Pekerjaan Sampingan, Kenapa Tidak?
Pekerjaan sampingan menambah pendapatan. Di samping juga aktualisasi diri, kegiatan ini pun mengembangkan keterampilan.
Pekerjaan sampingan sudah barang tentu soal mencari tambahan pendapatan. Namun, dalam banyak pengalaman, bukan itu saja. Ada aktualisasi diri di dalamnya, termasuk kebebasan berkarya dan berekspresi.
Ragam pekerjaan tambahan bisa dicari. Ada pekerjaan tambahan yang linier dengan pekerjaan utama seseorang. Namun, ada juga yang tidak ada kaitannya sama sekali. Misalnya adalah pekerjaan sampingan yang justru berkaitan dengan hobi.
Dalam melakoninya, seseorang dituntut untuk profesional. Artinya, harus bisa 100 persen pada pekerjaan utama, tetapi juga 100 persen pada pekerjaan sampingan. Di sini disiplin dan manajemen waktu menjadi kunci.
Bagaimana dengan Anda? Sudahkah mengambil pekerjaan sampingan selama ini? Atau belum? Mau coba?
Content writer dan penulis buku Seks Kita Memang Perlu Dibantu, Ester Pandiangan (37), mengatakan, ada banyak alasan mengapa akhirnya ia mengambil pekerjaan sampingan. Bukan hanya terkait keuangan, tetapi ini juga soal karya dan aktualisasi diri.
Dengan memiliki pekerjaan sampingan, Ester mengaku bisa menulis tema di luar pekerjaan utama. Dengan kata lain, ia bisa lebih bebas berkreasi. Ia juga bisa mencoba bidang baru, lebih kreatif, dan dapat banyak pengalaman.
”Di beberapa tempat saya bekerja sebagai karyawan tetap dulu, kerap membatasi ide. Ditambah lagi ada tekanan dari rekan kerja atau atasan sehingga membuat saya kurang lepas dalam mengeluarkan ide,” katanya.
Bukan hanya terkait keuangan, tetapi ini juga soal karya dan aktualisasi diri.
Pekerjaan sampingan telah Ester jalani sejak menjadi karyawan tetap di salah satu aplikasi kesehatan selama 2018–2023. Pekerjaan sampingan itu mulai dari menulis artikel feature gaya hidup, konten di media sosial, kerja proyek di lembaga nonpemerintah, sampai memegang komunitas gaya hidup sehat. Keterampilannya akhirnya ikut berkembang.
”Pada saat itu pula, gaji utama saya sebenarnya turun dari gaji pekerjaan utama di kantor lama. Akan tetapi, karena ada pekerjaan sampingan, pendapatan total saya menjadi lebih besar. Upah dari pekerjaan sampingan selalu ditabung, sedangkan gaji dari pekerjaan utama yang dipakai untuk hidup sehari-hari,” katanya.
Seusai terkena pemutusan hubungan kerja dari pekerjaan lama, Ester masih bisa bertahan berkat tabungan dari upah -upah pekerjaan sampingan. ”Intinya, memiliki pekerjaan sampingan itu menyenangkan sekaligus menantang. Saya bisa kaya pengalaman, mengasah kemampuan multi keterampilan, dan tidak bosan,” katanya.
Pengembang aplikasi Android di Jakarta, Yohanes Rizky Gumilir (28), sudah mulai mencoba kerja sampingan sejak kuliah. Pekerjaan sampingannya adalah produser atau penata musik, di antaranya mengerjakan musik jingle, backing track, dan daur ulang (cover) lagu.
Kegiatan ini berawal dari hobi bermusik. Produksinya tak harus selalu di studio dengan banyak alat. Dengan demikian, hanya bermodalkan laptop kuliah dan perangkat pendukung sederhana sudah cukup membantu.
Sebagai hobi, pendapatan pekerjaan sampingan dihitung sebagai tambahan untuk menambah uang jajan atau tabungan.
”Beruntungnya, pekerjaan utama tak selalu menyita waktu. Jadi, keduanya bisa berjalan beriringan. Pekerjaan sampingan selalu saya kerjakan akhir pekan. Biasanya jadwal juga sudah didiskusikan dengan klien,” katanya.
Sejauh ini, ia merasa pekerjaan sampingan lebih terasa sebagai penghilang penat di sela-sela kesibukan pekerjaan utama. Sebagai hobi, pendapatan pekerjaan sampingan dihitung sebagai tambahan untuk menambah uang jajan atau tabungan. Waktu akhir pekan biasanya dikorbankan ketika pekerjaan utama sedang padat-padatnya sementara tenggat waktu untuk kerja sampingan terbatas.
Jurnalis asal Jakarta, Aisha Shaidra (35), bercerita tentang sejarah mendapatkan pekerjaan sampingan. Awalnya, ia mendapatkan tawaran mengisi sesi sharing tentang penulisan.
”Tanpa pikir panjang, karena waktunya pas lagi libur, saya oke aja. Ternyata setelah itu dapat bayaran lumayan. Setelah itu jadi mulai ngeh kalau sebenarnya ada ruang kesempatan yang bisa kita isi buat menambah pendapatan. Setelah itu mulai ada beberapa tawaran buat menulis artikel (ghost writer), menulis proyek buku, dan mengisi pelatihan penulisan,” katanya.
Seiring waktu, Aisha semakin sering mengambil pekerjaan sampingan. Kegiatan yang membantu menambah pendapatannya sebagai jurnalis ini ia lakukan selama tidak melanggar etika pekerjaan dan tidak mengganggu ritme pekerjaan utama.
Untuk sharing pelatihan berdurasi 1-2 jam, misalnya, Aisha bisa menerima Rp 1 juta-Rp 2 juta. Menulis artikel pendek bisa mendapatkan apresiasi senilai Rp 500.000.
”Sejauh ini, side job itu lumayan membantu. Biasanya hasil dari side job semua masuk ke tabungan dan reksa dana. Sisanya kadang dinikmati buat apresiasi diri sendiri juga, buat jajan dan beli buku,” katanya.
Untuk sharing pelatihan berdurasi 1-2 jam, misalnya, Aisha bisa menerima Rp 1 juta-Rp 2 juta. Menulis artikel pendek bisa mendapatkan apresiasi senilai Rp 500.000. Menjadi mentor menulis juga bisa mendapatkan apresiasi senilai UMR Jakarta.
”Untuk bagi waktu, berhubung wartawan kerjanya cukup fleksibel ya, agak tricky memang. Biasanya biar aman saya ambil pekerjaan yang bisa dikerjakan saat libur. Atau jika pekerjaannya bisa dikerjakan remote kayak bikin artikel atau mengedit, itu dikerjakan malam sebelum tidur dan nyambi pas lagi di perjalanan atau sebelum garap kerjaan utama. Kalau ada kerjaan sampai perlu ke luar kota, aku manfaatin jatah cuti. Di usia segini cuti bukan buat healing sih, tapi side job,” kata Aisha.
Penerjemah paruh waktu di Human Rights Watch, Dhika Marcendy (26), memilih mengambil pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu senggang. Pekerjaan sampingan yang dipilihnya pun selaras dengan pekerjaan utamanya, seperti penerjemah atau terkait bidang kebahasaan lainnya.
”Tentu buat pendapatan tambahan sekaligus mengisi waktu luang biar lebih produktif. Kan, sayang tuh, ada banyak waktu lumayan kosong, tetapi hanya dipakai untuk scrolling media sosial," katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Meski penghasilannya dari pekerjaan sampingan tak sebanyak yang dibayangkan, Dhika tetap mengambil pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Ia mengaku jarang memperoleh proyek pekerjaan sampingan yang nilainya cukup menggiurkan.
Guna menjaga keseimbangan hidup, Dhika membuat aturan main sendiri. Sabtu-Minggu, ia pakai untuk istirahat yang tidak bisa diganggu.
Selama ini, menurut Dhika, jumlah pendapatnya dari pekerjaan sampingan lebih kurang hanya sekitar separuh dari penghasilan bulanannya. Jika dihitung-hitung, hasil pekerjaan sampingannya cukup untuk menutup biaya makannya setiap bulan.
”Kalau buat ngatur waktu, lumayan terlatih, karena sejak semester II kuliah dulu sudah mulai coba mencari side job untuk jajan tambahan. Beruntungnya, pekerjaan utamaku enggak terlalu menghabiskan banyak waktu, yang penting tahu mana prioritas utamanya dan tenggat pengerjaannya enggak mepet-mepet, sehingga tetep ada waktu buat istirahat,” katanya.
Guna menjaga keseimbangan hidup, Dhika membuat aturan main sendiri. Sabtu-Minggu, ia pakai untuk istirahat yang tidak bisa diganggu. Sementara Senin sampai Jumat, ia kerjakan pekerjaan utama dan sampingan. ”Dibuat tidur agak telat dikit dan enggak masalah buat saya,” kata Dhika.