rajin menyantuni orang susah, lalu mendirikan yayasan, sekolah, sampai rumah ibadah. Sebagai pribadi, dia orang yang luar biasa,” ujar Jimmy. Seiring usianya yang bertambah, karier Dorce meredup. Bagaimanapun, kata Jimmy, industri hiburan, terutama televisi, cenderung terus mencari artis-artis yang lebih muda.
Seperti yang terjadi pada banyak penghibur dan seniman di Tanah Air, kondisi ekonomi Dorce pada masa tuanya merosot. ”Pekerjaan semakin jarang, apalagi sudah tiga tahun pandemi memperburuk keadaan,” ujar Dedi.