Sahur Jadi Waktu Favorit ”Check Out” Belanja Daring
Aktivitas belanja daring meningkat sejak sepekan sebelum hari pertama puasa hingga pekan pertama puasa.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama Ramadhan, perilaku belanja melalui platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang mengalami pergeseran. Waktu sahur diyakini oleh para pengelola lokapasar sebagai waktu di mana paling banyak terjadi transaksi belanja daring.
”Waktu check out (bayar belanja daring) selama Ramadhan dan hari biasa itu berbeda. Selama Ramadhan, waktu check out meningkat signifikan pada waktu sahur sampai pagi (memasuki jam kerja). Siang (masih di jam kerja) juga masih ada yang check out,” ujar Senior Vice President Campaigns, Traffic, and Onsite Marketing Lazada Indonesia Amelia Tediarjo, Kamis (14/3/2024), di Jakarta.
Pada jam-jam tertentu yang difavoritkan untuk belanja daring selama bulan Ramadhan, imbuh Amelia, platform lokapasar, seperti Lazada, bisa mencatatkan kenaikan transaksi hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan hari biasa.
Berdasarkan survei yang digelar Lazada Indonesia baru-baru ini terhadap 600 pelanggan berusia 19-35 tahun, 89 persen di antaranya mengaku kebutuhan untuk Ramadhan cenderung lebih banyak dari bulan-bulan lainnya. Lalu, 88 persen dari total responden mengatakan sudah memiliki perencanaan daftar belanja Ramadhan dari 1-2 minggu sebelum hari pertama puasa.
Amelia menambahkan, di antara pengguna platform Lazada, terdapat kelompok konsumen yang selalu memaksimalkan diskon. Oleh karena itu, tidak heran jika 95 persen dari total responden yang disurvei mengaku telah mencari informasi diskon dan promo belanja selama periode Ramadhan.
Lebih jauh, lanjut Amelia, berdasarkan pengalaman Lazada Indonesia, dalam suasana Ramadhan, aktivitas belanja daring meningkat sejak sepekan sebelum hari pertama puasa hingga pekan pertama puasa. Sepekan sebelum pengumuman hari pertama puasa, konsumen cenderung membeli barang-barang perlengkapan rumah tangga.
Lalu, 1-2 hari sebelum pengumuman hari pertama puasa, konsumen mulai banyak membeli kebutuhan untuk stok dapur, termasuk susu. Selanjutnya, setelah melewati pekan pertama puasa, konsumen cenderung beralih ke belanja mode muslim, seperti gamis dan baju koko.
Sepekan sebelum pengumuman hari pertama puasa, konsumen cenderung membeli barang-barang perlengkapan rumah tangga.
”Penjualan barang perabot biasanya naik ketika tunjangan hari raya (THR) cair,” ujar Amelia.
Partner di Redseer Strategy Consultants Roshan Behera, secara terpisah, mengatakan, belanja Ramadhan selalu berkaitan dengan tema aktivitas berbuka bersama, tampil lebih baik, dan beramal atau bersedekah. Sebagian besar konsumen akan mencari barang-barang yang sejalan dengan tema-tema aktivitas tersebut.
Di seluruh kategori barang, sebagian konsumen Indonesia terbuka untuk berbelanja daring selama Ramadhan karena didorong oleh kenyamanan, keragaman pilihan, dan promosi. Untuk kategori perabot dekorasi rumah, misalnya, konsumen bersedia membelinya lewat platform e-dagang, terutama perabot rumah berukuran kecil.
Belanja Ramadhan selalu berkaitan dengan tema aktivitas berbuka bersama, tampil lebih baik, dan beramal atau bersedekah.
Roshan membenarkan bahwa konsumen yang berbelanja saat Ramadhan sudah lebih dulu memiliki perencanaan. Sebab, pada hari biasa pun, rata-rata konsumen mulai menjelajahi internet untuk mencari promo ataupun insipirasi belanja 5-10 hari sebelum transaksi. Menariknya, penjelajahan mereka mulai bergeser dari mesin pencari tradisional ke laman e-dagang dan media sosial.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies Nailul Huda menambahkan, bulan Ramadhan adalah bulan di mana terjadi kenaikan konsumsi masyarakat. Kenaikannya bisa mencapai 1,5-2 kali lipat dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Kenaikan konsumsi tersebut sudah termasuk belanja di lokapasar.
”Fenomena itu memang ditengarai oleh besarnya populasi penduduk Muslim di Indonesia. Faktor lainnya, yaitu ada kenaikan pendapatan warga karena pencairan tunjangan hari raya,” ujarnya.