Selain di Gunungkidul, Sejumlah Ternak di Sleman Juga Mati Mendadak
›
Selain di Gunungkidul,...
Iklan
Selain di Gunungkidul, Sejumlah Ternak di Sleman Juga Mati Mendadak
Sejumlah ternak di Sleman, DIY, mati mendadak. Petugas menyelidiki penyebab kematian termasuk adanya dugaan antraks.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah hewan ternak mati mendadak dalam waktu berdekatan, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa ternak lainnya disembelih dalam kondisi kritis. Petugas kini sedang menginvestigasi penyebab kematian, termasuk dugaan serangan antraks.
Kasus kematian ternak secara mendadak itu ditemukan di Dusun Kalinongko Kidul, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kasus pertama terjadi antara tanggal 10 Februari 2024 dan 11 Februari 2024 lalu.
“Ada warga saya punya kambing empat ekor. Yang satu tiba-tiba mati mendadak lalu dikubur. Tiga lainnya itu istilahnya masih sekarat lalu dipotong kemudian dagingnya dibrandu,” kata Kepala Dusun Kalinongko Kidul Marjoko, saat dihubungi, Sabtu (9/3/2024).
Marjoko menjelaskan, brandu adalah tradisi yang hidup dalam masyarakat Jawa berupa memotong ternak yang mati lalu dibagi-bagikan ke warga. Nantinya warga membayar sejumlah uang kepada pemilik ternak dan nantinya akan mendapatkan daging yang sudah dipotong-potong itu.
Kematian ternak selanjutnya, ungkap Marjoko, terjadi berselang tiga hari dari kasus pertama, yakni 14 Februari 2024. Kali ini, seekor sapi yang mendadak mati. Lagi-lagi daging sapi itu dibrandu oleh pemiliknya. Lebih kurang dipotong-potong sebanyak 30 bungkus dan dibagikan kepada 30 warga lainnya.
“Setelah dibagi-bagikan itu, beberapa warga yang mengonsumsi ada yang sakit seperti diare dan perut. Bahkan, ada yang pusing mau muntah-muntah,” kata Marjoko.
Marjoko menyatakan, kasus ternak mati mendadak kembali terjadi beberapa hari setelah kasus terakhir. Ternak mati itu berupa dua ekor kambing. Si pemilik juga menyembelih kedua ekor hewan tersebut untuk selanjutnya dibagikan, atau dibrandu. “Yang satu dibrandu di sini (Sleman) lalu dibagikan ke warga setempat. Satunya lagi diambil kakak saya,” kata Marjoko.
Kebetulan kediaman kakak Marjoko berada di Dusun Kayoman, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Letak dusun itu berbatasan langsung dengan dusun tempat tinggal Marjoko, di Kabupaten Sleman.
Adapun daging kambing yang mati mendadak itu dikuliti dan dibagi-bagikan oleh kakak Marjoko kepada empat orang lainnya, di dusun tersebut. Kakak Marjoko dan suaminya mengalami sakit beberapa hari setelah mengonsumsi daging itu. Keduanya lantas dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan, di Sleman.
Baru sehari dirawat di rumah sakit, tutur Marjoko, sapi milik kakaknya tiba-tiba mati. Kematian sapi itu diikuti kematian seekor kambing ternaknya hanya berselang tiga jam berikutnya.
Ketika itu, ada tiga ekor kambing lagi milik kakak Marjoko yang masih hidup. Menurut rencana, ketiganya akan diungsikan ke kandang Marjoko, di Sleman. Jaraknya hanya 400 meter dari rumah sang kakak.
Setelah dibagi-bagikan itu, beberapa warga yang mengonsumsi ada yang sakit seperti diare dan perut. Bahkan, ada yang pusing mau muntah-muntah
Dalam perjalanan menuju kandang itu, salah seekor kambing mendadak ambruk dan mati. Kambing itu selanjutnya dikubur di belakang rumah Marjoko. Dua ekor lainnya dikembalikan ke kandang aslinya, di Kabupaten Gunungkidul, karena akan divaksinasi.
“Setelah ada yang mati terakhir itu (di Gunungkidul), baru ada laporan ke dokter hewan. Setelahnya, semua pemangku kepentingan ikut turun buat mengecek kondisinya karena diduga ada antraks,” kata Marjoko.
Sebelumnya, petugas dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul mengambil sampel darah dari hewan yang mati. Sampel lain yang juga diambil adalah tanah di lokasi warga menguliti kambing. Selanjutnya, sampel itu akan diperiksa di laboratorium milik Balai Besar Veteriner Wates, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Pemeriksaan itu dilakukan guna memastikan apakah hewan yang mati itu tertular penyakit antraks atau tidak. (Kompas, 8/3/2024).
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono mengungkapkan, sampel berupa darah dan tanah dari ternak-ternak yang mati mendadak juga sudah dilakukan di Dusun Kalinongko Kidul. Pengambilan sampel berlangsung pada Jumat (8/3/2024) kemarin. Namun, ia tak bisa memastikan apakah ternak-ternak itu terpapar antraks.
“Saya tetap menunggu hasil dari BBVet seperti apa. Yang pasti kami minta teman-teman bergerak cepat sedari kemarin,” kata Suparmono.
Penyebab matinya ternak, sebut Suparmono, juga masih ditelusuri timnya. Selama tiga hari terakhir, petugasnya tengah menginvestigasi hal-hal yang mengakibatkan peristiwa semacam itu terjadi. Disinfeksi kandang-kandang ternak di sekitar temuan kasus juga sudah dilakukan sebagai langkah antisipasi penyebaran penyakit.
“Soal pergerakan ternak, kami belum ambil kebijakan sampai nanti hasil uji laborotorium keluar. Beberapa kali pernah ada kejadian di sejumlah daerah, setelah dicek ternyata kasus serupa itu bukan terkait antraks,” kata Suparmono.