Jalan Keluar Nirmala Dewi
“Dunia olahraga kita seolah dunia laki-laki, pengurusnya didominasi laki-laki. Buat saya ini justru tantangan,” tutur Nirmala Dewi, perempuan pertama yang menjabat Sekjen PB Perbasi.
Perempuan tinggi semampai itu berdiri di tengah lapangan basket dengan gawai di tangan. “Enaknya berkantor dekat lapangan basket, bisa main kapan aja,” katanya ke arah kamera gawainya. Lalu ia mendribel bola hingga satu-dua meter dari basket dan melemparkan. Ahhh meleset.... Nirmala, begitu ia disapa, memang bukan atlet yang piawai menceploskan bola ke dalam basket. Namun, ia sosok penting yang ikut menentukan arah dunia bola basket Indonesia ke depan.
Nirmala Dewi adalah Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi). Ia menjadi perempuan pertama yang menduduki kursi itu. “Dunia olahraga kita seolah dunia laki-laki, pengurusnya didominasi laki-laki. Buat saya ini justru tantangan,” tutur Nirmala, Kamis (27/1/2022), di lapangan basket Gelora Bung Karno Arena, Jakarta yang hanya beberapa langkah dari ruang kerjanya di kantor PP Perbasi.
Nirmala berusaha santai saja menjalani perannya sebagai sekjen. Kadang ia mendapat kemudahan dari "bapak-bapak", istilah yang ia pakai untuk menyebut rekan pria sesama pengurus Perbasi. "Tantangannya kadang berhadapan dengan bapak-bapak yang punya kepentingan. Suaranya keras. Buat perempuan kalau mendengar itu kayak sedang dihardik atau dimarahin,” ujar Nirmala yang menjabat Sekjen Perbasi sejak akhir 2019.
Tapi, Nirmala sudah punya pengalaman menghadapi situasi seperti itu, bahkan jauh sebelum ia masuk ke dunia bola basket. “Saya pernah mengurus klub sepak bola, bertemu suporter yang komplain atau berantem. Buat saya ngurus klub bola itu lebih gila. Paling top deh,” kata Nirmala yang menjadi Direktur Marketing Sriwijaya FC periode 2014–2018.
Siang itu, Nirmala mengenakan kaus hitam yang dilapisi blazer biru tua dengan logo Perbasi. Ia memadunya dengan celana hitam yang memeluk kaki jenjangnya. Penampilannya kasual sekaligus elegan. Kami berbincang-bincang santai di sebuah kafe di kawasan Senayan. Turut hadir Ketua Umum Perbasi, Danny Kosasih.
Nirmala bilang, hari itu agendanya cukup padat. Ada beberapa pertemuan yang harus ia ikuti terkait persiapan FIBA Basket Ball Asia Cup 2021 dan FIBA World Cup 2023. Asia Cup akan digelar di Indonesia pada Juli 2022. Seharusnya, kejuaraan itu digelar pada Agustus 2021, tetapi ditunda akibat pandemi. Sementara itu, World Cup akan digelar pada September 2023 di tiga negara sekaligus yakni Indonesia, Filipina, dan Jepang.
Dua kejuaraan besar itu, lanjut Nirmala, sudah mendapat dukungan pemerintah dalam bentuk Instruksi Presiden. "Ternyata untuk ngeluarin inpres harus meeting tiap hari, bertemu Kemenpora, Kementerian PUPR, BUMN, dan lain-lain. Luar biasa," ujarnya.
Setelah itu, Perbasi bersama PUPR mesti menyiapkan arena bola basket yang bisa menampung belasan ribu penonton di komplek GBK dalam 12 bulan ke depan. Belum lagi menyiapkan skenario soal karantina untuk atlet dan official. "Karantina untuk atlet selama 7-10 hari itu repot karena atlet harus bergerak untuk menjaga ototnya. Kita sedang ajukan regulasi buble to buble untuk atlet, dari hotel, ke tempat latihan, lokasi pertandingan, dan lain-lain.
Di luar itu, lanjutnya, Indonesia mesti punya tim nasional basket yang bagus. Minimal masuk delapan besar di Asia supaya bisa main di World Cup. "Semua persiapan itu membuat jam ngopi saya dengan temen-temen berkurang. Padahal itu hiburan saya satu-satunya setelah nggak bisa jalan-jalan selama pandemi."
Kopi apa yang Nirmala suka? "Any kind of coffee," katanya cepat diiringi senyum.
Situasi krisis
Nirmala lahir di Lampung, tetapi besar di Jakarta. Sejak remaja ada dua hal yang menarik minatnya, yakni dunia olahraga dan bisnis. Ia dulu bermain catur, bowling, bola basket, dan bersepeda. Tapi tidak satupun cabang olahraga itu yang mengantarkannya menjadi atlet. "Kalau jadi atlet waktu kita tersita. Aku ingin kerja dan besarin usaha yang menghasilkan duit. Baru ngurusin olahraga."
Maka terjunlah Nirmala ke dunia bisnis. Ia menggarap perkebunan mulai sawit sampai buah-buahan. Sebagian besar di Sumatera Selatan. Belakangan, ia merambah ke bisnis makanan. Ia serap nilai-nilai positif dari dunia olahraga ke dunia bisnis seperti kegigihan, daya juang, daya bersaing, dan fair play. Ia mengaku lebih senang mengangkat karyawan yang suka olahraga. "Paling nggak fisiknya lebih sehat dan secara mental punya daya juang," katanya.
Dunia olahraga akhirnya memanggil Nirmala. Ia dilibatkan dalam kepanitiaan SEA Games 2011 lalu Islamic Solidarity Games 2013. Keduanya berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan. Sukses menjalankan tugas di dua ajang multicabang itu, ia diminta oleh Gubernur Sulsel saat itu, Alex Noerdin, untuk menjadi direktur marketing Sriwijaya FC.
Nirmala awalnya berpikir dia hanya mengurusi persoalan bisnis saja, yakni mengejar Rp 40 miliar setahun yang diperlukan klub. Ternyata ia mau tidak mau mesti mengurusi suporter yang sering berantem. Saat itu ada tiga kelompok suporter Sriwijaya yang tidak akur. "Saya sampai dipanggil polisi untuk mengurus tawuran."
Tidak ingin ada tawuran lagi, Nirmala mendekati tiga ketua komunitas suporter Sriwijaya FC. "Saya ajak makan pimpinannya. Kalau mereka kompak, yang lain ikut. Saya buatkan jersey Sriwijaya dengan tiga warna yang mewakili masing-masing kelompok suporter. Hitam mewakili Ultras, Kuning mewakili Sriwijaya Mania, hijau mewakili Singa Mania."
Jurus ini berhasil. Ketiga komunitas suporter itu akur bahkan bisa bikin anthem bersama. Rupanya mereka berantem karena dulu tidak diberi ruang oleh manajemen Sriwijaya.
Pada 2018, ia diminta Erick Thohir yang saat itu menjabat Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) 2018, menjadi satu dari tiga staf khususnya. "Saya ditugaskan membantu mengorganisasi penyelenggaraan Asian Games di Palembang."
Di tahap persiapan, Nirmala mendapat tugas tambahan dari gubernur Sumsel untuk melobi Dewan Olimpiade Asia (OCA) agar nama Palembang masuk dalam tagline Asian Games 2018. Awalnya telah diputuskan nama ajang itu Asian Games 2018 Jakarta. Selain itu, melobi mereka agar upacara penutupan Asian Games digelar di Palembang.
Nirmala berangkat ke Ashgabat, Turkmenistan untuk menjalani misi itu bersama Kadispora Pemprov Sumsel Akhmad Yusuf Wibowo dam Asisten Tiga Pemrov SUmsel Ahmad Najib. "Kami sampaikan bahwa ada delapan juta warga Palembang yang sangat berharap nama kotanya dicantumkan di Asian Games," kenang Nirmala.
Dua misi yang awalnya dianggap tidak mungkin karena harus mengubah AD/ART OCA, ternyata salah satunya berhasil. Nama Palembang disetujui bersanding dengan Jakarta dalam tagline Asian Games 2018. Tapi, usulan upacara penutupan digelar di Palembang ditolak.
Tiga bulan sebelum Asian Games digelar, mendapat tugas berat lagi, yakni memperbaiki kualitas air Danau Jakabaring yang akan dipakai sebagai arena lomba dayung dan lain-lain. "Waktu itu kondisi airnya butek dan PH-nya jauh dari ketentuan. Saya nggak ngerti soal beginian, kepala saya pusing."
Ia mencoba menghubungi Komandan Korem 044/Garuda Dempo Kolonel Kunto Arief Wibowo (Kini berpangkat Mayjen dan menjabat Pangdam III Siliwangi) yang konon memiliki formula untuk mengelola air danau. Pihak Korem setuju membantu. Dalam tiga bulan, bersama para tentara, mereka berhasil memperbaiki kualitas air danau sesuai standar OCA. "Tiap hari deg-degan lihat perubahan kondisi air danau. Kadang saya tidur di sana."
Jelang hari penyelenggaraan, muncul lagi persoalan. Ternyata daftar entry by name kontingen yang dikirim ke panitia di Palembang, bukan daftar final. "Ternyata yang datang lebih banyak. Wisma Atlet nggak bisa nampung."
Dalam kondisi kritis, Nirmala meminta izin Inasgoc untuk memindahkan sebagian atlet ke hotel. "Ternyata hotel di Palembang semuanya penuh. Akhirnya gubernur turun tangan, minta satu hotel mesti dikosongkan. Ini pekerjaan sulit, meski akhirnya berhasil karena ada hotel yang mau berkorban demi Merah Putih."
Besoknya, Nirmala dan pihak hotel minta maaf satu per satu ke tamu hotel karena terpaksaa memindahkan mereka.
Sukses menjalankan tugasnya di Asian Games 2018, Nirmala diangkat sebagai Sekjen Perbasi akhir 2019. Baru menjabat tiga bulan, gelombang pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia yang berimbas langsung pada penyelenggaraan kegiatan olahraga.
“Kami langsung putar otak, bikin regulasi untuk kegiatan bola basket sampai ke daerah-daerah. Daerah langsung ribut karena ada aturan antigen dan PCR yang waktu itu masih mahal. Pemain juga disarankan berlatih secara virtual,” tuturnya.
Seiring waktu, pengurus membuat sistem gelembung untuk pemain Indonesia Basketball League (IBL). Dengan cara itu IBL tetap bisa bergulir meski dengan penonton hanya 20 persen. Untungnya IBL punya siaran streaming yang penontonnya banyak sehingga tetap bisa menarik sponsor.
“Beberapa pemain ada yang terpapar Covid-19. Tapi, dari situ kita bisa belajar lebih banyak untuk memitigasi pertandingan, termasuk Asia Cup dan World Cup,” jelasnya.
Semua pengalaman itu, kata Nirmala, membuat dia lebih matang dan kian sadar bahwa hidup itu mesti punya tujuan yang kuat. "Kalau kita punya tujuan, ketika ada persoalan menimpa kita, kita nggak akan larut. Kita tetap fokus pada tujuan. Anggap aja apa yang dijalani adalah skenario Tuhan, kita jalanin saja."
Nirmala kini fokus pada tujuannya menyukseskan Asia Cup dan World Cup. Dia mengaku setiap hari membayangkan penggemar basket Indonesia gembira melihat para pemain bola basket sekelas NBA datang ke Jakarta untuk World Cup. Sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia membayangkan bola basket berkembang hingga ke pelosok daerah, roda industri basket berputar, pemain bagus bermunculan, dan sebagainya.
Begitulah cara dia membangun energi positif. Nirmala dan tim bekerja keras, selebihnya ia serahkan pada kehendak semesta.
Nirmala Dewi
Instagram : @nirmaladewi_nd
Jabatan: Sekjen PP PERBASI
Pengalaman:
- SEAGames XXVI 2011
- Islamic Solidarity Games III 2013
- ASEAN University GamesXVII 2014
- Asian Games XVIII 2018
- Direktur Marketing Sriwijaya FC Periode 2014 – 2018