Pasar Modal Dibayangi Sentimen Suku Bunga The Fed dan BI
Pekan ini investor masih akan menantikan keputusan suku bunga oleh The Fed untuk merespons tren inflasi di AS.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, pekan ini akan memberi gambaran kebijakan suku bunga global yang akan berpengaruh ke Indonesia. Ini akan menjadi salah satu sentimen penggerak kinerja pasar modal pekan ini.
Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy menyampaikan, pekan ini investor masih akan menantikan keputusan suku bunga oleh The Fed untuk merespons tren inflasi di AS. Keputusan itu akan muncul dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 19-20 Maret 2024.
Hasil dari pertemuan itu akan menentukan arah kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan suku bunga. BI diinformasikan akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur pada 19-20 Maret 2024.
”Meskipun (keputusan) kedua bank sentral diperkirakan tidak berubah, investor perlu menyimak informasi yang tersirat pada pernyataan mengenai arah kebijakan moneter ke depannya,” kata Robertus dalam keterangannya, Selasa (19/3/2024).
Pesan senada disampaikan Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus. Hasil pertemuan bank sentral tersebut akan menentukan prospek pasar ke depan kendati prediksi ekonom akan kebijakan suku bunga tidak akan berubah dalam waktu dekat.
Suku bunga BI akan dipertahankan pada level 6 persen pada semester I-2024 dan baru mulai turun pada semester kedua.
Belum ada perubahan pada kebijakan suku bunga The Fed sejauh ini terbaca dari rilis inflasi AS yang meningkat ke 3,2 persen secara tahunan pada Februari 2024 dibandingkan 3,1 persen pada Januari 2024. Kenaikan inflasi akan membuat Pemerintah AS mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50 persen.
”Suku bunga The Fed diprediksi tetap sesuai dengan prediksi yang akan turun di Juni atau Juli 2024 karena data inflasi yang belum mencapai target 2 persen The Fed,” katanya dalam keterangan tertulis awal pekan ini.
Angga juga menjelaskan, suku bunga BI akan dipertahankan pada level 6 persen pada semester I-2024 dan baru mulai turun pada semester kedua. Ini sejalan dengan bauran kebijakan moneter yang diterapkan BI untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran modal.
Terkait pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pengamat pasar modal sekaligus Founder WH Project, William Hartanto, memperkirakan, potensi penguatan akan terjadi dalam rentang 7.270–7.400. Penguatan terlihat hari ini (Selasa, 19/3/2024) setelah IHSG pada perdagangan Senin (18/3/2024) kemarin ditutup melemah sebesar 25,6 poin (-0,35 persen) menuju 7.302,44. Pada pembukaan perdagangan Selasa ini, IHSG menguat hingga 7.361,53.
”Tekanan jual sebenarnya cukup kuat, tetapi pada saat bersamaan belum banyak aksi beli yang dilakukan pelaku pasar lain sehingga nilai transaksi IHSG pun menurun. Kondisi ini bagus karena mengindikasikan tidak adanya panic selling," tuturnya.
Pada pembukaan perdagangan Selasa ini, IHSG menguat hingga 7.361,53.
Menengok pasar pada pekan lalu, IHSG ditutup melemah 1,42 persen ke level 7.328 pada akhir perdagangan Jumat (15/3/2024). Pelemahan terjadi setelah IHSG sempat menguat hingga mencetak harga rekor (all time high) di level 7.454 pada Kamis (14/3/2024).
IPOT dalam laporan mingguannya juga mencatat, pergerakan investor asing menjadi sentimen IHSG pada pekan lalu, di mana arus dana asing cukup fluktuatif dengan pembelian bersih tiga hari perdagangan sebesar Rp 945 miliar. Pada Kamis (14/3/2024), pembelian bersih sebesar Rp 1,8 triliun dan di Jumat (15/3/2024) ditutup dengan penjualan bersih Rp 1,6 triliun. Ex-date dividen atau tanggal tanpa dividen dari emiten perbankan besar seperti BBRI dan BBNI turut andil dalam arus keluar asing.