Sejoli Sehat

Pasangan Max Elnathan Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi di outlet Burgreens Express di Darmawangsa, Jakarta, Selasa (10/4/2018).
Max Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi bagai yin dan yang, saling melengkapi satu sama lain. Keduanya punya kepribadian dan gaya berbeda, namun berbagi hasrat jiwa yang sama, yakni makanan sehat. Sejak 4,5 tahun lalu, keduanya mengampanyekan makanan sehat yang enak dan sedap dipandang melalui bisnis yang mereka bangun, Burgreens.
Makanan sehat di mata Max dan Helga adalah makanan utuh yang berbasis nabati. Makanan ini diproses minimal dan kalaupun diproses, dilakukan dengan cara alamiah. Selain berbasis nabati, keduanya juga mengutamakan sumber pangan lokal. “Kalaupun harus menggoreng, kami menggunakan minyak kelapa yang titik didihnya sampai 200 derajat celcius,” kata Helga yang didampingi Max.
Ketika dibangun 4,5 tahun lalu, Burgreens baru bermitra dengan 8-10 petani, kini mereka telah menggandeng 150-200 petani yang sebagian besar organik dan tersebar, antara lain di Cipanas, Bogor, dan sekitaran Jakarta.
“Bahan organik kami mencapai 85 persen, sisanya masih impor karena belum ada substitusi, seperti kurma. Kacang almond sudah kami ganti 90 persennya dengan kacang mede. Beberapa yang belum bisa diganti karena berkaitan juga dengan menu best selling yang masih harus kami pertahankan,” ungkap Max yang pernah menjadi relawan di Raw Food Restaurant di Amsterdam.

Pasangan Max Elnathan Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi di outlet Burgreens Express di Darmawangsa, Jakarta, Selasa (10/4/2018).
Di sela kesibukan, keduanya diwawancarai di restoran Burgreens Express di Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan. Selain di Darmawangsa, Burgreens juga bisa ditemui di Pondok Indah Mall, Pacific Place, dan Plaza Indonesia. Jika di awal mereka baru mempekerjakan 20 orang, kini berkembang menjadi 90 orang.
Pekerja perempuan
Di antara mereka adalah 14 ibu yang bekerja di dapur sentral Burgreens di Serpong, Tangerang Selatan. Para ibu ini adalah tulang punggung keluarga yang ditinggalkan suaminya begitu saja. “Mulanya kami ketemu satu ibu, ternyata suaminya enggak bertanggung jawab. Terus dia cerita, di kampungnya banyak perempuan seperti dia yang suaminya enggak kerja atau pergi begitu saja. Akhirnya mereka kami rekrut. Selain dapat gaji mereka juga dapat bonus penjualan,” ungkap Helga.
Pengalaman ini mengajarkan mereka untuk menerapkan kesetaraan gender yang dituangkan dalam peraturan perusahaan. Di tingkat operasional, manajemen, hingga investor, diupayakan keseimbangan porsi antara perempuan dan laki-laki, termasuk kepemimpinannya. “Perempuan itu lebih telaten dan konsisten. Key performance index mereka rata-rata lebih tinggi dari pria. Perempuan yang nurturing juga untuk menyeimbangkan pria yang kompetitif,” ungkap Max.
“Menurut penelitian, perempuan di level ekonomi bawah kalau dapat uang dipakai untuk makanan keluarga, pendidikan anak, baru kesenangan pribadi. Beda dengan pria, prioritasnya untuk beras, rokok, lalu pendidikan anak. Jadi pemberdayaan sosial lewat perempuan kami anggap lebih strategis karena peluang uang mereka diinvestasikan ke edukasi anak lebih besar,” tambah Helga.

Pasangan Max Elnathan Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi, Selasa (10/4/2018) di Jakarta.
Bahan nabati lokal
Selain pangan lokal, keduanya juga menggunakan bahan organik yang kini mencapai 70 persen. Bahan lain yang non-organik diupayakan diproses dengan cara khusus untuk menghilangkan zat kimia yang kemungkinan terbawa. “Seperti buah yang masih jarang organiknya, kami cuci dengan cuka apel atau air garam dan kami kupas kulitnya,” kata Helga.
Selain pengalaman pribadi keduanya, Max dan Helga juga meyakini bahwa bahan nabati sangat bermanfaat, baik untuk fisik maupun psikis. Keduanya mengacu pada riset tentang The Blue Zones oleh National Geographics, yakni lima tempat di dunia yang penduduknya sehat dan panjang umur karena mengonsumsi pangan nabati. Keduanya juga menggarisbawahi pangan hewani yang dianggap lebih memicu tingkat stress ketimbang nabati.
Mengutip hasil riset, menurut Max, lahan produk nabati juga lebih hemat ketimbang lahan produk hewani. Seluas 1,5 ekar atau sekitar 4.000 meter persegi bisa menghasilkan 16.700 kilogram hasil bumi. Sementara 1,5 ekar lahan hanya bisa menghasilkan 170 kilogram daging sapi.

Pasangan Max Elnathan Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi, Selasa (10/4/2018) di Jakarta.
“Makanan itu pengaruh ke how we deal with stress. Sayangnya itu jarang kita bicarakan. Satu kali makan high animal protein dan high animal fat bisa menaikkan tingkat stres sampai dua kali lipat. Enam jam setelah makan kita akan rileks, sayangnya saat itu kita mulai makan lagi. Tingkat stres naik lagi. Begitu terus,” kata Max.
“Makanan seperti kacang-kacangan itu kaya antioksidan dan anti-stres tapi sayangnya jarang kita makan,” tambah Helga.
Awal perkenalan
Helga dan Max bertemu ketika kuliah di Belanda. Keduanya dekat setelah sama-sama bekerja di sebuah restoran masakan Indonesia di Amsterdam. Restoran ini memberi gaji yang kecil namun keduanya bisa makan masakan Indonesia setiap hari. Helga sudah menjadi vegetarian sejak usia 15 tahun. Keluhannya yang sering asma, eksim, dan sinusitis karena dipicu alergi kemudian ia atasi dengan mengatur pola dan asupan makan. “Setelah dua tahun vegetarian, keluhanku berkurang,” kata Helga yang kini menjadi vegan atau sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani.
Max yang hobi masak kerap membuatkan menu vegetarian untuk Helga yang doyan makan. Meski ikut menyantap menu vegetarian tersebut, ia masih tetap menyantap makanan hewani. Depresi dan insomnia yang sempat ia derita akibat tekanan pekerjaan, mendorong Max mencoba pola makan vegetarian dan ia rasakan bermanfaat. Beberapa tahun belakangan, Max bergeser menjadi vegan.
Dengan pengalaman itu, keduanya kemudian mendirikan Burgreens sepulang dari Belanda tahun 2013. Keduanya ingin berbagi inspirasi bahwa makanan sehat bisa dibuat dari pangan nabati lokal dan enak rasanya.

Pasangan Max Elnathan Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi, Selasa (10/4/2018) di Jakarta.
Selain menjalankan bisnis Burgreens, sejak 1,5 tahun lalu mereka juga berkampanye ke sekolah dan kantor. Lewat program Burgreens go to School dan Burgreens go to Office, mereka sudah menjangkau ribuan orang di 60-an sekolah dan lembaga. Di program yang mengajak gaya hidup sehat dan ramah lingkungan ini, keduanya mengajarkan menanam dan memasak makanan sehat. Belakangan, bekerja sama dengan gerakan Bersih Nyok!, program dilengkapi dengan pengolahan sampah. Empat bulan terakhir, program ini didukung oleh World Wildlife Fund (WWF) Indonesia
Mimpi Rumah Sehat
Pengolahan sampah nol adalah idaman keduanya. Max dan Helga berangan-angan ke depan bisa menerapkan zero waste management dan carbon neutral. “Kami sudah ketemu orang dan teknologinya yang bisa mengolah semua jenis sampah. Bahkan diapers (popok sekali pakai-red) saja bisa jadi jam dinding. Tapi kami masih butuh waktu untuk ke sana,” kata Helga.
Mimpi lain adalah membuat Rumah Sehat yang menggabungkan pengaturan nutrisi, berkebun, meditasi, yoga, dan olah gerak. Orang-orang sakit yang masuk Rumah Sehat diharapkan mampu menerapkan program “menyembuhkan” diri sendiri lewat pengobatan gaya hidup (lifestyle medicine). “Di Mexico sudah ada yang semacam itu, namanya Gerson Institute dengan tingkat kesembuhan lebih tinggi dibandingkan terapi zat kimia,” tambah Helga.
Helga dan Max memang berbagi passion yang sama. Namun perbedaan gaya dan cara kerja, sempat mencetuskan konflik di antara keduanya. Helga yang berorientasi target seringkali tidak sabar menghadapi Max yang fleksibel atau Helga yang tegas kerap gemas terhadap Max yang enggak tegaan. Komentar apa adanya Helga tentang masakan bisa bikin Max memendam kemarahan. “Kami sempat marahan hebat sampai putus. Saya sampai mau balik ke Belanda. Bisnis juga terpengaruh waktu itu,” kata Helga.
“Dan saya kepikiran mau jadi monk saja karena putus dengan Helga,” timpal Max tersenyum.

Pasangan Max Elnathan Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi, Selasa (10/4/2018) di Jakarta.
Akhirnya, keinginan untuk tetap melanjutkan bisnis dan berpacaran membawa mereka kembali bersama. Setelah berpacaran 4,5 tahun, keduanya menikah tahun 2015. Meski tidak mengumbar kemesraan, keduanya punya panggilan khusus masing-masing. Max memanggil Helga dengan sebutan Po karena kesukaannya pakai celana pendek yang bentuknya seperti popok. Sementara, Helga memanggil Max dengan panggilan Bo karena mata Max yang menonjol dan mengingatkannya pada tokoh gajah dalam film kartun Dumbo. Po dan Bo kini kompak berbagi peran. Po alias Helga mengurusi bisnis dan Bo alias Max mengurusi dapur.
Po dan Bo bermimpi bisnis makanan sehat mereka dalam beberapa tahun ke depan merambah kota-kota lain, tidak hanya di dalam negeri melainkan juga ke negara tetangga.
Max Mandias dan Helga Angelina Tjahjadi bagai yin dan yang, saling melengkapi satu sama lain. Keduanya punya kepribadian dan gaya berbeda, namun berbagi hasrat jiwa yang sama, yakni makanan sehat.
BIODATA:
Max Elnathan Mandias
Anak 1 dari 3 bersaudara (semua laki-laki)
TTL: Jakarta, 25 Juni 1988
Pendidikan Formal:
HAN University, Arnhem Business School, Belanda, Jurusan Finance & Control (2006-2011)
Hogeschool Gent, Belgia (program pertukaran 6 bulan, Januari- Juni 2010)
SMA Santa Laurensia (2004 - 2006)
Pendidikan Masak:
Plant Based Nutrition di eCornell University (Februari 2018 - sekarang)
Raw Food Chef for Healing Certification di Pure Raw Academy Ubud, Bali (Juli 2014)
Pengalaman kerja:
Data Analyst di Cliq Digital, Amsterdam, Belanda (Maret 2011 - Juni 2013)
Outsmart Wind Energy Expert, Arnhem, Belanda (Juli 2010 - Januari 2011)
Pengalaman kerja F&B:
Executive Chef di Burgreens - Organic, healthy fast food di Jakarta (Jul 2013 - sekarang)
TV Host at Masak Sehat DAAI TV Jakarta (Januari 2016 - selesai di Mei 2018)
Relawan di Alchemist Garden Raw Food Restaurant, Amsterdam, the Netherlands (feb 2013 - jun 2013)
Staf pelayanan di Batavia Restaurant, Arnhem, Belanda (November 2006 - Oktober 2010)
Pengalaman di bidang sosial:
Lead Educator untuk Burgreens Goes To School. Sudah mengedukasi lebih dari 3000 anak di lebih dari 30 sekolah.
Lead Educator untuk Burgreens Goes To Office. Sudah mengedukasi lebih dari 4000 orang mengenai pola makan sehat dan ramah lingkungan yang fun dan simpel di lebih dari 30 perusahaan.
Helga Angelina Tjahjadi
Anak ke-2 dari tiga bersaudara (semua perempuan)
TTL: Jakarta, 2 Desember 1990
Pendidikan:
University of North Carolina, Amerika Serikat (program pertukaran lima bulan tahun 2011)
Hogeschool van Arnhem en Nijmegen di Belanda, Jurusan Pemasaran Terintegrasi dan Komunikasi (2009-2013)
Pendidikan non-formal:
Kursus singkat Vandana Shiva: Benih Kami, Masa Depan Kami (2015)
Studi observasi tentang pembangunan UKM di negara-negara pada Lembaga Produktivitas Asia
Teori U tentang sistem manajemen perubahan berbasis kualitas kesadaran diri
Pengalaman kerja, antara lain:
Konsultan komunikasi pemasaran di ABS Trading, Belanda (2012)
Pendiri dan Managing Director Burgreens (2013-sekarang)
Aktivitas sosial:
Pekerja sosial (membantu dan memotivasi siswa difabel) di Yayasan Bhakti Luhur (2008)
Guru Bahasa Inggris di Yayasan Kasih (2009)