Jokowi: Bagian Tersulit dari Hilirisasi Mengintegrasikan Ekosistem Mobil Listrik
Indonesia segera menambah peleburan bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat. Smelter rampung Juni 2024.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Hilirisasi bauksit semakin cerah dengan hampir rampungnya smelter di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Bersamaan dengan beragam industri pengolahan yang menunjang ekosistem kendaraan listrik, mengintegrasikan semua industri ini diakui bukan hal mudah.
Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan pabrik peleburan atau smelter bauksit milik PT Indonesia Asahan Aluminium, anak perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID. Hadir pula dalam peninjauan ini Ketua Komisi V DPR RI Lassarus, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Penjabat Gubernur Kalbar Harisson, serta Bupati Mempawah Erlina Nosran.
Pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) dengan kapasitas satu juta ton alumina ini direncanakan rampung Juni 2024. Adapun operasi peleburan dengan kapasitas penuh diperkirakan berlangsung awal 2025.
Presiden Jokowi menilai hilirisasi terus berlangsung. “Setelah nikel, beberapa masih proses berjalan, kemudian kita masuk bauksit, nah di sini (hilirisasi) yang bauksit karena bijih bauksit memang yang paling banyak di Kalbar,” tutur Presiden kepada wartawan seusai peninjauan.
Pembangunan smelter bauksit sangat dibutuhkan karena separuh kebutuhan alumina masih impor, kendati Indonesia kaya akan bijih bauksit.
Presiden Jokowi pun sangat berharap hilirisasi semua sumber daya mineral ini bisa diintegrasikan. Kini, hilirisasi nikel sudah berjalan. Nikel tak hanya menghasilkan stainless steel tetapi juga menjadi komponen utama baterai kendaraan listrik.
“(Peleburan) Tembaga nanti yang di Gresik juga Mei selesai,” ujar Presiden.
Bila semua pengolahan sumber daya mineral ini bisa diintegrasikan, semua komponen kendaraan listrik dibuat di dalam negeri, dari hulu sampai hilir. Dengan demikian, efisiensi bisa diperoleh dan produk bisa memiliki daya saing tinggi dan mampu bersaing dengan negara manapun.
“Setelah nikel, beberapa masih proses berjalan, kemudian kita masuk bauksit, nah di sini (hilirisasi) yang bauksit karena bijih bauksit memang yang paling banyak di Kalbar”
Ekosistem besar kendaraan listrik ini yang ingin dibangun di tanah air. “Bodinya mungkin aluminium, ev battery (baterai kendaraan listrik) dari nikel, yang tembaganya untuk komponen-komponen lain kabel dan lainnya, jadi satu terintegrasi,” tutur Presiden lagi.
Tujuan membangun ekosistem besar kendaraan listrik inilah yang diharap bisa dicapai. Presiden pun cukup optimistis hal ini bisa diraih. Sebab, semua sudah berjalan. Satu persatu peleburan bisa dibangun dan hilirisasi diterapkan.
“Nikel sudah, sekarang (peleburan) bauksit selesai Juni nanti. (Peleburan) tembaga selesai nanti di Mei (2024) baik di Gresik dan Sumbawa”
“Nikel sudah, sekarang (peleburan) bauksit selesai Juni nanti. (Peleburan) tembaga selesai nanti di Mei (2024) baik di Gresik dan Sumbawa,” kata Presiden.
Namun diakui, hal yang paling menantang adalah mengintegrasikan semua produk yang diolah di berbagai wilayah di Indonesia. “Yang paling sulit tinggal mengintegrasikan dari beberapa lokasi diintegrasi menjadi mobil,” tambah Presiden.
Sedikit
Kendati kapasitas bijih bauksit yang dihasilkan cukup banyak di Indonesia, peleburan yang ada masih sedikit. Pada akhir 2022, Indonesia baru memiliki tiga smelter yang beroperasi yang terdiri atas dua Smelter Grade Alumina dan satu Chemical Grade Alumina. Dengan tiga smelter ini, total bauksit yang terserap hanya sekitar 13-14 juta ton dari total produksi bauksit sekitar 56 juta ton. Karenanya, kebutuhan smelter masih cukup tinggi.
SGAR Mempawah fase I ini akan menambah kemampuan peleburan bauksit menjadi alumina di Indonesia. Alumina produksi SGAR Mempawah, menurut Sekretaris Perusahaan MIND ID Heri Yusuf dalam keterangan tertulis di situs www.mind.id, akan menjadi bahan baku smelter aluminium milik anggota Grup MIND ID, PT Inalum di Kuala Tanjung. Smelter aluminium ini mampu menampung alumina hingga satu juta kilo ton per annum (KTPA). Jumlah alumina tersebut bisa menjadi 500 ribu ton aluminium.
"Ketika nanti smelter bauksit ini sudah resmi beroperasi, maka kita bisa menyambung seluruh rantai bisnis bauksit menjadi alumunium baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor"
"Ketika nanti smelter bauksit ini sudah resmi beroperasi, maka kita bisa menyambung seluruh rantai bisnis bauksit menjadi alumunium baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor," kata Heri.
Proyek peleburan senilai 830 juta dollar AS dinilai akan menjadi solusi terputusnya rantai bisnis bauksit menjadi aluminium. Saat ini, menurut Heri, hasil tambang bauksit PT Antam Tbk dikirim dulu ke negara tetangga untuk dilebur jadi alumina, baru kemudian diangkut lagi ke smelter aluminium.
Setelah SGAR Mempawah fase I rampung, PT Inalum melalui anak perusahaannya, PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI), berencana melanjutkan pengerjaan SGAR Menpawah fase II. Di peleburan fase II ini, kapasitas produksi alumina bisa bertambah dua juta ton.
Adapun PT BAI adalah perusahaan patungan antara PT Inalum dengan porsi 60 persen saham dan PT Antam dengan porsi 40 persen saham. (INA)