Airlangga Janjikan Respons Terukur untuk Jinakkan Gejolak Global
Janji respons terukur terkait dampak eskalasi Iran-Israel, pemerintah imbau para pelaku pasar tenang dan tak spekulatif.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, AGNES THEODORA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjanjikan langkah kombinasi terukur dalam merespons dampak ekonomi menyusul konflik Iran-Israel. Langkah yang dimaksud mencakup sektor perbankan dan pasar modal, pengendalian inflasi, serta rencana koordinasi bauran kebijakan fiskal-moneter guna pengendalian nilai tukar dan pengelolaan defisit anggaran pemerintah.
”Rambatan dampak (eskalasi konflik Iran-Israel) kepada pasar finansial Indonesia baru akan terlihat saat pembukaan pasar besok pagi (Selasa, 16/4/2024). Namun, langkah-langkah antisipatif akan disiapkan untuk menjaga kepercayaan pasar atas dampak potensi semakin meningkatnya harga komoditas terutama minyak akibat terganggunya pasokan, serta kenaikan harga emas, sebagai aset safe haven, dan rambatan ke sektor lainnya,” katanya, dikutip dari siaran pers.
Airlangga menyelenggarakan rapat terbatas dengan seluruh unsur kedeputian pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berikut dengan sejumlah Duta Besar di Jakarta, Senin (15/4). Hal ini merespons eskalasi konflik di Timur Tengah menyusul serangan udara Iran ke Israel pada Minggu (14/4/2024) yang diklaim sebagai balasan atas serangan Israel yang menghancurkan gedung Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, 1 April 2024.
Rapat tersebut, antara lain, membahas respons kebijakan terhadap dampak konflik di tingkat regional dan global, kinerja sektor perbankan dan pasar modal, pengendalian inflasi, serta rencana koordinasi bauran kebijakan fiskal-moneter dengan otoritas terkait untuk strategi pengendalian nilai tukar dan pengelolaan defisit anggaran ke depan.
”Kita harapkan para pelaku pasar untuk tetap tenang dan tidak mengambil langkah spekulatif. Pemerintah akan terus mencermati perkembangan global dan regional yang ada serta akan mengambil langkah-langkah yang kuat dan fokus dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Respons kebijakan yang terukur dari pemerintah, kita harapkan akan mampu memitigasi dengan baik dampak eskalasi konflik global saat ini,” kata Airlangga.
Gangguan rantai pasok
Konflik Iran-Israel, Airlangga menambahkan, juga akan menimbulkan gangguan pada rantai pasokan melalui Terusan Suez. Ini akan berdampak langsung setidaknya pada kenaikan biaya kargo. Produk yang terganggu antara lain gandum, minyak, dan komponen alat-alat produksi dari Eropa.
Secara fundamental, perekonomian Indonesia relatif cukup kuat. Pertumbuhan ekonomi masih terjaga di atas 5 persen dengan inflasi terkendali. Sampai dengan Februari 2024, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus dan menopang cadangan devisa yang pada posisi terakhir di Maret 2024 tercatat masih kuat.
”Pastinya pemerintah tidak tinggal diam. Kita akan siapkan sejumlah kebijakan strategis untuk memastikan agar perekonomian nasional tidak terdampak lebih jauh. Tentunya tingkat kepercayaan pasar kepada kemampuan perekonomian nasional untuk merespons dampak eskalasi konflik mesti kita jaga,” kata Airlangga.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membuat simulasi kenaikan harga minyak mentah dunia. Jika harga minyak mentah Indonesia atau ICP menjadi 100-110 dollar AS per barel, subsidi dan kompensasi BBM dan elpiji bakal membengkak.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji mengatakan, saat ini pemerintah memandang situasi masih bersifat jangka pendek. Hal ini disampaikannya pada diskusi daring tentang dampak konflik Iran-Israel terhadap ekonomi RI, yang digelar Perkumpulan Eisenhower Fellowship Indonesia, Senin (15/4/2024).
”Kita perlu berhati-hati karena prediksi yang lebih panjang saya pikir akan kurang akurat. Ini akan bergantung dari reaksi investor, produsen, dan konsumen dalam menilai risiko ke depan. Misalnya, bagaimana potensi respons Israel akan memengaruhi persepsi kemungkinan terjadinya eskalasi pasar. Ke depan, harga minyak sudah mengandung risiko geopolitik,” ujar Tutuka.
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor energi akan meningkat, tetapi subsidi energi dan kompensasi energi akan melonjak jauh lebih tinggi.
Namun, dengan tren harga minyak yang sudah naik sejak awal 2024, ditambah terjadinya konflik Iran-Israel, menurut Tutuka, harga minyak bisa di sekitar 100 dollar AS per barel. Ini bergantung pada reaksi Israel dan Amerika Serikat (AS).
Kementerian ESDM telah membuat simulasi jika harga minyak Indonesia (ICP) menyentuh 100-110 dollar AS per barel, atau jauh di atas ICP Maret 2024, yakni 83,79 dollar AS per barel. Dalam skenario ini, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor energi akan meningkat, tetapi subsidi energi dan kompensasi energi akan melonjak jauh lebih tinggi.
Jika ICP naik menjadi 100 dollar AS per barel, dengan kurs Rp 15.900 per dollar AS, total subsidi serta kompensasi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji akan membengkak, dari Rp 244,18 triliun (asumsi APBN 2024) menjadi Rp 356,14 triliun. Jika ICP adalah 110 dollar AS per barel, subsidi akan melambung menjadi Rp 404,21 triliun.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah dalam beberapa pekan terakhir. Bersama faktor kenaikan ICP, situasi ini bisa berdampak negatif terhadap perekonomian nasional. ”Keduanya ini sangat tidak menguntungkan jika dilihat pengaruhnya ke Indonesia,” kata Tutuka.
Sejauh ini, Tutuka menambahkan, kebijakan pemerintah juga masih sesuai dengan apa yang pernah disampaikan, yakni tidak akan ada kenaikan harga BBM hingga Juni 2024. ”Masih seperti itu. Kami masih berpikiran ini jangka pendek. Selain itu, ada kecenderungan banyak pihak di dunia menginginkan harga minyak tidak terlalu tinggi,” ujarnya.
Harga sama
Pada kesempatan sama, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menuturkan, pihaknya terus memantau situasi yang sedang berkembang. Namun, ia menekankan bahwa pergerakan harga minyak dunia sejatinya memang fluktuatif dan bukan baru terjadi kali ini sehingga Pertamina terus menyiapkan sejumlah langkah mitigasi.
”Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengendalikan biaya juga terus dilakukan, seperti pemilihan minyak mentah yang optimal, pengelolaan inventory (persediaan), dan efisiensi biaya pengangkutan. Juga memaksimalkan produksi high valuable product sehingga ketahanan energi nasional tidak terganggu,” kata Fadjar.
Saat dikonfirmasi mengenai kemungkinan penyesuaian harga BBM nonsubsidi oleh Pertamina, seiring potensi terus meningkatnya harga minyak dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Fadjar hanya menjawab, ”Saat ini harga masih sama.”
Praktisi sekaligus pemerhati minyak dan gas bumi, Hadi Ismoyo, dihubungi dari Jakarta, berpendapat, serangan Iran terhadap Israel Minggu (14/4/2024) memang memengaruhi situasi perdagangan minyak global sehingga ada kecenderungan harga pasti naik. Namun, dengan perkembangan situasi saat ini, peningkatan harga belum begitu signifikan.
Ia juga tidak yakin dengan sejumlah prediksi yang menyebut harga minyak yang bakal mencapai lebih dari 100 dollar AS per barel. ”Bagaimanapun, ekonomi dunia belum pulih dan berjalan lambat. Jadi, kenaikan saat ini masih bersifat parsial. Kalaupun nantinya mendekati 100 dollar AS per barel, tak akan terlalu lama,” kata Hadi.